Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 31 - Chapter 40

541 Chapters

Chapter 31

Ia mendekati Saka. Berusaha mengambil ponsel itu namun Saka mengangkat tinggi-tinggi ponsel itu. Karina yang lebih pendek—karina yang kecil tidak akan bisa menggapai ponselnya yang diangkat tinggi oleh Saka. “Sir kembalikan.” “Aku tidak suka. Kau ingin membuatmu marah?” Saka langsung melempar ponsel itu dari balkon. Karina langsung menunduk—melihat ponselnya yang sudah remuk di bawah sana. Bagaimana tidak remuk jika dijatuhkan dari atas ketinggian. “Ponselku…,” lirih Karina. “Aku akan membelikanmu lagi.” Saka menarik pinggang Karina. Memeluknya sambil menyandarkan dagunya di bahu Karina yang kecil. “Jangan membuatku marah.” Karina pasrah. Namun dalam hati mendumel tidak henti. Saka yang kaya suka menghamburkan uang. Karina sungguh tidak suka dengan hal itu. Karina meremas bahu pria itu—Saka yang tidak bisa berhenti mengecup leher Karina. Bahkan jemari Saka membuka lebih lebar kerah leher Karina agar ia bisa menjelajahi leher wanita itu. Dengan tidak sabaran Saka hampir menyobek
Read more

Chapter 32

“Aku membawa barang-barangku ke sini.” Aruna membawa dua koper. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar Saka. Membuka kopernya kemudian menaruh barang-barangnya di lemari. Saka memutar bola matanya malas. Melihat Aruna membuatnya muak. Ia jadi ingin menemui Karina. Padahal tadi siang mereka bercinta dengan penuh gairah. Tapi rasanya masih kurang. Saka mengambil jaketnya. “Kau akan ke mana?” tanya Aruna. “Bukan urusanmu.” Aruna mencegah Saka yang akan pergi. “Bagaimana jika Mom dan Dad ke sini?” Saka menghela nafas. Ia tersenyum remeh. “Kau pintar bersandiwara. Hal yang mudah bagimu untuk mencari alasan kenapa aku tidak ada di rumah.” “Saka tapi—” “Cukup.” Saka menatap tajam Aruna. “Aku muak denganmu.” “Kau pikir aku juga tidak muak?” Aruna mengusap rambutnya frustasi. “Jangan bersikap sok berkuasa. Kita saling membutuhkan. Bukan hanya aku tapi kau membutuhkanku. Kita bekerja sama agar para orang tua tidak tahu keadaan rumah tangga kita yang sebenarnya.” “Aku tahu.” Saka menc
Read more

Chapter 33

Saka menyelipkan tangannya di bawah lutut dan pinggang Karina. Menggendongnya ke kamar. Dengan hati-hati menurunkan Karina di atas ranjang yang kecil. “Bagaimana bisa dia tidur di ranjang yang kecil ini?” Saka semakin heran. Tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul. Sejak kapan Karina menjadi miskin dan hidup seperti ini. Saka berbaring di samping Karina. Menyingkirkan helaian rambut Karina. “Aku ingin sekali menghancurkanmu. Tapi aku—” jemarinya mengusap pelan bibir bawah Karina. “Tapi entahlah.” “Kasur ini sangat kecil, sialan!” Kaki Saka yang sangat panjang menggantung di kasur Karina. Karina bergerak—telinganya mendengar suara-suara yang bising. Akhirnya ia membuka mata. Mendapati seorang pria yang berbaring di sampingnya. Saka—apa yang dilakukan pria itu di sini malam-malam. “Sir,” panggil Karina. Saka menoleh. “Hm?” “Kenapa anda di sini?” “Untuk melihatmu. Apakah masih hidup atau mati,” jawab asal Saka. Ia bangkit—duduk kemduian menghela nafas kasar. “Sejak kapan kau tinggal d
Read more

