Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 501 - Chapter 510

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 501 - Chapter 510

541 Chapters

Chapter 499

Sekali lagi Sana menoleh ke belakang sebelum benar-benar memasuki pesawat. Ada yang membuatnya begitu tidak bersemangat. Lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena suaminya tidak bisa mengantarkannya. Sana melangkah masuk ke dalam pesawat. [Aku sudah naik pesawat] mengirim pesan pada Rafa. Setelah menempuh perjalanan selama belasan jam. Akhirnya Sana sampai juga di negaranya. Bukannya mencari tempat tinggal lebih dulu. Ia langsung mengunjungi kedua orang tuanya yang berada di sebuah penjara. Pertama ia akan bertemu dengan ayahnya lebih dulu.“Bagaimana kabar putri ayah?” tanya Akiho . Wajahnya terlihat begitu tirus. Tubuh yang dulunya selalu berisi, sekarang kian mengurus. Sana tidak bisa menahan kesedihannya ketika melihat ayahnya seperti ini. Ia terbayang dengan penderitaan ayahnya selama mendekam di penjara. “Sana baik. Bagaimana dengan Dad?” tanya Sana. “Seperti yang kamu lihat. Dad sehat.” Akiho tersenyum. Senyum yang semakin membuat Sana merasa bersalah. Ia menghela nafas
Read more

Chapter 500

Hampir satu bulan terlewati. Rafa yang masih sibuk dan tidak bisa menyusul Sana ke Jepang. Pada akhirnya mereka menjalani hubungan jarak jauh lagi. Sana yang suka sekali pergi ke tempat baru selalu mengirimkan Rafa foto. Sedangkan Rafa yang selalu sibuk dengan pekerjaan di kantor meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan istrinya. Sana sudah siap menggunakan dress berwarna hitam selutut. Ia menunggu Mina datang menjemputnya. Katanya, mereka akan datang ke acara ulang tahun teman Mina yang ada di sini.“Kau akan pergi dengan pakaian seperti itu?” tanya Mina yang berada di dalam mobil. Ia memandang Sana dari atas hingga bawah. Pakaian Sana berwarna hitam, dengan potongan yang sopan. Seperti akan ke sebuah pemakaman. Sana mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil. Ia justru terkejut dengan pakaian Mina yang terkesan sangat santai. Kembarannya itu menggunakan rok pendek yang panjangnya setengah paha dengan atasan crop. “Kenapa pakaianmu seperti itu?” tanya Sana yang kaget. “Kau aka
Read more

Chapter 501

Mina menoleh ke samping. Ternyata benar—kembarannya sudah menghilang. Dengan pandangan yang mulai mengabur, Mina melihat Sana yang tengah berada di kerumunan orang-orang. Wanita itu menikmati alunan musik sembari membawa gelas minuman. “Apa yang dia lakukan?” Mina berdiri dari duduknya. “Jangan sampai dibungkus dan dibawa pulang oleh pria hidung belang yang ada di sini.” “TEMAN-TEMAN!” teriak Mina. “Bantu aku melindungi Sana.” Sedangkan yang dipanggil teman-teman malah menunduk dan sepenuhnya mabuk. Rei mengangkat tangannya sebentar. “Kau lindungi kembaranmu sendiri saja.” Di sisi lain, Kaho kembali meminum minumannya sampai habis. Tidak jauh berbeda—mereka berdua memang sudah kehilangan kesadaran. Mina berjalan gontai berjalan menuju kerumunan orang-orang berada. Namun pinggangnya ditarik begitu saja hingga menabrak sebuah dada bidang. Ketika ia mendongak—ia menyipitkan mata melihat seorang pria tampan. “Siapa pria tampan ini?” tanyanya sambil terkekeh pelan. “Pria ini seharusn
Read more

