Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 61 - Bab 70

541 Bab

Chapter 61

Sedangkan Karina berada di bangkunya menatap Saka yang sudah pergi. Ia menghela nafas. Ia sering melewatkan jam makan siang, kalau sempat membawa bekal dan biasanya sering ikut makan siang dengan Saka bersama klien. Tapi sekarang ia merasa sangat kelaparan. Karina berjalan ke kantin kantor. Entah kenapa keberaniannya menciut. Apalagi pegawai kantor di sini terang-terangan tidak menyukainya. Karina mengambil tempat makan dan ikut antri ke sebuah stand nasi goreng. Setelah mendapatkan makanan. Karina terdiam sesaat. Ia tidak tahu harus duduk di mana. Semua tempat sudah penuh. Apakah ia harus membawa makana ke tempatnya saja. Karina memberanikan diri untuk ikut duduk di sebuah bangku yang terisi dua orang. “Permisi, aku boleh ikut duduk?” tanya Karina. Dua perempuan itu saling berpandang sebelum menjawab Karina. “Silahkan.” Karina tersenyum kemudian ikut duduk. Namun saat ia hendak makan, dua perempuan tadi berdiri dan pergi meninggalkannya. Karina hanya bisa pasrah. Beberapa pegawa
Baca selengkapnya

Chapter 62

Sesampainya di Apartemen. Saka tidak bisa menahannya lagi. Ia merindukan tubuh Karina. Masih berada di dalam lift. Saka menarik tengkuk Karina dan mencium bibir wanita itu. Tidak memberikan ampun. Karina menepuk dada Saka saat dirinya kehabisan oksigen. “Aku merindukanmu.” Saka mengusap bibir bawah Karina menggunakan ibu jarinya. Karina yang berkeringat membuat gairahnya semakin meningkat. Apalagi melihat helaian rambut Karina yang berantakan. “Kau begitu menggoda.” Ketika sudah sampai di dalam Apartemen. Saka tidak sabar menarik Karina kembali. Mengangkat tubuh Karina ke atas meja. Mendekap tubuh mungil Karina. Jemarinya tidak sabar membuka kancing-kancing kemeja Karina. “Apa kau tidak bisa berbicara saat bercinta?” “Aku hanya—” Karina terserentak saat jemari Saka meremas salah satu dadanya. Bagaimana bisa berbicara saat jemari Saka membelai tubuhnya. “Katakan.” Saka menggigit pelan leher Karina. Memberikan tanda kepemilikan di sana. “Aku—” Karina memejamkan mata. Saat lidah Sa
Baca selengkapnya

Chapter 63

Karina membuka kotak itu. Isinya ada sebuah dress berwarna hitam. Desaiannya simple, menggambarkan Karina sekali. Karina hanya bisa menyetuh dan memandangnya. Ia tidak akan menggunakan dress itu. Jika ia tidak ingin membuat Saka marah, sebisa mungkin ia harus menjaga jarak dengan Amar. “Aku tidak akan membuangnya. Dress ini adalah pemberian orang yang tulus. Aku tidak akan membuangnya.” Membawa kotak itu ke dalam walk in closet. Menyimpannya di bawah nakas paling bawah. ~~ Gedung yang semula kosong. Kin dihias dengan megah. Suasana pesta kali ini sungguh premium. Ada banyak lampu panjang nan indah yang menggantung di atas. disediakan meja bundar beserta kursinya. Di samping ada beberapa meja yang terisi dengan minuman dan makanan. Di depan ada sebuah panggung kecil. Di sana ada tulisan. “Selamat ulang tahun Delux.” Ada dua sosok yang menjadi pusat perhatian malam ini. Saka bersama Aruna datang berada tak jauh dari panggung. Aruna sangat cantik menggunakan gaun berwarna putih. Seda
Baca selengkapnya

