Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 491 - Chapter 500

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 491 - Chapter 500

541 Chapters

Chapter 489

Mengendari mobil dengan kecepatan rata-rata. Rafa menoleh ke samping sebentar. Melihat istrinya yang tengah menguap lebar karena mengantuk. “Apa kita langsung pulang saja?” tanyanya. Sana langsung menggeleng. “Tidak-tidak. Aku tidak mengantuk. Ayo pergi ke tempat yang sudah kamu siapkan.” “Tidur saja. Aku akan membangunkanmu saat sudah sampai.” Rafa merasa ganjal. Mobil yang berisi bodyguardnya tidak kunjung menyusulnya. Padahal sudah lewat beberapa menit. Rafa menurunkan gas dan menginjak rem. Namun ternyata rem tidak berfungsi. Rafa mencoba menekan rem sekali lagi. Namun masih sama. Tidak membuat mobil berhenti. “Sana bangun,” Rafa menoleh ke samping. “Kencangkan sabuk pengaman kamu.”Sana yang tidak tahu apa yang terjadi langsung menuruti perintah suaminya. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman itu di tubuhnya. Mobil yang mereka tumpangi masih berjalan dengan kecepatan paling lambat. “Rafa pelan-pelan. Jangan panik.” Sana memegang punggung tangan suaminya. “Matikan mesin s
Read more

Chapter 490

Akibat dari kecelakaan tersebut, perut Sana terbentur begitu keras. Hal tersebut membuat janin yang di dalam perut mengalami luka dan akhirnya tidak bisa bertahan. Janin yang berada di perut Sana sudah tiada saat perjalan ke rumah sakit. Tidak ada pilihan lain selain melakukan operasi dan mengeluarkan janinnya. Sana menggeleng pelan. “Tidak mungkin.” Ia menatap suaminya. “Jika dia tidak berada di perutku, berarti di sudah keluar dan melihat dunia.” Memegang lengan suaminya. “Bawa dia ke sini, aku ingin melihatnya…” lirih Sana. Rafa menunduk. “Aku mohon Sana relakan dia pergi.” “TIDAK!” teriak Sana. Sana menolak perkataan suaminya. Memegang kepalanya di kedua sisi. “Aku mohon ini Cuma mimpi. Aku mohon cepat bangun Sana.” Mencengkram kepalanya dengan erat. “BANGUN! BANGUN SANA!” Teriaknya pada diri sendiri. Rafa mendekap tubuh Sana. “Berhenti. Jangan sakiti diri kamu. Semua salahku yang tidak bisa menjaga kalian. Aku gagal menjaga kalian. Aku mohon maafkan aku.” Dunianya hancur. S
Read more

Chapter 491

Malam harinya. Sana merapikan ranjangnya sebentar. Kemudian berdiri di depan jendela kaca. Ia membuka perutnya—terdapat jahitan yang masih belum mengering. Sana menghela nafas. “Sana malam ini Mom menemani kamu,” ucap Amel masuk ke dalam kamar. Membawa guling dan bantal untuk menemaninya malam ini. “Kalau butuh apa-apa panggil Mom.” “Mom pulang saja.” Sana menatap Amel. “Mom pasti lelah menjaga Sana seharian ini. Lagipula besok Sana boleh pulang.” “Justru karena besok boleh pulang, Mom harus menemani kamu. Mom harus memastikan kamu aman.” Amel menata bantal di sebuah sofa. “Mom tidak habis pikir lagi dengan suami kamu.” “Bisa-bisanya meninggalkan kamu dalam keadaan seperti ini. Apa pekerjaannya sepenting itu?” Amel yang mengomel. “Mom harus memarahinya nanti.” Sana tersenyum tipis. “Rafa memang seperti itu Mom. Dia memang sangat gila kerja.” Amel berkacak pinggang. “Mom tidak bisa membiarkan hal itu terus terjadi, Sana. Pokoknya nanti Mom akan berbicara dengan suamimu itu.” Tok
Read more

