Sinar matahari yang masuk membuat sepasang mata mulai mengernyit. Perlahan Sana membuka mata, melihat sekitarnya. Menyadari jika waktu telah berganti siang. Ia merasakan pinggangnya yang begitu berat. Dari belakang, nafas seseorang yang mengenai tengkuknya. Sana membalikan posisi berbaringnya. Hingga menghadap suaminya yang masih tidur dengan nyenyak. “Rafa,” panggilnya. Dengan jemari yang mengusap pipi Rafa pelan. “Bangun. Ini sudah jam berapa? Kamu tidak ke kantor?” Rafa tidak kunjung bangun. Justru malah mengeratkan pelukannya. Rafa menghela nafas dan hanya menekan hidungnya di ceruk leher istrinya. “Ayo bangun. Tidak ada jadwal penting hari ini?” tanya Sana. Ia tahu sekali pasti tidak ada jadwal longgar untuk seorang CEO Rafael. Untuk itu sebagai istri yang baik—ia berusaha mengingatkan suaminya. “Aku mengambil cuti.” Setelah itu hening. Jawaban Rafa terdengar sangat mustahil. Sana hanya berdecak pelan. “Jangan bercanda. Ayo bangun. Kasihan Sekretaris kamu nanti.” “Kenapa y
Baca selengkapnya