Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 401 - Bab 410

541 Bab

Chapter 399

“Aku mohon jangan pergi. Aku membutuhkanmu. Aku akan melakukan apapun yang kau minta tapi jangan tinggalkan aku,” ucap seorang wanita yang memohon pada kekasihnya. Hampir beberapa bulan ini mereka menjalin hubungan. “Aku membutuhkan uang. Aku tidak bisa menjalin hubungan dengan wanita yang sama miskinnya denganku.” Pria itu menatap sang kekasih. “Lagipula kau tidak secantik ketika pertama kali bertemu. Aku juga sudah bosan denganmu. Kau tidak bisa memuaskanku.” Wanita itu berlutut. “Aku mohon aku bisa melakukan apapun yang kau suruh. Kau butuh uang? Aku akan memberikannya. Aku akan memberikan seluruh uangku kalau kau butuh lebih banyak, aku akan menjual apartemen baruku.” Mina tidak berhenti memohon pada sang kekasih. Baginya kekasihnya adalah segalanya. Hanya Marco yang mencintainya. Hanya pria itu yang benar-benar peduli dengannya. Mina merasa bahwa tidak ada orang lain yang menyayanginya selain Marco. Hingga ia tidak bisa membiarkan Marco pergi begitu saja dari hidupnya. Rambut
Baca selengkapnya

Chapter 400

“Katakan, apa yang ingin kau bicarakan.” Mina menghembuskan asap rokoknya ke udara. Meskipun ia sedang berantakan, ia akan mencoba mendengarkan perkataan pria ini. Rafa menatap Mina untuk yang kesekian kalinya. Banyak wanita yang ditemuinya dan ia tidak pernah bertemu dengan wanita seperti Mina. Wanita keras kepala dan bodoh. “Sudah kubilang aku tidak butuh kasihan darimu.” Mina memutar bola matanya malas. Ia menyugar rambtunya perlahan. Meskipun mereka berada di depan seubah minimarket, Mina tidak ada keinginan untuk mengobati lukanya. Namun Rafa diam-diam telah membeli beberapa obat untuk wanita itu. “Sudut bibirmu berdarah.” Menyodorkan sebuah plaster lucu yang berwarna kuning. “Menjijikkan,” ungkap jujur Sana ketika melihat plester itu. “Tapi thanks.” Rafa menghela nafas. “Perlu aku bantu? Aku bisa hanya sekedar menempelkan plester itu di sudut bibirmu.” “Jangan coba-coba!” Mina melotot. Ia mengambilt tisu dan diusapkannya di sudut bibirnya. Saat darahnya sudah bersih—barula
Baca selengkapnya

Chapter 401

“Aku sudah lama tidak melihat wajahmu,” ucap seorang pria yang pada kekasihnya dari layar telepon. Sana tersenyum dan mengangguk. Ini pertama kalinya mereka saling berkomunikasi dengan lancar. “Bagaimana harimu di sana.” Sana bertopang dagu. “Aku melihat beritamu sering muncul di televisi.” “Wajahku viral saat menghadiri konferensi di London. Mereka menyebutku pangeran tampan.” Keita berucap dengan percaya diri. Ia menatap sang kekasih. “Aku sudah dengan dari orang tuamu, kata mereka kasus itu sudah selesai dan kamu dibantu oleh teman kamu.” Sana terdiam sebentar. “Aku memang dibantu olehnya. Jika tidak ada dia, aku pasti kesulitan mengatasi semuanya. Apalagi aku tidak punya koneksi di sini.” “Dia pria bukan?” tanya Keita dengan tatapan biasa namun Sana mengerti dari sorot pria itu yang menyelidikSana mengangguk jujur. “Dia temanku sejak dulu.” “Dia siapa?” Sana mengernyit. Entah kenapa ia tidak suka saat Keita mendesaknya. “Rafael Shalom.” Keita mengangguk. “Aku akan ke sana
Baca selengkapnya

