Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 511 - Bab 520

541 Bab

Chapter 509

“Aku membencinya bukan karena rokok.” Sana membuka mata. “Karena dia yang tidak peduli denganku.” Sana mengusap wajahnya kasar. Dibawah pengaruh alkohol ia lebih leluasa mengutarakan isi hatinya. “Sudah satu bulan lebih tapi dia tidak menyusulku ke sini. Dia selalu sibuk bekerja. Dia bilang dia mencintaiku, tapi dia memilih tidak meninggalkan dokumen-dokumen sialan itu daripada menyusulku…” Sana menghela nafas kasar. “Kalau begini lama-lama aku muak..” Sana mendongak. “Menjengkelkan sekali.” Mengambil botol minuman itu kemudian dituangkan isinya ke dalam sebuah gelas. Arron membiarkan Sana minum. Sampai akhirnya wanita itu mengeluh. “Ah ini pahit sekali. Ini terlalu kuat.” Sana menggeleng pelan. Tidak menghabiskan minumannya sampai habis. Kepalanya mulai berat. “Jangan tidur di sini,” ucap Arron. Menarik Sana berdiri dan menuntun wanita itu keluar dari klub. Memasukkan Sana ke dalam mobil. Mengendari mobil dengan kecepatan rata-rata. Sesekali menoleh ke samping dan menatap Sana
Baca selengkapnya

Chapter 510

Setelah mengingat kembali yang terjadi tadi malam. Sana memukul kepalanya sendiri. “Dia membantumu dan kau masih bertanya?”Sana mendekat. “Dia tidur seperti ini? Dia bisa sakit.” Sana menyentuh lengan pria itu. “Arron bangun.” Namun Arron tidak menjawabnya. Lengan pria itu juga sedikit panas. “Kau sakit?” Sana menyentuh dahi Arron. Benar saja, ternyata suhunya begitu tinggi. Sana buru-buru masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil selimut. Kemudian menyelimuti tubuh pria itu. “Kau demam.” Sana mengambil obat dari dalam nakas. “Dia harus minum obat. Tapi harus makan lebih dulu.” Sana memilih untuk memasak bubur. “Arron bangun.” Sana mengguncang tubuh Arron. “Bangun sebentar dan makan sup ini setelah itu minum obat.” Arron membuka mata. Namun hanya sebentar setelah itu kembali memejamkan mata. “Arron,” panggil Sana. “Ayo bangun. Aku akan membantumu.” Sana sudah mengangkat mangkok yang berisi sup. Bersiap menyuap pria itu. Arron bangun dan duduk. Ia pasrah saat Sana menyuapinya sup.
Baca selengkapnya

Chapter 511

“Tidak masalah.” Arron tersenyum. “Jika kau ingin aku di sampingmu. Maka jangan pikirkan benar atau salah.” Mendekat—semakin mengikis jarak di antara mereka. “Aku tidak peduli.”Sana menahan debaran di dadanya. Seakan membeku, tubuhnya tidak bisa bergerak. Apalagi saat perlahan hidung mereka saling bersentuhan. Hingga bibir mereka—TING!Sana membuka mata dan turun dari pangkuan Arron. Buru-buru ke arah pintu dan membukanya. “Atas nama Sana. Ini makanan yang anda pesan,” ujar seorang kurir pengantar makanan yang berada di depan pintu. ~~Tidak bisa dijelaskan bagaimana bingungnya seorang Sana sekarang. Ia duduk dengan malas di depan sebuah minimarket. Hanya membeli satu buah susu, itupun belum habis-habis. Sana menghela nafas dalam. Kemarin setelah menyatakan perasaan dan mereka hampir berciuman, Arron pergi. Tapi memang lebih bagus pergi daripada diliputi kecanggungan yang luar biasa. Namun, sampai saat ini pria itu bahkan tidak menghubunginya. Sana menghela nafas. “Apa yang aku
Baca selengkapnya

