Karina menggeleng. “Aku tidak bisa, ada urusan mendadak. Aku akan pulang. Terima kasih sudah bersamaku malam ini.” Amar menghela nafas. Ia menatap kepergian Karina dalam diam. Ia ingin mengantar Karina namun sayang jika melewatkan pesta malam ini. Pada kahirnya ia membiarkan Karina pulang sendiri. Amar benar-benar kecanduan dengan party. Bagaimanapun ia tidak bisa meninggalkan pesta yang baru saja dimulai. Karina berjalan. Setelah taksi yang sudah dipesannya datang, Ia langsung masuk. Tanpa bisa dicegah lagi—air matanya turun begitu deras. Karina memegang dadanya sendiri. Rasanya sungguh menyesakkan. Karina menyukai Saka, mungkin perasaannya sudah dibilang cinta. Namun perlakukan Saka sama sekali tidak mencerminkan mencintai Karina. Jika hal ini yang dimaksud menghancurkan. Maka Saka berhasil 100 persen. Saka benar-benar membuat Karina hancur. “Aduh neng, kenapa setiap kamu naik taksi bapak kamu selalu nangis?” Pak sopir taksi yang menatap Karina lewat spion kaca atas. “Bapak jadi
Baca selengkapnya