Chapter 492

Tidak ada artinya mengharapkan polisi menangkap pelaku dengan cepat. Alhasil, Rafa menggunakan cara yang paling cepat untuk menemukan pelaku tersebut. Tanpa melibatkan polisi di dalamnya, Rafa dengan mudah menemukan orang yang dicarinya. Berdasarkan rekaman CCTV, rem mobilnya sengaja di putus oleh salah satu bodyguardnya sendiri. Setelah melakukan hal tersebut, bodyguard itu melarikan diri pergi ke kota lain. Namun berkat orang suruhan Rafa, bodyguard itu bisa dibawa kembali. Rafa berdiri. Menatap seorang pria yang terikat berada dibawah sedang berlutut. “Aku tidak akan berbasa-basi. Siapa yang menyuruhmu?” Pria itu hanya tersenyum miring. “SIAPA YANG MENYURUHMU? SIALAN!” Rafa tidak bisa menahan emosinya dan berakhir dengan memukul kepala pria itu hingga terjatuh di lantai. “Aku akan mencari identitasmu. Aku tidak akan ragu membunuh orang-orang terdekatmu.” Berjongkok dan menatap orang itu tanpa belas kasih. Ketika mendengar kata orang terdekat. Orang itu segera menunduk dan mera
Read more

Chapter 493

Sana sudah duduk di bangku tribun. Ternyata banyak wanita yang datang menonton. Kebanyakan pakaian mereka adalah warna hitam. Kebanyakan memang pendukung Arron. Sana mengeluarkan ponselnya. Ia tidak tahu siapa pembalap warna merah. “Charles,” lirihnya. ‘Jadi namanya Charles. Kalau aku ditanya bisa jawab aku mendukung Charles,’ batin Sana dalam hati. Hampir 40 menit berlalu. Charles dan Arron selalu berada di posisi terdepan. Sana menggenggam erat tangannya. “Ayo Charles kau harus menang…” lirih Sana. Pada akhirnya didetik terakhir Sana harus mendesah kecewa lagi saat jagoannya kalah. Arron menang. Pria itu berhasil menjadi juara bertahan selama beberapa tahun. Performanya tidak bisa diragukan meskipun umurnya yang masih terbilang muda. Sana mendesah kecewa. “Aku datang ke sini agar bisa senang sedikit. Tapi malah kesal sendiri.” Kecewa sekali sungguh, Sana keluar dari arena tribun. Di sisi lain ada seorang pria yang menatapnya dibawah sana tanpa ekspresi. Sana yang tidak menyadar
Read more

Chapter 494

“Kenapa kau telanjang keluar dari ruangan itu?” tanya seorang pria yang menunjuk Arron dengan kebingungan. “Tapi sebelum kau keluar—” pria itu terbelalak. “Aku sempat melihat wanita yang menggunakan dress putih. Apa kau bercinta di dalam ruangan ini dengannya?!” Arron menatap sang manajer. “Berhentilah berbicara omong kosong.” “Lalu apa yang terjadi? Kenapa kau telanjang?” Mark tidak bisa berpikiran buruk pada Arron. “Semua orang mencarimu.” “Aku hanya bertelanjang dada.” Menghela nafas lelah. “Aku menghindari penggemar.” Arron berjalan mendahului Mark. Dengan santai berjalan tanpa menggunakan atasan. Menatap kaos hitamnya yang berada di tangannya. Ia tidak tahu di mana letak darah yang berada di kaosnya. “Tapi kau bersama wanita tadi bukan?” tanya Mark ketika mereka masuk ke dalam ruangan istirahat. “Ya,” balas Arron singkat. Ia mengambil rokok dan menyulutnya. “Aku tidak akan menyanyakannya kali ini.” Mark mengambil kaos berwarna putih. “Kita hanya punya waktu 10 menit sebelum
Read more

Chapter 495

“Sana bukan begitu.” Rafa mengusap rambut panjang Sana. “Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan perusahaan. Kamu tahu sendiri aku baru saja menjabat menjadi CEO, maka dari itu aku harus menunjukkan kemampuanku mengurus perusahaan.” “Aku mengerti. Aku mengerti Rafa. Maka dari itu ijinkan aku pergi lebih dulu. Jika kamu punya waktu kamu harus menyusulku. Aku juga tidak akan mempermasalahkan jika kamu memang tidak punya waktu.” Rafa menarik Sana ke dalam pelukannya. “Baiklah. Aku mengijinkan kamu ke Jepang. Tapi kamu harus selalu mengabariku saat di sana. Jangan pernah pergi sendirian, selalu ajak Mina. Nanti aku juga akan menyuruh bodyguard untuk menjaga kamu.” Sana mengangguk. “Terima kasih.” Rafa mengecup dahi Sana. “Tidak perlu berterima kasih.” Sana mendongak. “Apa kamu sudah menyelidiki Anton?” Rafa mengangguk. Ia menggenggam jemari Sana, kemudian menariknya keluar. Hingga sampai di ruangan kerja. “Tidak ada yang mencurigakan.” Rafa mengambil sebuah dokumen yang berisi khus
Read more