Chapter 512

Semua karena kesalahannya sendiri. Sana yang nekat menggantikan Arron dipukul. Padahal kakinya kepalanya pusing setelah dijambak dan kakinya sakit setelah ditendang. Sana menghela nafas lelah masuk ke dalam Apartemennya. “Kau harus mendapat perawatan di rumah sakit,” ucap Arron dari belakang mengikuti Sana yang masuk ke dalam kamar. “Tidak usah. Aku akan tidur. Besok akan sembuh sendiri.” Arron menggeleng. Menarik Sana untuk duduk di ranjang. “Aku akan melihatnya.” Sana mengerjap. “Ta-tapi—” Arron menyingkap belakang kaosnya. Arron mengerjap pelan. Ia berusaha menahan diri melihat punggung Sana begitu mulus. Ia mengalihkan pandangannya pada luka yang memerah. “Punggungmu merah. Besok akan menjadi ungu kemudian menghitam dan pasti sakit sekali.” Arron beranjak. “Aku akan mengompresnya dan kau diam saja.” Sana menghela nafas. Pada akhirnya ia membiarkan punggunnya di kompres oleh Arron. Kecanggungan sempat menerpa mereka. Sana menghela nafas berkali-kali. “Aku tidak melihatnya.”
Baca selengkapnya

Chapter 513

“Untuk?” “Perayaan kemenanganmu.” Arron tertawa pelan. “Aku bahkan belum bertanding tapi kau ingin merayakannya?” “Katamu kau selalu menang.” Sana berdecih pelan. “Jadi kau mulai pesimis? Atau mulai tidak percaya diri?” tanyanya. Arron menarik pinggang Sana. “Aku tidak pernah menyia-nyiakan posisi pertama.” Sana tertawa. “Bilang saja kau selalu juara pertama. Kenapa terlalu berbelit-belit.” “Melatihmu agar cepat mengerti.” Arron mengusap kening Sana. Sana mendongak. “Jadi ayo buat kue.” ~~Entah bagaiman rupa dapur Sana. Yang pasti nanti Arron akan membantu membersihkannya. Sana tidak pernah membuat kue dan ini adalah pertama kalinya. Apalagi hanya berbekal pada tutorial youtube. “Jangan mengotoriku.” Sana mundur beerapa langkah saat Arron berhasil mencoretnya dengan tepung. “Arron jangan.” Arron tetap melakukannya. Kedua pipi Sana sudah berlumuran dengan tepung yang berwarna putih itu. Tertawa begitu puas melihat wajah Sana yang berwarna putih. “Aku akan membalasmu.” Tidak
Baca selengkapnya

Chapter 514

“Dia siapa?” “Kenapa dia begitu tampan?” “Dari pakaiannya sepertinya pejabat atau CEO?” “Tunggu, dia lebih mirip dengan seorang aktor. Wajah dan tubuhnya begitu sempurna.”Sana hanya bisa menghela nafas. Ia tidak ingin mendengar ocehan orang-orang lagi. Ia tidak menyadari bahwa sebenarnya dari belakang. Ada satu pria yang berjalan ke arahnya. Dibuntuti beberapa bodyguard. Pria itu tidak ragu datang ke arahnya. Memeluknya dari belakang. Kemudian mengecup pipinya dengan lembut sembari berbisik. “Aku merindukanmu.” Sana menoleh. Ia hampir tidak percaya seorang pria tampan yang duduk di sampingnya ini adalah suaminya. Sana begitu terkejut—sampai-sampai ia tidak sadar bahwa tubuhnya sudah berada di pelukan pria itu. “Aku begitu merindukanmu.” Rafa mengusap punggung istrinya pelan. Mengecup pipi Sana dari samping.“Kenapa kamu di sini?” Rafa melepaskan pelukannya sembari ia tertawa pelan. “Kenapa? kamu terlihat tidak begitu senang dengan kehadiranku?” Sana menggeleng. “Aku hanya kag
Baca selengkapnya

Chapter 515

Semakin lama bersama Rafa, Sana semakin menyadari jika suaminya itu benar-benar berubah banyak. Rafa lebih suka berbincang dengan orang asing daripada dirinya. Padahal mereka baru saja bertemu setelah sekian lama. Tapi Rafa memilih untuk berbincang tentang bisnis bersama orang-orang itu. Sana pergi ke toilet. Ia tidak bisa menahan kekesalannya. Sudah beberapa menit semenjak Rafa pergi berbincang. Namun belum juga kembali menemuinya. Sana masuk ke dalam toilet. Mengusap wajahnya dengan air. Sana menatap wajahnya. Mengusap keringatnya menggunakan selebaran tisu. Melepaskan topi yang beberapa jam ini menutupi kepalanya. “Kau terlihat kesal,” suara seseorang. Sana menoleh. Arron berada di hadapannya. Dengan santainya masuk ke dalam toilet wanita itu. Pria itu pergi mengunci pintu dari dalam. “Kenapa kau di sini?” tanya Sana. “Aku ingin bertemu denganmu.” “Jangan sekarang. Ada yang bisa melihat kita.” Arron tersenyum. “Aku suka kata ‘kita.’ Hanya kau dan akau.” Mendekat—kemudian me
Baca selengkapnya

