See u next part :D
Kevan menyeringai saat melihat lawan balapannya di sebrang kanan. Kini Max bersama gengnya yang sudah lebih dewasa dari anak-anak di sana pun tak kalah keren. Bahkan Kevin, Pamungkas, dan Hans ikut mejeng dan menggaet hati para gadis muda yang terpesona pada mereka. "Akhirnya setelah sekian lama pensiun ke tempat beginian, gue bisa ngerasain suasana ini lagi," ungkap Hans merasa senang. "Dasar lu playboy, gimana nih cewek-cewek pada nempelin gue!" protes Kevin yang kesulitan menyingkirkan para gadis yang terus menempel padanya. "Hahahaha, nikmati aja kali!" ujar Pamungkas malah menikmati keadaan itu. "Eh kunyuk, emang lu gak takut dipotong anunya sama calon bini lu?" ujar Kevin kesal. "Anggaplah ini yang terakhir sebelum gue melepas kebebasan gue." "Hahaha!" tawa Hans menggelegas. Max sendiri sudah mendapat informasi dari Fano tentang pemuda yang naksir dengan istrinya itu. Ia bukan lawan biasa, meski Max memiliki kemampuan untuk mengalahkan pemuda itu, tetap saja ia akan w
Saat di putaran balapan itu, mereka hampir menentukan siapa yang menang dan Max memimpin agak cepat dari Kevan. Akan tetapi sebelum itu terjadi, suara mobil polisi mendekati area itu dengan sirine, hal itu membuat semua orang kalang kabut. Liu! Liu! Liu! Tet Tet! Tentu saja mereka tidak ada yang mau berurusan dengan Polisi karena selain ribet, itu akan membuat mereka juga dapat masalah baru. Alhasil Max dan Kevan ikut kabur dengan teman-temannya. "Kabur woy!" teriak salah satu orang. Namun saat mereka akan pergi Kevan dan Max, entah kenapa bisa tertangkap dan mereka curiga kalau ada yang membocorkan semua itu. Sampai di kantor polisi, Max dan Kevan di interogasi oleh para Polisi itu. Namun keduanya terbiasa dengan kantor polisi. Max yang terbiasa memanfaatkan Merek untuk bisnis, kalau Kevan karena sering kena tangkap akibat kenakalannya itu. Sementara Hans yang ikut tertangkap pun malah mengobrol dengan beberapa Polisi sebab sering bertugas bersama, tentu saja dalam hal hukum dan
Lisa terkejut karena Kevan tiba-tiba datang dan berkata seperti itu kepada si ibu-ibu yang sudah dari tadi mengomentari Lisa dengan tuduh kosong yang tidak berdasar. "Dengar ya Ibu, Lisa adalah orang baik-baik dan dia teman saya, jadi Anda kalau tidak tahu Lisa yang sebenarnya ya tidak usah bicara. Anda berkata bahwa Lisa itu orang yang tidak baik, padahal Anda lebih tidak baik dengan cara Anda bicara, seolah Anda yang lebih tinggi dari yang lain seperti itu. Dan lihat ...." Kevan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan melihat banyak orang yang sedang menonton dan mendokumentasi. Ibu-ibu itu terlihat agak malu, tetapi tetap tidak terpengaruh ia tetap berpegang teguh pada egonya. "Jangan sok menasehati saya anak kecil!" "Ya saya anak kecil, justru itu saya bingung dengan sikap Anda yang sudah lebih dewasa dari saya, aneh kan jika Anda bersikap seperti itu. Padahal Anda tahu ini area anak-anak, Anda malah memperlihatkan sikap yang tidak dewasa dan gak beda dengan anak-anak ya
Bi Ijah merasa prihatin melihat hubungan suami dan istri itu, yang satu gengsian dan yang satu polos juga tidak peka, sehingga keduanya akan terus berada di dalam masalah yang tidak terurai itu kalau dibiarkan. Ia menyiapkan bubur untuk Lisa dan mencoba berbicara apa adanya tentang bosnya yang keras kepala itu. "Lisa ...." ujarnya halus. Lisa yang habis menyuapi Baby Axel dan duduk di meja makan pun mendongak, melihat Bi Ijah yang tersenyum padanya setelah meletakkan bubur ayam kesukaannya. "Iya Bi?" tanyanya halus tetapi memperlihatkan kesedihan di sana. Bi Ijah pun duduk di depannya, "Tuan Max emang kayak gitu. Dia nggak akan ngomong kalau nggak dipancing. Coba deh kamu ngomong baik-baik, tapi temui langsung. Nanti malam atau nanti siang pas makan siang, kamu ke kantornya dan coba aja makan bareng. Biasanya ketika makan bareng itulah suasana hati mulai stabi, baru kamu bisa bilang sama dia apapun itu." Lisa pun mengangguk, "Makasih ya Bi, untuk suaranya. Aku bener-bener nggak ng
