Share

Chapter 503

Author: Iamyourhappy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Datang ke sebuah stadium. Sana kira ia tinggal menjemput Arron. Tapi ternyata ia harus menunggu pria itu selesai berlatih. Sana duduk di tribuk sambil mengotak-atik ponselnya. Jangan lupa untuk mengabari suaminya dulu. Walaupun sedikit berbohong.

Sana menghela nafas. Ia menatap mobil berwarna hitam itu melaju begitu kencang. “Dia memang berbakat,” lirihnya. Mengakui Arron yang sungguh berbakat meskipun ia tetap mendukung tim lawan.

“Dia memang sangat berbakat,” ucap seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di samping Sana. “Perkenalkan aku Mark. Aku manajer Arron.” Tersenyum cerah bagaikan mentari pagi.

Sana mengernyit. Pria itu mengulurkan tangan. Dengan sedikit ragu Sana menyambut uluran tangan pria itu. “Sana. Miyawaki Sana. Panggil Sana saja.”

“Oke.” Mark memberikan jempolnya. “Aku dengar kalian akan jalan hari ini.” Mark sedikit bergeser untuk lebih dekat dengan Sana. “Arron itu emas berharga kami. Jadi kau harus bisa menjaganya. Jangan sampai tergores atapun terluka sedikitpun.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 504

    Tidak sesuai dengan bayangan Arron. Sana mengajaknya ke sebuah tempat makan yang begitu kecil. Apalagi harus mengantri lebih dulu. Hampir 30 menit sudah terlewati namun mereka tidak kunjung masuk ke dalam. “Aku harus menunggu berapa lama lagi?” Arron tidak berhenti mengeluh. Mereka mengantri di depan sebuah restoran kecil yang menyediakan Ramen. Sana menatap Arron. “Sebentar lagi.” “Tahu begini, lebih baik makan di hotel. Tidak usah mengantri seperti orang susah,” balas Arron sengit.Sana menghela nafas. Bersama Arron seperti mengasuh seorang anak yang rewel. Sana mengambil kedua tangan pria itu. “Aku sudah memprediksi waktu kita makan dan pergi ke tempat selanjutnya. Ini adalah waktu yang pas.”“Juga—” Sana mendongak. “Kau tidak pernah melakukan hal seperti ini bukan? Mengantri seperti ini? Aku memperkenalkanmu budaya kami di sini. Budaya tertib dan mengantri.” “Jika yang makan dua orang, yang mengantri harus dua. Kau tidak bisa pergi dan kembali saat waktunya kita masuk sudah ti

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 505

    Hari berikutnya. Sana bersiap dengan pakaian yang lebih santai. Hanya menggunakan sebuah kaos denga rok jeans di bawah lutut. Karena hari ini Arron akan mengajarinya mengemudi. Sana menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tangannya memperagakan bagaimana menyetir mobil. “Aku tidak sabar bisa menyetir.” Sampai di sebuah tempat yang digunakan untuk berlatih menyetir. Sana sudah duduk di kursi pengemudi. Untuk permulaan, Arron menjelaskan detail beserta fungsi dari benda-benda yang berada di dalam mobil. “Injak gas.” Sana meninjak gas sangat pelan. Mobil berjalan dengan sangat pelan. “Injak rem,” aba-aba Arron yang terdengar sangat tegas. Jika begini bagaimana bisa Sana belajar dengan tenang. Yang ada Sana tegang setengah mati. Pada akhirnya menginjak Rem dengan begitu keras membuat mobil langsung berhenti mendadak. “Ini baru permulaan Sana.” Arron menoleh. Menatap Sana dengan kesal. “Kau—” ia berhenti. Mendesah lelah. Ia mendekat. “Perhatikan juga sabuk pengamanmu. Kau tidak m

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 506

    Perlahan membuka mata. Sana menatap sekitarnya. Ia berada di sebuah kamar yang begitu luas. Seperti kamar hotel. Merasakan tangan yang tidak bisa bergerak dengan bebas, ternyata punggung tangannya tertancap dengan infus. “Kau sudah bangun?” sebuah suara dari ambang pintu. Arron yang semula hanya menatap Sana dari kejauhan kini mulai melangkah mendekat. “Apa yang terjadi denganku? Dan ini di mana?” tanya Sana kebingunan. “Ini bukan rumah sakit.” “Kamarku.” Arron mengambil duduk di samping ranjang. “Kau ada di kamar hotel yang aku gunakan menginap selama di sini.” Sana mengangguk. Ia mencabut infus itu dari punggung tangannya dengan mudah. “Terima kasih kau sudah membantuku. Aku harus pulang.” “Istirahatlah di sini.” Arron mencekal pergelangan tangan Sana. “Sudah malam. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi dengan keadaan seperti ini.” Sana menyingkirkan tangan Arron. “Aku baik-baik saja.” Arron tersenyum sinis. “Dokter bilang kau trauma. Mobil yang menabrak pembatas tadi mengingatka