Chapter 516

Restoran tempat makan malam berada di dalam hotel yang ditempati oleh Rafa. Jadi Sana dan Rafa tinggal menggunakan lift untuk sampai ke restoran tersebut. Sana menggandeng lengan Rafa. Ketika lift terbuka, mereka keluar. Berjalan perlahan menuju sebuah bangku yang sudah terisi oleh beberapa orang. Mendadak Sana terhenti. Jadi makan malam kali ini dilakukan bersama para pemenang pertandingan dan beberapa pejabat setempat. Sana tentu saja menatap keberadaan seorang pria yang tengah duduk dengan santai. “Kamu tidak bilang makan malam bersama para pembalap?” Rafa menggenggam tangan Sana. “Aku tahu kamu tidak suka keramaian. Tapi aku—kita harus tetap melakukannya. Nanti setelah makan selesai, kita langsung kembali.” Mengusap pipi Sana. “Oke?” Sana memejamkan mata sebentar sebelum mengangguk. “Baiklah.” Duduk di bangku yang bersebrangan dengan bangku Arron membuat Sana berusaha untuk tetap biasa saja. Menjaga tingkahnya yang terkesan gelisah. “Jadi aku tahu alasanmu mengamuk saat sele
Baca selengkapnya

Chapter 517

Rafa menyentuh bekas jahitan yang berada di perut Sana. Selalu mengingatkannya bahwa ia gagal menjaga anak dan istrinya. Rafa mendongak—menarik lepas satu-satunya kain yang masih berada di tubuh istrinya. Sana yang cenderung pasrah bahkan menginginkan sentuhan lebih dalam dari suaminya. Bagaimanapun mereka adalah pasangan. “Rafa.” Sana memejamkan mata memebiarkan milik Rafa memasuki miliknya. Rafa menghentakkan miliknya hingga memenuhi milik istrinya. Menggerakkan pinggulnya sesuai keinginannya. Rafa tidak membiarkan Sana beristirahat malam ini. Kerinduan yang selama ini ia tahan akhirnya tumpah juga. Rafa menarik selimut menutupi tubuh mereka berdua. Rafa menghela nafas sambil berbaring menatap istrinya. Jemarinya terangkat menyentuh dahi Sana pelan agar tidak membangunkan istrinya itu. “Aku ingin kamu selalu ada di sampingku.” Bukannya ikut tertidur dengan Sana. Rafa justru beranjak dari ranjang. Menggunakan kembali celana pendeknya. Memilih keluar ke balkon. Mengambil satu rok
Baca selengkapnya

Chapter 518

“Rafaaaaaa….” Teriak Sana yang tidak bisa berjalan di atas es. Menggunakan sepatu khusus untuk berjalan di atas permukaan es nyatanya tidak membantu sama sekali. Sana benar-benar payah dalam ice skating. Ia terus saja memanggil nama suaminya. “Ayo berjalan. Sedikit-sedikit saja.” Rafa menjauh—sengaja tidak membantu Sana berjalan. “Gerakan kaki kamu seperti ini.” Rafa dengan mudah mengayunkan kakinya sehingga bisa berjalan. “Aku tidak bisa.” Sana berdiri takut sambil memegang pembatas untuk bisa sekedar berdiri. “Aku akan langsung jatuh jika berjalan seperti itu.” “Pegang tanganku.” Rafa mengulurkan tangannya. “Kamu diam saa dan aku akan menarik kamu.” Sana menggenggam tangan Rafa erat. Ia bisa tersenyum saat ia bisa bergerak di atas es ini. “Jangan cepat-cepat!” Sana setengah berteriak. Rafa tertawa. Lucu sekali melihat istrinya. Jadi ingin membawanya pulang dan mengurungnya seharian. “Mau yang lebih seru?” tanya Rafa. Tanpa menunggu jawaban Sana, Rafa menarik tangan istrinya it
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
505152535455
DMCA.com Protection Status