Chapter 502

Pria itu bangun. Ia tersenyum remeh dan meregangkan ototnya. Berusaha memukul rahang lawan dan berakhir tersungkur kembali. BUGHSatu tendangan yang membuat pria itu tersungkur di lantai. Karena tidak ingin babak belur. Akhirnya pria itu berlari menjauh. Sedangkan Sana mulai bangkit. Sedikit sempoyongan berdiri. Ia berpegang pada tembok sampingnya. Menggeleng pelan untuk menyadarkan diri sendiri. Sana menghela nafas dan mulai membuka mata lebar. Menatap kaki seorang pria yang berada di hadapannya, juga pria yang menolongnya. Sana mendongak—pandangannya yang begitu kabur membuatnya kesulitan menatap wajah pria itu. “Siapa kau?” tanyanya sambil mendekat dengan langkah yang sempoyongan. Namun belum sempat menatap wajah—ia lebih dulu terjatuh di tubuh pria itu. Parfum yang familiar. Namun ia tidak tahu siapa. Sana merasakan pinggangnya ditangkap sepasang tangan. Ia tidak bisa berpikir saat perutnya bergejolak diringi dengan rasa mual yang begitu luar biasa. HUEK!!~~Terbangun akiba
Read more

Chapter 503

Datang ke sebuah stadium. Sana kira ia tinggal menjemput Arron. Tapi ternyata ia harus menunggu pria itu selesai berlatih. Sana duduk di tribuk sambil mengotak-atik ponselnya. Jangan lupa untuk mengabari suaminya dulu. Walaupun sedikit berbohong. Sana menghela nafas. Ia menatap mobil berwarna hitam itu melaju begitu kencang. “Dia memang berbakat,” lirihnya. Mengakui Arron yang sungguh berbakat meskipun ia tetap mendukung tim lawan. “Dia memang sangat berbakat,” ucap seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di samping Sana. “Perkenalkan aku Mark. Aku manajer Arron.” Tersenyum cerah bagaikan mentari pagi. Sana mengernyit. Pria itu mengulurkan tangan. Dengan sedikit ragu Sana menyambut uluran tangan pria itu. “Sana. Miyawaki Sana. Panggil Sana saja.” “Oke.” Mark memberikan jempolnya. “Aku dengar kalian akan jalan hari ini.” Mark sedikit bergeser untuk lebih dekat dengan Sana. “Arron itu emas berharga kami. Jadi kau harus bisa menjaganya. Jangan sampai tergores atapun terluka sedikitpun.
Read more

Chapter 504

Tidak sesuai dengan bayangan Arron. Sana mengajaknya ke sebuah tempat makan yang begitu kecil. Apalagi harus mengantri lebih dulu. Hampir 30 menit sudah terlewati namun mereka tidak kunjung masuk ke dalam. “Aku harus menunggu berapa lama lagi?” Arron tidak berhenti mengeluh. Mereka mengantri di depan sebuah restoran kecil yang menyediakan Ramen. Sana menatap Arron. “Sebentar lagi.” “Tahu begini, lebih baik makan di hotel. Tidak usah mengantri seperti orang susah,” balas Arron sengit.Sana menghela nafas. Bersama Arron seperti mengasuh seorang anak yang rewel. Sana mengambil kedua tangan pria itu. “Aku sudah memprediksi waktu kita makan dan pergi ke tempat selanjutnya. Ini adalah waktu yang pas.”“Juga—” Sana mendongak. “Kau tidak pernah melakukan hal seperti ini bukan? Mengantri seperti ini? Aku memperkenalkanmu budaya kami di sini. Budaya tertib dan mengantri.” “Jika yang makan dua orang, yang mengantri harus dua. Kau tidak bisa pergi dan kembali saat waktunya kita masuk sudah ti
Read more

Chapter 505

Hari berikutnya. Sana bersiap dengan pakaian yang lebih santai. Hanya menggunakan sebuah kaos denga rok jeans di bawah lutut. Karena hari ini Arron akan mengajarinya mengemudi. Sana menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tangannya memperagakan bagaimana menyetir mobil. “Aku tidak sabar bisa menyetir.” Sampai di sebuah tempat yang digunakan untuk berlatih menyetir. Sana sudah duduk di kursi pengemudi. Untuk permulaan, Arron menjelaskan detail beserta fungsi dari benda-benda yang berada di dalam mobil. “Injak gas.” Sana meninjak gas sangat pelan. Mobil berjalan dengan sangat pelan. “Injak rem,” aba-aba Arron yang terdengar sangat tegas. Jika begini bagaimana bisa Sana belajar dengan tenang. Yang ada Sana tegang setengah mati. Pada akhirnya menginjak Rem dengan begitu keras membuat mobil langsung berhenti mendadak. “Ini baru permulaan Sana.” Arron menoleh. Menatap Sana dengan kesal. “Kau—” ia berhenti. Mendesah lelah. Ia mendekat. “Perhatikan juga sabuk pengamanmu. Kau tidak m
Read more