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 507

    “Kau akan mencarikan orang untukku?” potong Sana menyela ucapan Arron. Arron mendekat. Menarik bangku Sana hingga begitu dekat dengannya. “Panggil aku jika kau butuh orang.” Mengusap pelan pipi Sana. Hal yang sederhana namun mampu membuat Sana membisu. Arron tersenyum. Menyentil dahi Sana hingga perempuan itu mengaduh kesakitan. “Akh!” Sana melebarkan mata. Suasana mendadak canggung. Sana tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ucapan pria itu. Namun ada perasaan senang yang sulit dijelaskan. Setidaknya ada orang yang peduli dengannya. Sana tersenyum. “Terima kasih.” “Terima kasih tidak cukup.” Arron mendekat. Mengikis jarak di antara mereka. Melihat Sana yang menatapnya was-was membuanya tertawa. Berakhir dengan meniup hidung kecil wanita itu—akhirnya ia mundur. “Baiklah kau lolos seleksi menjadi temanku.” Sana mengulurkan tangan.Arron menepis tangan Sana begitu saja. “Tidak kakak tidak adik sama saja,” lirih Sana sebal. Arron bertopang dagu. “Memangnya kau yakin hanya

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 508

    Memasuki sebuah klub yang barus saja dibukan beberapa hari yang lalu. Sana tidak tahu apa bedanya dengan klub-klub lain. Menurutnya sama saja dengan klub yang pernah ia kunjungi. Hanya saja sedikit lebih mewah. Ada beberapa lantai yang pasti mempunyai fungsi yang berbeda. “Sana!” panggil Mina dari sebuah bangku. Sana mendekat. Sudah ada Rei dan Kaho. Mereka yang ada di sana menatapnya dengan begitu heran. Sana menatap dirinya sendiri. “Apa ada yang salah?” “Apa ini terlalu terbuka?” tanyanya. Saat ini ia menggunakan sebuah dress putih selutut. Dress yang memiliki tali tipis sebagai penyangga. Hampir setengah punggungnya terlihat. Bagaian dada tidak terlalu terbuka, hanya menunjukkan lekuk bulatan dadanya. Bagi Sana dress ini sudah paling seksi yang pernah ia gunakan. “Seharusnya aku tidak terlalu berharap padamu.” Mina mengisi gelas Sana dengan cairan wine. “Kau memang princess. Tidak bisa menjadi jalang sepertiku.” Mina menggeleng pelan. Sana menyipitkan mata melihat pakaian Mi

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 509

    “Aku membencinya bukan karena rokok.” Sana membuka mata. “Karena dia yang tidak peduli denganku.” Sana mengusap wajahnya kasar. Dibawah pengaruh alkohol ia lebih leluasa mengutarakan isi hatinya. “Sudah satu bulan lebih tapi dia tidak menyusulku ke sini. Dia selalu sibuk bekerja. Dia bilang dia mencintaiku, tapi dia memilih tidak meninggalkan dokumen-dokumen sialan itu daripada menyusulku…” Sana menghela nafas kasar. “Kalau begini lama-lama aku muak..” Sana mendongak. “Menjengkelkan sekali.” Mengambil botol minuman itu kemudian dituangkan isinya ke dalam sebuah gelas. Arron membiarkan Sana minum. Sampai akhirnya wanita itu mengeluh. “Ah ini pahit sekali. Ini terlalu kuat.” Sana menggeleng pelan. Tidak menghabiskan minumannya sampai habis. Kepalanya mulai berat. “Jangan tidur di sini,” ucap Arron. Menarik Sana berdiri dan menuntun wanita itu keluar dari klub. Memasukkan Sana ke dalam mobil. Mengendari mobil dengan kecepatan rata-rata. Sesekali menoleh ke samping dan menatap Sana