Chapter 496

Cloe akhirnya mengangguk mengerti. “Laporkan padaku jika Rafa bertemu dengan Bianca.” Sana menatap Cloe dengan keseriusan. “Ada tugas tambahan jika kau sanggup. Buat Rafa dan Bianca jauh jika tidak ada urusan bisnis. Misalnya, jika Bianca datang ke kantor dengan urusan yang tidak jelas, maka kau harus membuatnya menjauh.” “Bagaimana? Aku akan mengganjimu 3 kali lipat dari gajimu.” Sana menampilkan senyumnya. Berharap Cloe akan tertarik dengan tawarannya. Cloe berpikir sebentar. “Saya bisa menjadi mata-mata Mrs. Tapi untuk menjauhkan tuan Rafa dari Bianca, saya tidak yakin.” “Baiklah tidak masalah. Jadi mata-mata dulu. Nanti saat kau tertarik dengan tugas tambahan. Kau harus memberitahuku.” Cloe mengangguk. “Siap Mrs. Tapi anda akan ke mana? Kenapa anda tiba-tiba akan pergi?” “Aku akan pergi sebentar untuk menenangkan diri,” jawab Sana. Setelah itu berjalan masuk ke dalam ruangan suaminya. Sebenarnya ruangan Rafa sang luas namun sayang interiornya terlalu membosankan. Hanya diis
Read more

Chapter 497

“Mari nona saya antar.” Sana mengikuti seorang maid yang menyambutnya. Sampai mereka berada di sebuah ruang tamu. Sana dipersilahkan duduk sampai orang tua Anton keluar untuk menghampirinya. “Sana,” panggil seorang wanita yang seumuran dengan ibunya. Wanita itu nampak tersenyum hangat. “Aunty,” panggil Sana. Ia membalas pelukan dari ibu Anton tersebut. “Bagaimana kabar Aunty?” “Baik.” Anna begitu senang dengan kehadiran Sana di rumahnya. “Aunty sangat suka dengan lukisan kamu. Ternyata pelukis Starlight itu kamu—” Anna antusias membahas lukisan dari Sana. “Aunty sering mendengar nama kamu diperbincangkan di arisan ibu-ibu, lukisan kamu sering dibicarakan karena susah sekali mendapatkannya. Kamu pelukis hebat.” Sana tersenyum. “Terima kasih aunty. Tapi sebenarnya Sana hanya tidak menjualnya mangkanya orang-orang bayak yang tertarik.”“Tidaklah.” Anna menggeleng. “Itu karena kamu berbakat.” Menunjuk sebuah dinding. “Itu aunty langsung memajangnya. Biar semua orang yang datang ke si
Read more

Chapter 498

“Aku mendapat banyak uang dari menjadi pembalap. Pelukis hanya menghasilkan uang yang sedikit. Itupun—harus menunggu lama sampai karyamu bisa dikenal orang.” Yang dikatakan Arron memang benar. Jika mengejar uang dari sebuah karya seni, hal itu akan sulit diraih. Yang dilakukan Sana adalah fokus pada kualitas karya lukisannnya dan nominal uang bisa menyusul. “Hm. Kau bisa menadapatkan banyak uang dengan menjadi pembalap. Apalagi jika kau selalu menang.” Sana menatap Arron yang kini duduk di sofa. Bertopang kaki dan hendak menyulut sebuah rokok. Namun dengan cepat Sana menghentikannya. “Jangan merokok di sini.” Sana menginjak rokok Arron. “Jangan.”“Kau gila?” Arron menatap rokok terakhirnya yang sudah berada di bawah. “Jendela perpustakaan masih tertutup. Kau harus membuka jendela jika ingin merokok.” Sana membuka jendela yang berada di belakang sofa. “Hembusan dari asap rokok yang kau keluarkan akan kembali masuk ke dalam tubuhmu. Kau pikir itu bagus?” Arron menatap setiap perger
Read more
PREV
1
...
4849505152
...
55
DMCA.com Protection Status