Seperti dunia Lisa runtuh saat itu juga, ia pun mengangguk, menyetujui dengan lukanya yang perih. Kemudian, ia menghela napas untuk mengatur napasnya agar tidak meloloskan air matanya. "Maaf ya ganggu, semangat kerjanya!" Klup! Pintu tertutup dan Lisa pergi dari ruangan itu yang masih meninggalkan aroma Ten yang menyenangkan, Lisa tak sekuat itu untuk tetap tenang. Ia mencoba menetralisir napasnya dan mencoba terlihat baik agar Fano dan dua sekretaris suaminya tak curiga dengan apa yang terjadi. "Aku harus kuat dan jangan cengeng, semangat Lisa!" gumamnya menyemangati diri sendiri. Di loby ruang CEO, Lisa dengan senyum hangatnya menghampiri Fano dan kedua sekretaris Max. "Kak Fano sibuk ya?" tanyanya. Fano mendongak dan tersenyum, "Enggak kok, udah ketemu sama Boss, Bu?" Lisa mengangguk, "Udah, kamu udah makan siang?" "Udah dong, ini udah jam 3." "Oh iya ...." Lisa baru ingat, akhirnya ia tak jadi memberikan bekalnya untuk Fano. "Kenapa ya, Bu?" tanyanya. "Enggak, lanj
Last Updated : 2023-09-15 Read more