Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 41 - Chapter 50

541 Chapters

Chapter 41

“Pak ini tisu buat eek. Huaaa.” Karina menangis namun ia juga ingin tertawa. Saka sampai di gedung Apartemen Karina. Ia langsung masuk. Seperti biasa—Ia langsung masuk karena pintu yang belum diperbaiki juga. Ia begitu marah melihat seluruh ruangan yang gelap. Saka pergi ke kamar Karina. Wanita itu sudah tidur meringkuk di atas kasur. Karina bahkan tidak berganti pakaian. Karina tertidur menggunakan dress hitam yang digunakannya ke pameran. Selimutnya entah ke mana—dress itu sudah tersingkap tidak karuan. “Karina kau benar-benar membuatku marah,” geram Saka. Karina bergerak pelan—merubah posisinya menjadi terlentang. Saka mendekat dan naik ke atas ranjang Karina. Sedikit bergoyang akibat pergerakannya—namun Karina masih memejamkan mata. Tidak terusik sama sekali. “Karina,” panggil Saka. Ia mengusap pipi Karina pelan. Karina perlahan membuka mata. Menatap Saka yang sudah berada di hadapannya. “Aku mimpi?” “Hm. Kau mimpi. Kau akan bermimpi sangat indah.” Jemari Saka membelah dada
Read more

Chapter 42

“Bagaimanapun caranya, aku ingin kau menghapus semua video yang sudah terlanjur beredar. Aku juga ingin tahu siapa yang menyebarkannya.” Saka berbicara melalui telepon. Ia mempunyai kenalan di sebuah perusahaan detektif swasta. “Saya akan menghapusnya namun butuh waktu untuk memastikan jika video itu benar-benar sudah hilang.” “Kau harus melakukannya secepatnya. Aku tidak ingin video itu semakin tersebar.” Saka berkacak pinggang. Berjalan ke sana-ke mari dengan gelisah. “Baik, Sir.” Sambungan telepon dimatikan. Saka hampir saja menendang seseorang yang tiba-tiba berada di hadapannya. “Kenapa kau ada di sini?” kesal Saka. “Mendengarkanmu.” Aruna mengedikkan bahu. Ia membawa nampan yang berisi dengan roti dan kopi. “Aku membawakanmu sarapan. Makan dulu sebelum pergi ke kantor.” Saka menghela nafas kasar. “Kau masih berpura-pura? Orang tuaku sudah pulang. Kau tidak perlu repot-repot bersandiwara.” Aruna menggeleng. “Aku tidak sandiwara. Aku hanya melakukan tugasku sebagai istrimu.
Read more

Chapter 43

Benar sekali—hari ini Karina telat. Ada beberapa pegawai yang menatapnya sinis. Karina tidak peduli—ia berjalan tergesa masuk ke dalam lift. Lift yang sudah berjalan membuatnya bernafas lega. Ia berpegang dinding. “Untunglah.” Karina mengatur nafasnya. Ia telat 10 menit. Tidak terlalu buruk. Meskipun nanti ia yakin Saka akan memarahinya. “Telat?” tanya seseorang. Karina menoleh. Seorang pria yang mempunyai senyum manis. “Iya.” Namun Karina tidak bisa tertipu hanya dengan wajah rupawan. Kebanyakan laki-laki di kantor adalah buaya. “Aku Dani.” Pria itu mengulurkan tangannya. Karina hanya tersenyum tanpa menjabat tangan Dani. “Aku Karina.” Dania mengedikkan bahu kemudian memasukkan tangannya yang ditolak Karina. Ia nampak tidak keberatan. Bahkan pria itu tersenyum. “Semoga harimu menyenangkan Karina.” Lift terbuka. Dani langsung keluar. Karina tertegun sebentar. Baru kali ini ia bertemu dengan karyawan yang sopan seperti Dani. Namun ia segera menggeleng. Ia menekan tombol naik. T
Read more