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 510

    Setelah mengingat kembali yang terjadi tadi malam. Sana memukul kepalanya sendiri. “Dia membantumu dan kau masih bertanya?”Sana mendekat. “Dia tidur seperti ini? Dia bisa sakit.” Sana menyentuh lengan pria itu. “Arron bangun.” Namun Arron tidak menjawabnya. Lengan pria itu juga sedikit panas. “Kau sakit?” Sana menyentuh dahi Arron. Benar saja, ternyata suhunya begitu tinggi. Sana buru-buru masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil selimut. Kemudian menyelimuti tubuh pria itu. “Kau demam.” Sana mengambil obat dari dalam nakas. “Dia harus minum obat. Tapi harus makan lebih dulu.” Sana memilih untuk memasak bubur. “Arron bangun.” Sana mengguncang tubuh Arron. “Bangun sebentar dan makan sup ini setelah itu minum obat.” Arron membuka mata. Namun hanya sebentar setelah itu kembali memejamkan mata. “Arron,” panggil Sana. “Ayo bangun. Aku akan membantumu.” Sana sudah mengangkat mangkok yang berisi sup. Bersiap menyuap pria itu. Arron bangun dan duduk. Ia pasrah saat Sana menyuapinya sup.

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 511

    “Tidak masalah.” Arron tersenyum. “Jika kau ingin aku di sampingmu. Maka jangan pikirkan benar atau salah.” Mendekat—semakin mengikis jarak di antara mereka. “Aku tidak peduli.”Sana menahan debaran di dadanya. Seakan membeku, tubuhnya tidak bisa bergerak. Apalagi saat perlahan hidung mereka saling bersentuhan. Hingga bibir mereka—TING!Sana membuka mata dan turun dari pangkuan Arron. Buru-buru ke arah pintu dan membukanya. “Atas nama Sana. Ini makanan yang anda pesan,” ujar seorang kurir pengantar makanan yang berada di depan pintu. ~~Tidak bisa dijelaskan bagaimana bingungnya seorang Sana sekarang. Ia duduk dengan malas di depan sebuah minimarket. Hanya membeli satu buah susu, itupun belum habis-habis. Sana menghela nafas dalam. Kemarin setelah menyatakan perasaan dan mereka hampir berciuman, Arron pergi. Tapi memang lebih bagus pergi daripada diliputi kecanggungan yang luar biasa. Namun, sampai saat ini pria itu bahkan tidak menghubunginya. Sana menghela nafas. “Apa yang aku

Latest chapter

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 539

    “Sir, ada yang ingin bertemu dengan anda. Mereka dari perusahaan kontruksi yang baru saja mendapatkan pemutusan kerja sama. Mereka ingin bertanya secara langsung kenapa anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin sejak lama.” Itu ucapan dari asistennya, Jack. Rafa mengangguk. “Pertemukan aku dengan mereka. Akan aku beritahu alasanku.” Tidak menunggu waktu yang lama. Berada di sebuah restoran berbintang. Rafa masuk dengan langkah yang begitu tajam. Ia menatap sekitarnya dan melihat seorang pria. “Selamat datang, Sir.” Pria itu mengulurkan tangan namun terang-terangan tidak dijabat oleh Rafa. “Saya ingin menanyakan kenapa tiba-tiba anda memutuskan kerja sama yang sudah terjalin dengan begitu lama, Sir? Saya berharap anda bisa berpikir lagi tentang pemutusan tersebut. Apalagi ada proyek yang akan kami jalankan.” Rafa menghela nafas. “Aku hanya sedang bersih-bersih. Kerja sama ini tidak terlalu menguntungkan. Tapi sebenarnya aku bisa saja mempertahankan kerja sama ini, tapi kau m

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 538

    “Di rumah Dad lebih seru, Mom. Ada banyak mainan dan kamarnya besar.” Yoshi mengeluh saat sampai di rumah. Bocah itu terlihat lebih senang berada di rumah itu daripada rumahnya sendiri. Sana menghela nafas. Baru bertemu sudah memanggil Dad. Sana menggeleng pelan. “Diam saja dan tidurlah lagi.” “Besok beli mainan,” ucap bocah itu sebelum pergi ke kamar sendiri. Sana menghela panjang sebelum masuk ke dalam kamarnya sendiri. Merebahkan diri di atas ranjangnya. Tanpa bisa dicegah, air matanya kembali turun. Bersama Rafa terlihat menggiurkan dan menyenangkan, namun Sana juga masih teringat hal-hal menyakitkan bersama pria itu. Lalu, jika ia memilih untuk bersama Rafa dan hal menyakitkan itu kembali terulang apakah ia sanggup menghadapinya? Sana menggeleng pelan. “Hidupku lebih tenang seperti ini. Aku tidak akan bisa bernafas jika kembali bersamanya. Ada banyak hal yang membuatku ragu bersamanya kembali. Lebih baik memang kita berpisah.” Keesokan harinya. Seperti biasa, Sana mengantar