Seperti dunia Lisa runtuh saat itu juga, ia pun mengangguk, menyetujui dengan lukanya yang perih. Kemudian, ia menghela napas untuk mengatur napasnya agar tidak meloloskan air matanya. "Maaf ya ganggu, semangat kerjanya!" Klup! Pintu tertutup dan Lisa pergi dari ruangan itu yang masih meninggalkan aroma Ten yang menyenangkan, Lisa tak sekuat itu untuk tetap tenang. Ia mencoba menetralisir napasnya dan mencoba terlihat baik agar Fano dan dua sekretaris suaminya tak curiga dengan apa yang terjadi. "Aku harus kuat dan jangan cengeng, semangat Lisa!" gumamnya menyemangati diri sendiri. Di loby ruang CEO, Lisa dengan senyum hangatnya menghampiri Fano dan kedua sekretaris Max. "Kak Fano sibuk ya?" tanyanya. Fano mendongak dan tersenyum, "Enggak kok, udah ketemu sama Boss, Bu?" Lisa mengangguk, "Udah, kamu udah makan siang?" "Udah dong, ini udah jam 3." "Oh iya ...." Lisa baru ingat, akhirnya ia tak jadi memberikan bekalnya untuk Fano. "Kenapa ya, Bu?" tanyanya. "Enggak, lanj
Lisa berusaha menjadi ibu yang tetap baik-baik saja di depan Baby Axel. Bayi itu tumbuh dengan pintar, dan ceria seperti yang ia inginkan. Ia juga berusaha tidak terbawa emosi dan sedih ketika lagi-lagi Max belum pulang selama seminggu ini. Tiap kali ia berusaha menemui Max, selalu ada Ten di ruangan Max padahal katanya Ten kerja di bagian keuangan yang tempatnya ada di dua lantai di bawah lantai ruang CEO. Mereka sangat akrab dan membuat siapapun yang melihatnya gemas dan ingin menjodohkan mereka saking serasinya. Ia mencoba mengabaikan pikiran buruknya, sembari berusaha menjaga jarak dengan Kevan. Kevan yang merasakan aura Lisa yang terlihat sedih pun langsung menemuinya, duduk di meja kantin di depannya. "Kamu lagi gak sehat ya?" tanyanya. "Enggak," ujar Lisa menggeleng. "Mukamu kusem, kayak agak stres gitu, bener gak papa?" Lisa mencoba tidak menanggapi Kevan, "Aku pulang dulu ya, gak bisa jadi pelayanmu, aku harus pulang." "Iya, pulang aja. Perlu diantar?" Lisa menggel
Di saat-saat seperti ini Lisa hanya bisa bersedih sendiri. Ia tidak mungkin membiarkan semua orang khawatir padanya, ia harus tetap produktif dan semangat menjalani hari-harinya. Meratapi kesedihannya bukanlah solusi. Ia pun akan membuat masalahnya terus mengembang, bukannya selesai. Jadi sekarang hal yang perlu ia lakukan adalah percaya bahwa Max hanya belum siap untuk bertemu dengannya. Max tidak mungkin mengkhianatinya dan ia akan berusaha menjaga diri agar Kevan tidak dekat-dekat dengannya. Kevan pun sebenarnya mengerti ketika ia berkata bahwa suaminya tidak suka jika ia dekat dengannya, bahkan yang awalnya Revan duduk di kantin bersamanya kini mulai kembali ngumpul bersama temannya dan membiarkannya sendiri. Entah apa yang Kevan buat tapi, ia terbantu dengan pengertian Kevan. Pulangnya, saat Lisa sampai di dalam mobilnya, lalu ia membuka pintu. Tiba-tiba, ia terkejut sampai mundur beberapa langkah saat melihat siapa yang ada di mobilnya itu. "Hah?!" ••• Fano dan Marcia masih
Lisa terkejut dengan keberadaan Hans di dalam mobilnya, pria itu seperti tidak punya kerjaan dan nongkrong di mobil orang. "Kakak mau nemuin Max? Maxnya lagi gak mau deket-deket sama aku." "Gaklah, nemuin kamu. Udah sini masuk, Sifa juga ikut." Akhirnya Lisa duduk di jok belakang, sementara Hans menyetir dan Syifa ada di sampingnya. Lisa tidak mengerti kenapa Hans bisa se-PD itu. "kakak kenapa di sini sih?" tanya Lisa tak nyaman. "Ya pengen main aja, agak aneh kalau Kakak ke sini sementara Kakak kan temennya suami aku," ujar Lisa. Hans sebenarnya gemes dengan cara Lisa bicara karena halus tetapi dengan nada tak suka. "Haha! Tenang aja Lisa, aku udah ketemu sama suami kamu yang bodoh itu kok." "Dia kan temennya Kakak kenapa Kakak bilang kayak gitu?" tanya Lisa bingung sendiri. Hans tertawa mendengarnya, "Hahaha temen sih temen, tapi gue nggak suka dengan sikapnya sekarang." "Kenapa Kak?" tanya Lisa. "Bahkan kamu nggak sadar arahnya ke mana?" Lisa merengut ketika Hans menying
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j