Chapter 506

Perlahan membuka mata. Sana menatap sekitarnya. Ia berada di sebuah kamar yang begitu luas. Seperti kamar hotel. Merasakan tangan yang tidak bisa bergerak dengan bebas, ternyata punggung tangannya tertancap dengan infus. “Kau sudah bangun?” sebuah suara dari ambang pintu. Arron yang semula hanya menatap Sana dari kejauhan kini mulai melangkah mendekat. “Apa yang terjadi denganku? Dan ini di mana?” tanya Sana kebingunan. “Ini bukan rumah sakit.” “Kamarku.” Arron mengambil duduk di samping ranjang. “Kau ada di kamar hotel yang aku gunakan menginap selama di sini.” Sana mengangguk. Ia mencabut infus itu dari punggung tangannya dengan mudah. “Terima kasih kau sudah membantuku. Aku harus pulang.” “Istirahatlah di sini.” Arron mencekal pergelangan tangan Sana. “Sudah malam. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi dengan keadaan seperti ini.” Sana menyingkirkan tangan Arron. “Aku baik-baik saja.” Arron tersenyum sinis. “Dokter bilang kau trauma. Mobil yang menabrak pembatas tadi mengingatka
Read more

Chapter 507

“Kau akan mencarikan orang untukku?” potong Sana menyela ucapan Arron. Arron mendekat. Menarik bangku Sana hingga begitu dekat dengannya. “Panggil aku jika kau butuh orang.” Mengusap pelan pipi Sana. Hal yang sederhana namun mampu membuat Sana membisu. Arron tersenyum. Menyentil dahi Sana hingga perempuan itu mengaduh kesakitan. “Akh!” Sana melebarkan mata. Suasana mendadak canggung. Sana tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ucapan pria itu. Namun ada perasaan senang yang sulit dijelaskan. Setidaknya ada orang yang peduli dengannya. Sana tersenyum. “Terima kasih.” “Terima kasih tidak cukup.” Arron mendekat. Mengikis jarak di antara mereka. Melihat Sana yang menatapnya was-was membuanya tertawa. Berakhir dengan meniup hidung kecil wanita itu—akhirnya ia mundur. “Baiklah kau lolos seleksi menjadi temanku.” Sana mengulurkan tangan.Arron menepis tangan Sana begitu saja. “Tidak kakak tidak adik sama saja,” lirih Sana sebal. Arron bertopang dagu. “Memangnya kau yakin hanya
Read more

Chapter 508

Memasuki sebuah klub yang barus saja dibukan beberapa hari yang lalu. Sana tidak tahu apa bedanya dengan klub-klub lain. Menurutnya sama saja dengan klub yang pernah ia kunjungi. Hanya saja sedikit lebih mewah. Ada beberapa lantai yang pasti mempunyai fungsi yang berbeda. “Sana!” panggil Mina dari sebuah bangku. Sana mendekat. Sudah ada Rei dan Kaho. Mereka yang ada di sana menatapnya dengan begitu heran. Sana menatap dirinya sendiri. “Apa ada yang salah?” “Apa ini terlalu terbuka?” tanyanya. Saat ini ia menggunakan sebuah dress putih selutut. Dress yang memiliki tali tipis sebagai penyangga. Hampir setengah punggungnya terlihat. Bagaian dada tidak terlalu terbuka, hanya menunjukkan lekuk bulatan dadanya. Bagi Sana dress ini sudah paling seksi yang pernah ia gunakan. “Seharusnya aku tidak terlalu berharap padamu.” Mina mengisi gelas Sana dengan cairan wine. “Kau memang princess. Tidak bisa menjadi jalang sepertiku.” Mina menggeleng pelan. Sana menyipitkan mata melihat pakaian Mi
Read more
PREV
1
...
4950515253
...
55
DMCA.com Protection Status