Saka menunduk. Mendekatkan bibirnya dengan daun telinga Aruna. “Kau bukan siapa-siapa. Hanya aku yang bisa menentukan bagaimana seharusnya pernikahan ini berjalan.” Aruna lemas. Ia menunduk. Kemudian menurunkan lututunya. Kedua tangannya menyatu memohon. “Aku mohon beri aku kesempatan. Aku berjanji akan berubah menjadi lebih baik.” “Pergi Aruna. Aku tidak ingin melihatmu.” Saka mundur beberapa langkah. Hatinya tetap keras meskipun Aruna memohon, berlutut, atau menangis darahpun. “Saka aku mohon!” “PERGI!” teriak Saka. “PERGI SEBELUM AKU BERSIKAP KASAR PADAMU!” Karina memegang erat dokumen yang ada di dekapannya. Bukan maksudnya untuk mendengar percapakan mereka. Tapi ia harus mengantar dokumen ini secepatnya. Namun saat sudah berada di depan pintu, ia mendengar suara keributan. Karina buru-buru bersembunyi di balik tembok saat mendengar suara orang berjalan. Aruna keluar dari ruangan Saka. Pasti wanita itu sedang hancur. Saka yang menolak Aruna habis-habisan. “Apa karenaku?” ta
Read more