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 537

    Sana bergegas pergi setelah selesai melukis. Ia tidak akan ingat waktu ketika terlalu larut melukis. Sampai akhirnya ia melihat jendela yang menampilkan langit berubah menjadi mendung. Ia segera pergi untuk menjemput Yoshi yang seharusnya sudah pulang 1 jam yang lalu. “Dia pasti marah.” Sana keluar dari bus dengan membawa payung. Ia segera berlari masuk ke dalam sekolah. Bertanya pada Satpam yang ternyata seluruh siswa sudah pulang, tidak ada siswa yang masih berada di kelas. “Dia ke mana?” Sana merogoh ponselnya untuk memesan taksi. Ponselnya masih mati semenjak ia mengisi daya. Ia segera menghidupkannya dan mendapat sebuah pesan dari seseorang 30 menit yang lalu. [Yoshi bersamaku]Sana langsung menelepon orang itu. “Kau siapa? kenapa anakku bersamamu?!” tanayanya. “Datanglah ke rumahku jika ingin tahu siapa aku.” Sana menghela nafas. Kemungkinan besar ia tahu siapa yang meneleponnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya sampai juga di sebuah rumah yang nampak begitu mega

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 536

    “Mom akan mengantar kamu ke kelas.” Sana mengambil tangan Yoshi. Namun putranya itu menolaknya. Yoshi menggeleng. “Aku akan pergi sendiri. Mom pulang saja.” Hari ini adalah pertama kalinya masuk ke sekolah baru. Sana berharap ini menjadi langkah awal untuk memulai hidup baru yang lebih baik. Ia juga berharap sekali tidak ada yang membuli Yoshi di sini. “Hm.” Sana mengangguk dan tersenyum. “Hati-hati.” Setelah mengantar Yoshi ke sekolah, Sana langsung pulang. Rencananya ia akan menguru perceraiannya dengan Rafa. Ia akan mulai mencari pengacara handal yang bisa membuatnya berpisah dengan Rafa. Dengan hak asuh jatuh kepadanya. Sana menghela nafas dan masuk ke dalam subway. Ia tidak menyadari jika ada orang yang membuntutinya. Orang yang membawa kamera dan membidik setiap pergerakannya. Kemudian orang itu akan melaporkan pada seseorang. [Dia baru saja pulang mengantar anaknya]Pesan itu langsung masuk ke sebuah ponsel milik seseorang. Rafa menatap ponselnya. Baru saja ia membaca seb

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 535

    Sana terdiam di tempat. Pikirannya kacau, antara memastikan putranya tetap berada di tempat dan segera pergi dari hadapan pria ini. Sana mengepalkan kedua tangannya. Rafa melangkah mendekat dan otomatis membuat Sana melangkah mundur dengan was-was. “Aku merindukanmu,” ucap Rafa. Terdengar rendah namun penuh penekanan dan juga tersirat sebuah rasa putus asa. Rafa mengepalkan tangannya ketika melihat Sana seperti menahan takut. “Aku akan segera mengurus perpisahan kita.” Sana menatap putranya yang telah menyadari keberadaannya. Yoshi melambaikan tangannya. Sana mengangguk pelan. “Aku harap kita bisa berpisah dengan baik-baik.” Sana melangkah melewati Rafa begitu saja. kemudian menggandeng tangan Yoshi agar ikut berjalan dengannya. Mereka terus berjalan sampai keluar dari gedung. Sana mencegah Yoshi yang setiap kali ingin menoleh ke belakang. “Mom tadi itu siapa?” tanya Yoshi. Sana tidak menjawab. Ia sedang memutar otak bagaimana harus segera pergi sedangkan dia tidak mempunyai ken

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 534

    Sana keluar bersama putranya. Merapikan penampilannya sebentar sebelum masuk. Tidak lupa berterima kasih pada sahabatnya yang mau repot-repot mengantarnya. Setelah masuk—Sana bisa melihat kemegahan di dalam gedung. Tidak salah lagi, orang tua Ren memang sangatlah kaya. Perusahaan orang tua Ren menguasai pasar Jepang dan internasional. Meskipun bisa dibilang, Ren adalah anak gelap, namun keberadaannya tidak pernah ditutupi. Untungnya di antara banyaknya konglomerat yang datang, Sana tidak mengenal mereka. Memang lebih baik seperti itu. Apalagi di depan tadi, ada red karpet dan para wartawan yang siap memotret selebriti maupun konglomerat. Sana melihat Mina yang tengah berbincang dengan beberapa orang. Untuk sebentar, Sana tidak mau mengganggunya. Ia menunggu mereka selesai berbicara barulah mendekati sang saudara. “Selamat.” Sana memeluk Mina. “Maaf aku tidak bisa menemanimu tadi.” Mina mengangguk. “Tidak masalah. Yang terpenting kau bisa datang ke sini.” Mina menatap Yoshi, kemud