Chapter 34

Karina mengerjap. Ia menjaga sedikit jarak dengan Saka. “Jika kamu terus mengingatnya. Kamu hanya akan sakit hati.” “Benar dan obat atas sakit hatiku adalah membuatmu menderita.” Saka menatap Karina dengan sorot tajamnya. “Baiklah terserah kamu.” Karina lelah. Ia juga lapar. Ia mengabaikan Saka dan memulai memotong bahan masakan. “Karina,” panggil Saka. “Karina jangan mengabaikanku,” protes Saka. Karina yang sibuk memtong bawang merah, bawang putih karena ia akan memasak nasi goreng. “Lanjutkan nanti saja. Aku benar-benar lapar.” Karina mendongak. Mengusap pelan pipi Saka. Sentuhan yang tidak seberapa itu membuat Saka berhenti sejenak. Ia memegang pipinya yang disentuh oleh Karina. Ada semacam kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Saka mulas namun juga senang. “Karina—” Saka melotot saat menangkap seorang makhluk hidup kecil berwarna hitam tengah berlari. “KARINA ADA TIKUS!” Saka memeluk Karina ketakutan. “Karina bunuh tikus itu!” tunjuk Saka pada tikus yang bersembunyi di ba
Read more

Chapter 35

“Jangan banyak tanya.” Saka berdecak. “Aku mendadak lapar.” Karina menggeleng pelan. “Ada saja alasannya,” gumamnya pelan. “Apa kau bilang?” Karina cepat-cepat menggeleng. Karina memandang Saka dari samping. Sekarang—Saka lebih terlihat manusiawi. Saka yang biasanya adalah Saka yang sering membuatnya takut dan bergidik ngeri. Tapi entah kenapa malam ini, Saka seperti laki-laki yang ia temui 13 tahun lalu. “Kau mulai mengagumiku?” tanya Saka percaya diri. Ia menyerahkan piring yang sudah kosong itu pada Karina. “Kamu tampan. Siapapun wanita pasti mengagumi kamu,” balas Karina. Saka tertawa pelan. “Termasuk kau?” “Maybe.” Karina yang tertawa. Mengambil kaleng soda dan meminumnya. Saka mengambilnya. Meminum soda dari bekas yang sama dengan Karina. Pertama kalinya mereka bisa berbicara dan tertawa sesantai ini. Biasanya hanya dihiasi dengan kemarahan Saka dan percintaan panas mereka berdua. Urusan ranjang yang menjadi nomor satu di dalam hubungan ini. Saka dan Karina bahkan tidak
Read more

Chapter 36

CHAPTER 36 #Flashback Masih On Karina menghela nafas dalam. Saka Ravindra. Laki-laki pindahan 6 bulan lalu. Laki-laki yang sekarang mendapat predikat si jenius karena kepintarannya. Saka mendapat peringat pertama paralel. Tidak ada salahnya mencoba. Daripada mendapat nilai jelek, yang ada bisa dimarahi habis-habisan oleh mamanya. Karina akan mencoba mendekati Saka. Meskipun ia sungguh mual hanya dengan melihat laki-laki itu. Pertama. Karina membelikan sebuah minuman untuk Saka. “Ini buat lo.” Karina yang berdiri di depan Saka. Ia tersenyum sangat cantik. Bahkan semua mata memandang mereka berdua. “Lo bisa bantuin gue belajar?” tanya Karina. Saka dengan ragu mendongak. Pertama kalinya ada seorang perempuan yang mendekatinya lebih dulu. Hatinya terasa berbunga dan jantungnya berdetak dengan cepat. Ia menunduk dan mengangguk perlahan. Jujur saja ia tidak sanggup bertatapan lebih lama dengan Karina yang sangat cantik di matanya. Karina bersorak dalam hati. ‘Gampang nih culun dimanf
Read more

Chapter 37

“Jangan panggil gue kayak gitu!” Karina melotot. “Gue gak suka sama lo! Jangan bikin gue tambah jijik!” bergidik ngeri dengan Saka yang memanggilnya dengan suara lembut. Percayalah Karina melakukannya karena semua teman-temannya berada di sana. Karina tidak ingin ada rumor jika dirinya benar-benar menyukai Saka. Namun dalam hati—ia tidak tega melihat Saka yang sedih akibat perkataannya. ~~ Sejak kejadian di mana Karina memutuskan Saka. Saka menjauh dan tidak pernah mendekati Karina lagi. Karina merasa kehilangan—meskipun ia selalu dikelilingi oleh teman-temannya. Ia merasa kosong. Saka sering menjemputnya untuk pergi bersama ke sekolah. Saka sering terkena ejekan sang Mama. Namun Saka tidak menyerah—ia tetap menjemput Karina diam-diam. Mereka berangkat bersama menggunakan motor. “Karina,” panggil Saka. “Ya?” “Kamu suka naik motor?” Karina mengangguk. “Suka.” Waktu itu—dunia Saka terasa sangat indah. Waktu bersama Karina sangatlah membahagiakan. Apalagi melihat senyum indah Ka
Read more