Chapter 64

Karina tersenyum canggung. “Iya, dress itu sangat cantik dan sesuai dengan gayaku. Tapi—lihat aku. Setelah keluar dari rumah sakit. Tubuhku menjadi semakin berisi. Aku tidak ingin mengatakannya tapi—“ Karina menghela nafas. “Gaun itu sedikit sempit. Aku takut robek saat memakainya.” Amar tersenyum. Tangannya terulur mengusap puncak kepala Karina. “Sungguh hanya sedikit?” Karina memutar bola matanya malas. “Hm. Hanya sedikit. Aku sedang diet, sebentar lagi akan bisa aku gunakan.” Terlalu banyak hal yang mengejutkan membuat Karina harus siap berbohong. Ia menjadi seorang yang penuh dengan kebohongan. Membohongi orang demi menjaga reputasinya. “Tidak masalah. Jika kau tidak nyaman kau memang tidak usah memakainya. Dan untuk itu—jangan diet. Tubuhmu sudah bagus. Jangan menyiksa diri sendiri.” Karina mengagguk saja. “Tapi apa menurutmu perempuan yang berisi itu menarik?” Amar mengedikkan bahu. “I don’t know. Tapi melihat wanita yang terlihat sehat adalah hal terbaik.” Menoleh sebentar
Baca selengkapnya

Chapter 65

“Mereka akan pulang setelah acara dansa.” Karina mengangguk. “Waah.” Karina memandangan sekitarnya. Ia menatap seorang pria yang datang bersama wanita cantik nan seksi. “Ronald mempunyai kekasih? Woaah.” “Yang bersama Ronald adalah seorang model,” imbuh Amar. “Ronald playboy. Dia sering bergontai-ganti wanita.” “Bagaimana kau mengenal Ronald?” tanya Karina penasaran. “Aku sering bertemu dengannya di club—” Amar berhenti. Ia menatap Karina. “Tidak masalah. Lanjutkan. Aku mengerti memang banyak pria yang sering menghabiskan waktu di klub.” Karina tertawa pelan. “Ya begitulah.” Amar mengedikkan bahu. “Tapi aku akhir-akhir ini mengurangi minum alkohol. Aku datang ke sana karena ingin minum dan merokok. Lagi pula tidak ada wanita yang menarik klub.” Karina mengangguk saja. Perkataan Amar lebih seperti pembelaan. Entahlah Karina tidak terlalu peduli. Kalaupun iya—ia juga tidak masalah. Ia tidak punya hak untuk melarang pria itu. Pesta berlangsung dengan meriah namun sedikit bosan. S
Baca selengkapnya

Chapter 66

Karina menggeleng. “Aku tidak bisa, ada urusan mendadak. Aku akan pulang. Terima kasih sudah bersamaku malam ini.” Amar menghela nafas. Ia menatap kepergian Karina dalam diam. Ia ingin mengantar Karina namun sayang jika melewatkan pesta malam ini. Pada kahirnya ia membiarkan Karina pulang sendiri. Amar benar-benar kecanduan dengan party. Bagaimanapun ia tidak bisa meninggalkan pesta yang baru saja dimulai. Karina berjalan. Setelah taksi yang sudah dipesannya datang, Ia langsung masuk. Tanpa bisa dicegah lagi—air matanya turun begitu deras. Karina memegang dadanya sendiri. Rasanya sungguh menyesakkan. Karina menyukai Saka, mungkin perasaannya sudah dibilang cinta. Namun perlakukan Saka sama sekali tidak mencerminkan mencintai Karina. Jika hal ini yang dimaksud menghancurkan. Maka Saka berhasil 100 persen. Saka benar-benar membuat Karina hancur. “Aduh neng, kenapa setiap kamu naik taksi bapak kamu selalu nangis?” Pak sopir taksi yang menatap Karina lewat spion kaca atas. “Bapak jadi
Baca selengkapnya

Chapter 67

Di sisi lain. Seorang pria berada di sebuah balkon. Menatap pemandangan kota dengan sebatang rokok yang diapitnya di sela-sela jari. Saka duduk di sebuah kursi—di meja depan ada sebuah Americano. Bibirnya tidak berhenti menyesap batang nikotin itu. Mendongak—kemudian mengeluarkan asap ke atas. “Aku seharusnya memberinya pelajaran.” Saka mengepalkan tangannya. Mengenai tadi. Ia bermain-main dengan Karina. Itu adalah hukuman yang sangat tepat untuk Karina agar sadar dengan statusnya yang sebenarnya. Saka akui ia memang kasar—ia melakukannya agar Karina tidak lagi melawannya. Ia sungguh kesal dan marah melihat Karina datang ke pesta bersama Amar. Apalagi kemarin Amar terang-terangan menyukai Karina. Haiishh membuat Saka kembali marah saja. “Hubunganku dengannya dihiasi kemarahan dan se*ks.” Saka berdiri. Ia menjatuhkan putung rokoknya yang tinggal setengah ke bawah. Kemudian menginjaknya hingga mati. “Kenapa kau di sini?” tanya Aruna. Saka benar-benar membenci Aruna. Keras kepala da
Baca selengkapnya