Chapter 44

“Apa?” Saka kehilangan kata-kata. Mendadak ngeblank sesaat. ‘Buka jas kamu.’ Adalah kata-kata yang ambigu bagi Saka. Pikirannya sebagai laki-laki sudah mengelana jauh. “Nanti jas kamu kotor. Di sana juga rada bau. Gelung juga kemeja kamu.” Karina membuka tasnya. Mengambil dompet kemudian diselipkannya di ketiak. Begitu saja tanpa takut jatuh. Ternyata hanya pikiran Saka yang kotor. Saka menggeleng pelan. Ia melepaskan jasnya. Kemudian ia merasa tangan mungil Karina menarik tangannya. Karina menggelung lengan kemejanya sampai sebatas siku. “Sudah.” Karina lebih dulu turun dari mobil. Saka mengikuti Karina dari belakang. Mereka mulai memasuki pasar yang masih ramai. Ada banyak pedagang sayur yang baru berjualan. Karina berhenti. “Ke sini.” Karina sedikit menarik kemeja Saka. “Jalan di samping. Supaya gak hilang.” Saka berdecak pelan. Memangnya dirinya anak kecil. Entah apa yang dicari Karina. Wanita itu melewati pedagang daging. “Aku tidak tahu harus beli apa.” “Beli semuanya sa
Read more

Chapter 45

Karina menahan tawanya. Ia terdiam—menahan dirinya agar tidak tertawa di depan Saka. “Jangan menahannya. Tertawa saja jika ingin tertawa.” Saka berdecak pelan. Melihat wajah Karina yang menahan tawa malah membuatnya kesal. Karina tertawa puas. Sampai perutnya terasa nyeri. Pokoknya Saka datang ke pasar adalah hal terkocak selama hidupnya. Apalagi wajah Saka yang terlihat sangat tertekan selama di Pasar. “HAI ABANG. IJINKAN AKU MENYANYIKAN SATU LAGU UNTUK ABANG GANTENG.” Tiba-tiba seorang yang membawa spiker dan mic mendatangi mereka. karena jumlahnya ada tiga, Saka dan Karina terjebak tidak bisa kabur. Mereka mencegat Karina dan Saka. Sehingga mereka berdua ada di dalam lingkaran. “RUNGKAT….ENTEK-ENTEKAN KELANGAN KOWE SENG PALING TAK SAYANG.” Jangan berharap jika mereka adalah biduan asli. Mereka merupakan jadi-jadian. Laki-laki yang berpakaian dan berias seperti wanita. Mereka berjoget dan bernyanyi dengan percaya diri. Nyanyian mereka memang tidak bagus namun sangat menghibur.
Read more

Chapter 46

Pintu terbuka. Teriakan seorang wanita langsung menggelegar. Aroma alkohol menguar begitu pekat. Sebuah tarikan dirambut membuat Karina terpaksa mendongak. “Kemana saja kamu?! Jual diri?!” Rita menarik rambut kuat rambut Karina. “Lepaskan, Ma!” Karina berusaha melepaskan tangan Rita yang mencengkram rambutnya. Karina sugnguh terkejut. Ia kira ibunya akan kembali beberapa tahun lagi. Katanya kalau jadi TKI itu bahkan bisa berpuluh tahun. “Seharusnya kujual dari dulu.” Rita terbahak-bahak. Wanita yang berstatus ibu itu terlihat sangat kacau. Seperti seorang tunawisma yang terlunta di jalanan selama berbulan-bulan. Bukan hanya bau alkohol. “Lepas.” Saka mencekal tangan Rita dan menariknya agar terlepas dari rambut Karina. “Siapa kamu ikut campur urusan saya!” Rita menatap Saka nyalang. Wanita berusaha 50an itu terpancing emosinya. Akibat campuran alkohol membuat pikirannya tidak beres. Saka menghela nafas. Wanita ini yang dulu suka mengejeknya saat menjemput Karina. Rita pernah bil
Read more

Chapter 47

“Papa sudah lama meninggal,” jawab Karina. Lagi-lagi Saka tidak tahu. Ia tidak mengetahui apapun tentang Karina. Fakta bahwa kebenciannya menutup segalanya. Saka terdiam sesaat. Memukul stir mobilnya sendiri. Saka mengusap wajahnya kasar. “Sejak kapan? Sejak kapan hidupmu jadi seperti ini?” Karina mengingat awal bagaimana kehidupannya jungkir balik. “11 tahun yang lalu. Saat kelulusan SMA. Papa terkena kasus Korupsi. Semua harta yang kami miliki disita. Dan Papa meninggal…” Karina terhenti. “Kemudian hidup kami berantakan.” Karina tersenyum getir memandang ke depan. “Aku tidak berbohong jika hidupku sudah lama hancur. Tidak ada hal lain yang membuatku benar-benar hancur selain kepergian Papa.” Jika Karina yang tidak bercerita. Maka Saka tidak akan tahu apa saja yang dialami Karina sampai membuat wanita itu banyak berubah. Bisa saja Saka menyewa orang untuk mencari tahu. Namun Saka bukan orang yang luang. Ia bekerja, mengejar karir dan ada banyak hal yang ingin dikejar. Bukan hany
Read more