Chapter 402

“Karena terjatuh saat bermain basket. Dulu aku sangat ingin menyusulmu ke sini. Lalu mengobati lukamu seperti ini. Tapi sayangnya aku tidak bisa.” Sana tersenyum getir. “Dulu aku tidak cukup berani, ya walaupun sekarang juga sama.” Rafa mengusap pipi Sana. “Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Sekali-kali kau harus mengejar kebahagianmu bukan orang lain. Pikirkan dirimu sendiri baru orang lain. Kau akan terus menderita jika memikirkan orang lain.” Sana mendongak. “Sepertimu?” Rafa mengangguk. Menarik Sana ke atas pangkuannya. “Aku tidak peduli dengan orang lain. Aku hanya melakukan apapun yang ingin aku lakukan.” Mengusap helaian rambut Sana ke belakang. “Aku selalu melakukan apapun yang aku inginkan.” Sana mengalunkan kedua tangannya di leher pria itu. “Lalu bagaimana jika aku hancur setelah melakukan apapun sesuai dengan keinginanku?” “Setidaknya kau hancur dengan pilihanmu sendiri, bukan pilihan orang lain.” Rafa mengusap bibir bawah Sana perlahan. “Itu prinsipku yang aku laku
Baca selengkapnya

Chapter 403

“Kita bisa bermain kembang api.” Rafa berdecih pelan. Ia bangkit dan berkacak pinggang. “Memangnya anak kecil bermain kembang api?” “Dulu kau sangat suka.” Sana tertawa pelan. “Kau marah saat aku mengambilnya. Dulu kau sangat pelit tahu—” Sana berdecak pelan. Rafa menarik Sana. “Baiklah sekarang aku akan memberikan apapun keinginanmu. Katakan, kau bisa memegang kartu kreditku.”“Sombong,” desis Sana. “Memang.” Rafa dengan jahil menarik lepas selimut itu hingga terlepas dari tubuh Sana. Kemudian mencium bibir wanita itu dengan menggiringnya berbaring di atas kasur. “Aku tidak akan memberikanmu istirahat.” ~~Esok harinya, Rafa benar-benar mengabulkan keinginan Sana untuk pergi ke Pantai. Ia bahkan membatalkan pekerjaannya sehari untuk pergi bersama Sana. Mereka sedang bersiap-siap berangkat dengan Sana yang memakai celana pendek. Ini pertama kalinya ia keluar dengan pakaian yang berbeda. “Bagaimana?” Sana memutar tubuhnya agar Rafa bisa lebih jelas melihat penampilan barunya. Ra
Baca selengkapnya

Chapter 404

Hardin mendekati putranya. Memeluk putranya. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya. Rafa mengangguk. “Baik, Dad. Bagaiman dengan Dad?” “Baik juga.” Hardin mengangguk. “Dad ingin menemuimu lebih awal, namun ada pekerjaan yang membuat Dad tidak bisa berkunjung. Dad baru saja datang dan langsung ke sini. Dad pikir akan menemuimu besok saja.” “Malah bagus kita bisa bertemu di sini.” Rafa menoleh ke samping. “Ini Sana.” Hardin menatap Sana untuk beberapa detik. “Ini Sana pacar kamu dulu itu?” tanyanya. Rafa mengangguk sambil tertawa. “Lebih baik jangan mengungkit hal itu Dad,” lirihnya. Ada banyak hal yang ia ceritakan dulu dengan Hardin. Tentu saja tentang percintaannya ketika remaja. Namun jika diingat kembali, Rafa sendiri malu. “Halo uncle,” Sana menunduk sedikit untuk memberi salam. “Halo Sana, akhirnya bisa bertemu secara langsung dengnamu.” Hardin tersenyum ramah. Ia beralih menatap putranya. “Sebenarnya ada yang Dad ingin beritahukan. Sebenarnya, Dad sedang dekat dengan wanita.” “S
Baca selengkapnya

Chapter 405

Begitu sampai di rumah sakit, Sana dan Rafa langsung menuju ke kamar di mana Mina sedang dirawat. Kecelakaan yang terjadi akibat taksi yang dinaiki oleh Mina ditabrak oleh sebuah truk muatan. Dari kecelakaan tersebut, Mina dan sopir taksi itu mengalami luka yang cukup parah. Keadaan Mina sekarang sedang dalam pemulihan. Meskipun sudah ditangani oleh dokter. Ia masih belum bangun sampai beberapa jam. “Bagaimana semua ini terjadi?” lirih Sana yang melihat Mina terbaring di ruang intensif. Mina terbaring dengan peralatan medis yang mencancap di tubuh. Hanya dari jendela kaca ini Sana bisa melihat Mina. “Dengan keluarga saudara Mina?” tanya seorang perawat. “Untuk saat ini nona Mina tidak boleh di jenguk oleh siapapun. Keadannya sudah stabil, namun menunggu beliau untuk sadar terlbih dahulu. Sekarang, ada pihak kepolisian yang menunggu anda.” Sana dan Rafa mengikuti perawat yang membawa mereka ke polisi. Di sana ada dua polisi yang sedang menyelidiki kasus Mina. “Di sini kami dari pi
Baca selengkapnya