Chapter 68

Pandangan Saka turun ke bawah. Di mana bibir yang berlipstik merah menyala itu sangat menggoda di matanya. “Aku suka warna bibirmu.” Mengusap bibir bawah Karina menggunakan ibu jarinya. Tanpa babibu lagi. Saka melumat bibir Karina dengan rakus. Entah bagaimana—pakaian yang mereka gunakan entah ke mana. Saka maupun Karina sama-sama telanjang. Saka menindih tubuh Karina di atas ranjang. Kembali menyentuhnya,menyatukan milik mereka berdua. Malam ini—ruangan hotel ini dipenuhi dengan suara erangat penuh gairah milik mereka. ~~ Pagi hari. Saka mengernyit menatap tangannya yang digunakan sebagai bantalan. Ia menatap punggung polos hanya tertutupi oleh selimut. Ia tersenyum—tadi malam ia tidak begitu mengingat. Tapi tadi malam sungguh nikmat. Ia kira Karina pulang setelah ia menghukummya. Ia tidak pernah menyangka jika Karina menyusulnya. Saka bangun lebih dulu. Membersihkan diri beberapa menit di kamar mandi. Setelah itu keluar dan mendekati Karina. “Kau sudah bangun?” suara Karina. S
Baca selengkapnya

Chapter 69

Karina tertawa pelan meskipun sebenarnya malas. Tapi ia cukup terhibur. Ia merogoh dompetnya. Mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah. “Terima kasih sudah menghibur saya.” Karina memberikan uang itu. “Kalau gini mah siap digoyang sampai pagi.” Karina menggeleng. Ia segera menyingkir dan perlahan menjauh. Namun ia berhenti saat seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. Pria yang enggan sekali ke Pasar. Pria yang katanya tidak akan lagi pergi ke pasar. “Saka..,” lirih Karina. Saka terdiam. Seperti pertemuan pemeran utama di sebuah film. Bagaikan disorot oleh lampu—sedangkan orang yang melintasi mereka nampak acuh. Karina masih terdiam di tempatnya berdiri. Saka melangkah—langkahnya yang begitu lebar membuatnya cepat sampai di hadapan Karina. Saka menarik Karina ke dalam pelukannya. “Aku merindukanmu.” Karina hampir terjatuh dengan pelukan Saka. Ia hanya bisa terdiam—entahlah rasanya masih tidak mungkin Saka berada di hadapannya. “CIEE BAIKAN!” “CIEE CIEEE!” “MESRA-MESR
Baca selengkapnya

Chapter 70

“Tutup mulutmu sialan!” Saka mencengkram leher Aruna. “Jaga mulutmu atau kurobek.” Aruna sampai meneteskan air mata akibat cengkraman tangan Saka di lehernya. Saka mencengkramnya hingga benar-benar kehabisan oksigen. Aruna hampir mati jika detik terakhir Saka tidak melepaskannya. Ia terbatuk pelan. “Kau gila!” “Jika kau tahu aku gila. Berhenti main-main denganku.” Saka mendekati Aruna lagi. Namun Aruna menghindar. “Aku tidak main-main denganmu.” Aruna ternyata tidak takut. “Jika kau tidak meninggalkan Karina. Aku akan menyebarkan perselingkuhan kalian.” Saka mengernyit. “Apa kau bilang?” “Aku punya banyak bukti perselingkuhan kalian.” Aruna tersenyum. Tangan kirinya memegang lehernya yang masih terasa sakit. “Tinggalkan Karina dari sekarang. Aku akan melupakan perbuatan kalian.” “Sebelum video itu beredar. Aku akan lebih dulu membunuhmu.” Saka dengan sorot tajamnya. Bahkan keinginannya sekarang adalah membunuh Aruna saja. Namun ia masih menahan diri. “Berani-beraninya kau megin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
55
DMCA.com Protection Status