Chapter 48

Seorang perempuan memasuki sebuah lantai ruangan. Ketukan heelsnya terdengar. Perempuan yang berpakaian Fashionable. Terlihat anggun sekaligus glamor. Aruna berjalan dengan santai menuju bangku Karina berada. “Hai Karina,” sapa Aruna. “Oh hallo, Mrs.” Karina berdiri. “Apa Saka ada di dalam ruangannya?” Aruna memandang Karina sekali lagi. Terlihat sekali dari cara memandangnya seakan meneliti Karina. Seperti mencari sesuatu. “Tunggu, saya konfirmasi dulu pada Pak Saka.” Karina mengambil telepon kemudian berbicara sebentar dengan Saka yang berada di dalam ruangan. “Anda bisa masuk ke dalam.” Karina tersenyum ramah. Aruna mendekat. Ia menyipitkan mata. “Jika kau satu angkatan dengan Saka. Apa kau tahu dulu Saka pernah menjalin hubungan dengan siapa?” Pertanyaan Aruna membuat Karina terdiam sebentar. “Aku curiga Saka berkencan dengan wanita lain. Aku ingin tahu siapa wanita itu. Mungkin saja temannya dulu. Dia pergi ke acara reuni bukan? Mungkin saja ada wanita yang dekat denganny
Read more

Chapter 49

Saka menunduk. Mendekatkan bibirnya dengan daun telinga Aruna. “Kau bukan siapa-siapa. Hanya aku yang bisa menentukan bagaimana seharusnya pernikahan ini berjalan.” Aruna lemas. Ia menunduk. Kemudian menurunkan lututunya. Kedua tangannya menyatu memohon. “Aku mohon beri aku kesempatan. Aku berjanji akan berubah menjadi lebih baik.” “Pergi Aruna. Aku tidak ingin melihatmu.” Saka mundur beberapa langkah. Hatinya tetap keras meskipun Aruna memohon, berlutut, atau menangis darahpun. “Saka aku mohon!” “PERGI!” teriak Saka. “PERGI SEBELUM AKU BERSIKAP KASAR PADAMU!” Karina memegang erat dokumen yang ada di dekapannya. Bukan maksudnya untuk mendengar percapakan mereka. Tapi ia harus mengantar dokumen ini secepatnya. Namun saat sudah berada di depan pintu, ia mendengar suara keributan. Karina buru-buru bersembunyi di balik tembok saat mendengar suara orang berjalan. Aruna keluar dari ruangan Saka. Pasti wanita itu sedang hancur. Saka yang menolak Aruna habis-habisan. “Apa karenaku?” ta
Read more

Chapter 50

“Aaaa… yaaa…” Akhirnya Karina mengeluarkan suara menjijikkan itu. Ia hanya berharap jika tidak ada orang lain yang mendengar mereka. Karina terserentak saat tubuhnya diputar balikkan menghadap tembok. Ya mereka melakukannya di toilet yang tidak seberapa ukurannya ini. Saka yang semakin candu dengan tubuh Karina. Sedangkan Karina yang hanya pasrah saat tubuhnya semakin disentuh dan dijamah tidak henti. Karina tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri jika Saka tidak memegang pinggangnya. Saka mendekap tubuhnya. Ia memejamkan mata—bulir-bulir keringat di dahinya tidak bisa berhenti keluar. Helaian rambutnya berantakan. “Kau nikmat.” Saka mengusap pelan dahi Karina yang penuh dengan keringat. ~~ Karina menatap bangunan Apartemen yang sudah ditempatinya 7 tahun ini. Ia akan berbicara dengan ibunya. Ia harus memberikan alasan kenapa ia tidak bisa tinggal di sini lagi. Berjalan pelan—Karina sudah sampai di Apartemennya. Karina membuka pintu. “Maaa!” Karina tidak menemukan ibunya. Ia me
Read more
PREV
1
...
34567
...
55
DMCA.com Protection Status