Chapter 38

Cahaya yang masuk membuat mata cantik itu menyipit. Karina membuka mata—ia menatap sekitar. Ia berada di kamarnya yang tidak terlalu luas. Karina memegang tangan seseorang yang memeluk pinggangnya. Karina membuka selimut. Tubuh mereka sama-sama polos tanpa sehelai benangpun. Karina kembali menutup selimut ke atas tubuhnya. Ia mengganti posisinya berbaring di hadapan Saka. Pria itu masih memejamkan mata. “Perfect.” Karina mengagumi Saka. Pria itu sungguh tampan. Alis yang tebal, rahang yang tegas, kulit sehat berwarna kuning langsat dan rahang yang tegas. Karina terperanjat saat tubuhnya ditarik. Saka yang sudah bangun namun enggan membuka mata. Ia menenggelamkan wajahnya di leher Karina. Menghirup aroma Karina yang menyegarkan. “Apa kamu—” Karina tidak jadi meneruskan perkataannya. “Hm?” gumam Saka. “Tidak jadi,” balas Karina. Jemarinya terangkat ingin mengusap rambut Saka yang lebat. Namun ia urungkan kembali. Entahlah Karina merasa perbuatannya terlalu berlebihan. “Katakan.”
Read more

Chapter 39

[Saka: Wajahmu Karina. Cepat!”] Karina mangut-mangut. Akhirnya ia mengambil foto dirinya menggunakan ponsel baru itu. Ia tersenyum dan cekrek. Karina mengirim foto itu. Saka: Cantik. Karina: Makasih Tidak ada balasan. Karina menutup ponselnya. Ia menyentuh pipinya yang memanas. Karina tidak bisa menahan senyumnya. Ia berjalan dengan riang ke arah lemari. Nanti ia memilih pakaian yang akan digunakan pergi ke acara pameran Diana. Ia menatap lemarinya yang penuh dengan dress, tas dan sepatu. Semua itu adalah pemberian dari Saka. Jumlahnya sangat banyak sampai Karina harus menekannya agar muat di lemarinya yang kecil. “Ini bagus. Tapi—sedikit terbuka.” Karina mengambil sebuah dress hitam. Panjangnya hanya mencapai setengah pahanya. Atasnya cantik dengan lengan pendek. ~~ Karina menatap sebuah bangunan di depannya. Tidak banyak orang yang datang karena hari ini adalah hari terakhir pameran. Karina memang menghindari keramaian. Ia hanya takut—takut ada orang yang mengenalinya dan b
Read more

Chapter 40

“Iya tidak mungkin. Kami hanya teman satu angkatan,” imbuh Karina melirik Saka sebentar. “Ooh.” Aruna mengangguk pelan. “Ayo lihat lukisan yang lain sayang.” Menarik Saka agar kembali berjalan. Aruna benar-benar menempel pada Saka seperti lintah. “Karina,” panggil Diana. Karina bangun dari lamunannya. “Iya?” “Aku pergi dulu ya? Kau bisa melihat-lihat lagi. Atau bisa bersantai di sana.” Diana menunjuk sebuah ruangan paling depan. Di sana ada sebuah stand makanan dan tempat duduk untuk bersantai. “Oke.” Karina mengangguk. Karina pergi ke depan. Ia memesan satu matcha latte dan croffle. Ia mengambil duduk sendirian di bangku. Yang datang kebanyakan memang orang yang berpasangan. Karina menunduk—mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Saka: Pulang, Karina. Aku akan ke sana setelah mengantar Aruna. Karina: Sebentar. Aku ingin makan sebentar. Setelah makan aku akan pulang. Saka: Pulang sekarang juga! Karina menoleh ke sana ke mari. Ia tidak melihat wujud Saka. Ia akan menunggu maka
Read more
PREV
123456
...
55
DMCA.com Protection Status