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 533

    “Mom kita akan ke mana?” tanya Yoshi yang kebingungan dengan pakaian yang diguanakannya. Tubuhnya yang kecil menggunakan setelan jas. Bocah itu terlihat begitu tampan. “Hari ini adalah hari pernikahan aunty Mina dan paman Ren. Kamu lupa? Padahal kamu yang membaca undangannya.” Sana merapikan jas putranya. Merapikan rambut Yoshi yang sudah rapi agar semakin rapi. “Oh iya. Aku lupa Mom.” Yoshi menepuk dahinya sendiri dengan lucu. “Jadi hari ini aunty akan menikah…,” gumam bocah itu. Sana tertawa pelan. “Ayo berangkat.” Menggandeng tangan mungil putranya. Sana berjalan keluar dari area Apartemen. Ia sudah memesan taksi namun tidak kunjung datang. Namun ia melihat satu mobil berwarna putih yang berhenti tepat di depan mereka. Anton keluar dari mobil, menatap Sana dan Yoshi yang begitu rapi dengan kebingungan. “Kalian akan ke mana?” ia mengangkat sebuah kantong yang berisikan pizza dan ayam goreng. “Aku lupa memberitahumu.” Sana merasa bersalah. “Aku hari ini harus pergi ke acara pern

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 532

    “Melihat lukisanmu secara langsung.” Anton tersenyum dengan lebar. “Sepertinya kau memasak. Kebetulan aku juga lapar.” Anton langsung masuk begitu saja ke dalam rumah Sana. “Paman Anton!” Yoshi berlari keluar dan memeluk Anton. Anton tertawa pelan. “Yoshi sudah besar rupanya.” “Tunggu sebentar. Aku akan menyelesaikannya.” Sana kembali ke dapur. Setelah beberapa lama, ia membawa makanan keluar ke ruang tamu. Menatanya dengan rapi di sebuah meja kayu. “Waah.” Anton menatap makanan yang tersaji di hadapannya. Masakan Sana memang tidak pernah gagal. “Berdoa mulai,” aba-aba Sana. Yoshi mengepalkan tangan dan menutup mata. begitupun dengan Anton yang langsung mengikuti mereka. Padahal dirumah ia tidak pernah berdoa dan langsung makan saja. “Makan pelan-pelan.” Sana mengusap kepala Yoshi pelan. Mereka makan bersama dalam hening. Sana melarang Anton berbicara di hadapan Yoshi. Karena anaknya itu bisa menangkap dan mengerti dengan percakapan mereka. Sana hanya menghindari pembahasan ya

  • Terperangkap Gairah sang Mantan   Chapter 531

    5 tahun kemudian. Seorang wanita tengah berlari keluar dari rumah. Ia berusaha mempercepat langkahnya untuk menyusul anaknya. Waktu yang semakin petang membuatnya begitu kawatir karena anaknya yang tidak kunjung pulang. “Yoshi!” teriaknya di pinggir pantai. “YOSHI CEPAT PULANG! JANGAN BERMAIN TERUS!” teriak Sana pada sang putra yang ikut memancing bersama kakek nelayan. Bocah yang berusia hampir lima tahun itu melambaikan tangan. Di atas perahu yang ditumpanginya, ia berjinjit kecil sembari melambaikan tangan pada sang ibu yang menunggunya di bibir pantai. Bocah yang mempunyai nama Watane Yoshinori tersebut nampak tersenyum dengan senang. “KAKEK TOLONG BAWA YOSHI KEMBALI!!” teriak Sana meminta tolong pada pria tua yang membawa perahu. Sana berlari ke sebuah dermaga kecil. Di sanalah ia menjemput sang putra yang baru saja selesai memancing. “Aku sudah bilang jangan menjemputku Mom!” ucap bocah itu ketika turun dari peruahu. Sana mencebikkan bibirnya. Ia menunduk sebentar dan bert

DMCA.com Protection Status