Chapter 406

Setelah di periksa, keadan Mina sudah membaik. Benturan di kepala-nya tidak sampai mengenai saraf-saraf berbahaya. Namun tangan dan kakinya harus digips untuk beberapa waktu. “Tubuhmu masih sakit?” tanya Rafa sembari duduk di bangku samping ranjang. Mina mendesis. “Jika tidak sakit aku sudah pulang,” balasnya. Ia mencoba bangun sendiri namun tidak bisa. Akhirnya menerima bantuan Rafa tanpa mengomel. Mina menatap Rafa dalam. “Kenapa kau di sini?” “Aku menjagamu.” Rafa mengambil merapikan selimut yang digunakan oleh Mina. “Sana akan kembali ke sini dan membawa makanan. Semalaman dia tidak pulang dan menunggumu. Aku menyuruhnya pulang dan beristirahat tapi dia tidak mau, dia akan kembali setelah memasak makanan untukmu.” Mina berdecak pelan. Memilih menyandarkan tubuhnya. Ia menatap ke samping. “Kau tidak tidak berharap mati ‘kan?”“Aku berharap. Aku memang berharap mati.” Mina menghela nafas panjang. “Tapi sayangnya aku masih hidup. Kematianku tidak akan membawa kesedihan siapapun
Baca selengkapnya

Chapter 407

“Sudah seharusnya aku melakukan ini sejak lama.” Sana mengambil duduk di samping ranjang Mina. “Aku tidak tahu bagaimana keadaanmu selama ini. Seharusnya aku bisa lebih memperhatikanmu.” “Bukan kau.” Mina menoleh sebentar. “Tapi mereka. ‘Mereka’ yang dari dulu tidak pernah memperhatikanku. Mereka yang membuangku dan mereka yang menganggapku tidak ada.” Sana mengusap punggung tangan Mina. “Aku akan berusaha selalu di sisimu.” Mungkin inilah yang dinamakan es batu yang mulai mencair. Mina yang akhirnya menerima Sana dan menggapnya sebagai saudara. “Kenapa dulu kau berhenti melukis, padahal lukisanmu juga bagus.”Mina menatap langit-langit kamar. “Karena ternyata kau juga suka melukis. Aku berhenti karena aku berpikir apa yang aku lakukan akan sia-sia saat kau juga melakukannya. Dulu anak-anak suka mencari perhatian orang. Aku melihat mereka memuji lukisanmu, tapi aku yakin mereka tidak akan peduli dengan apa yang aku lakukan.” Sana menghela nafas. “Aku berusaha mendekatimu, tapi ak
Baca selengkapnya

Chapter 408

Rafa menaikkan salah satu alisnya. “Yang kau dengar hanyalah rumor. Kau tahu sendiri aku tidak memiliki kekasih setelah putus denganmu.” Sana berdecak pelan. “Dasar laki-laki tidak akan mau mengaku.” Ia bangkit dan berjalan masuk ke dalam. Moodnya menjadi buruk ketika mendengar kebohongan dari mulut Rafa. “Sana,” panggil Rafa yang mengejar Sana. “Dengarkan aku dulu.” Rafa mengikuti Sana yang masuk ke dalam ruang samping ruangan Mina. “Aku dulu memang brengsek. Aku memang bermain dengan wanita. Namun, aku tidak pernah punya perasaan pada mereka.” Rafa menarik Sana ke dalam pelukannya dengan mudah. “Dengarkan aku.” “Apa?” “Aku akui aku memang brengsek. Tapi, hatiku tidak pernah berubah. Hanya ada kau.” Rafa mengusap punggung Sana perlahan. “Benarkah? Kenapa aku ragu?” “Tanya saja pada Fred.” “Fred? Salah satu wanitamu?” Rafa tertawa pelan. “Kau lupa? Fred adalah temanku. Dulu yang punya rambut blonde. Dia temanku basket juga.” Sana mencoba berpikir. “Oh—” ia baru mengingatnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3940414243
...
55
DMCA.com Protection Status