Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 381 - Chapter 390

541 Chapters

Chapter 379

Ia memeluk tubuh Sana erat. Kemudian memejamkan mata. Menikmati moment bahagia sekaligus menyiksa. Bahagia bisa bersama Sana, namun juga tersiksa karena ia selalu menginginkan tubuh Sana menyatu dengannya. Mereka memutuskan untuk makan sejenak di restoran sebelum kembali pulang. Namun di tengah perjalanan pulang, Sana sudah tertidur. Jemari Rafa mengusap puncak kepala wanita itu pelan. Sampai di gedug Penthouse, Rafa menggendong tubuh Sana. Namun saat di dalam lift, Sana malah membuka mata. “Kau sudah bangun?” tanyanya. Sana mengerjap. Ia turun dari gendongan Rafa. Dengan tatapan bingung ia menatap sekitar. “Di mana? Rumahmu?” Melihat wajah Sana yang lucu, membuatnya gemas. Akhirnya ia menarik pinggang wanita itu dan menciumnya kembali. Selama ini tidak ada yang pernah membuat Rafa segila ini. Hanya Sana, ya hanya wanita itu. Lift terbuka, Rafa menarik semakin menarik pinggang Sana. Hanya dengan menyentuhkan jemarinya di gagang, pintu itu terbuka. Rafa memojokkan tubuh Sana, meng
Read more

Chapter 380

“Tidak-tidak.” Amel berdiri. Ia menggandeng lengan suaminya. “Kita yang harusnya pergi. Kalian di sini saja. Kamu temani Rafa saja.” Sana mengerjap. “Ayo sayang kita pulang. Anak kita sudah ada yang menemaninya. Dia juga terlihat bahagia.” Andres memeluk pinggang Amel dari samping. Sana dan Rafa membiarkan Andres beserta Amel pergi. Sana menoleh ke samping. “Kenapa tidak mencegahh orang tuamu?” “Biarkan saja.” Rafa mengedikkan bahu. “Mereka datang ke sini sesekali untuk melihat keadaanku. Dan ya, keadaanku bai-baik saja. Mereka bisa pulang dengan tenang.” “Aku harus menemui mereka sekali lagi. Dengan keadaan yang lebih baik.” Sana menghela nafas. “Benarkah kau ingin?” Sana mengangguk tanpa ragu. “Jika ingin menemui mereka lagi. Berarti kau bersedia menjadi milikku untuk selamanya.” “A-Apa?” Sana mendadak tergagap. Tanpa basa-basi, Rafa menarik pinggang Sana dan kembali mencium bibir wanita itu. ~~Persidangan di mulai. Sana duduk di bangku tengah yang disediakan. Sedangkan
Read more

Chapter 381

“Dia hanya cocok dengan wanita seperti Michelle,” ejek Rachel yang tidak henti. Ia sempat melihat TV dan melihat kakaknya diberitakan dengan seorang aktris.“Hei!” Rafa berdecak pelan. “Berhenti atau—” Ia tersenyum misterius. “Ada yang ingin sepatu roda baru, tapi sepertinya aku tidak usah beli saja.” Rachel segera memohon pada kakaknya. “Aku hanya bercanda. Kak Rafa hanya cocok dengan kakak cantik ini. Kalian sangat serasi—” Rachel menatap Sana. “Siapa nama kakak?” “Sana.” Sana tersenyum. “Aku Rachel, adik Rafael. Senang bertemu denganmu.” Mengulurkan tangan. Sana menyambut tangan Rachel dengan hangat. “Kamu manis.” “Benarkan aku sangat manis. Semua orang juga tahu aku manis, tapi ada satu orang yang terus saja menolak kalau aku ini manis. Dia orangnya!” menunjuk Rafa. Rafael memutar bola matanya malas. “Tidak ada manis-manisnya, pahit iya.” Tanpa rasa bersalah mengambil duduk dengan santai. Mengeluarkan rokok dan hendak menyulutnya. “Dilarang merokok di dalam rumah.” Rachel b
Read more

Chapter 382

Sana mendongak. Perasaan sesak ini kembali muncul. Dirinya tidak pernah baik-baik saja ketika Rafa pergi dari hidupnya. Hidupnya berantakan, kepalanya terus diisi oleh pria itu. Kemungkinan-kemungkinanan buruk yang selalu berputar di kepalanya. Sana mengusap sudut air matanya yang berair. Ia segera memasang ekspresi bahagia. Tersenyum tanpa terjadi apapun. Ia mengambil duduk di tepi ranjang. Meluruskan kaki dengan punggung yang bersandar.“Rafa,” panggilnya. Jemarinya terangkat mengusap helaian rambut Rafa yang berwarna gelap kecokelatan. “Masih ingin tidur?” tanyanya sangat pelan. Bukannya bangun. Pria itu bergerak memeluk perut Sana. Rafa masih menutup mata dengan memeluk pinggang Sana. “Sudah membuat kuenya?” “Sudah. Ini aku bawakan. Coba dulu,” balas Sana masih betah mengusap helaian rambut Sana. Terdengar decakan dari Rafa. “Dasar tidak peka.” Sana terkikik geli. Ia mengerti, pasti pria ini marah karena tadi ia hanya peduli pada kue. Sana ikut membaringkan diri. Memeluk tubu
Read more

Chapter 383

Amel mengernyit melihat sebuah cincin indah yang tersemat di jari manis Sana. Karena dilihat dari bentuk dan warnanya bukan seperti cincin biasa untuk aksesoris. Untuk itulah ia mempertanyakan cincin tersebut. “Cincin kamu terlihat bukan seperti cincin biasa. Apalagi letaknya berada di jari manis yang menandakan…” Amel berhenti berbicara. “Sebenarnya Sana—” ucapan Rafa terpotong dengan Sana. “Ini hanya cincin biasa.” Sana melepaskan cincin itu dengan mudah. “Cincin ini bagus, jadi Sana meletakkan di jari manis Sana. Juga supaya tidak ada sembarangan orang bisa menganggu Sana.” Kemudian memasang cincin itu di jari telunjuknya. “Oh..” Amel mengangguk. “Kamu pintar.” Rafa menoleh ke samping. Menatap Sana dengan tatapan seakan tidak percaya. Bagaimana bisa wanita itu membohongi semua orang dengan tidak berkata yang sebenarnya. Bagaimana bisa Sana menyembunyikan statusnya yang sudah bertunangan. Setelah acara makan malam. Rafa memutuskan untuk pergi ke perpustakaan pribadinya. Alasan
Read more

Chapter 384

“Kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga membuatmu pergi.” Sana menatap punggung pria yang enggan menatapnya itu. “Tapi kau memang pergi dan tidak berniat kembali, aku berusaha menata hidupku lagi.”“Kemudian aku berusaha membuka hati untuk pria lain. Di saat hidupku mulai tertata lagi, kau muncul. Oh bukan—” Sana memejamkan mata sebentar. “Kita bertemu. Kesalahpahaman yang membuat kita seperti ini akhirnya terpecahkan. Tapi—keadaan tidak memungkinkan aku kembali denganmu.” “Namun semakin aku tolak, aku semakin tidak bisa mengontrol rasa sukaku padamu. Tapi lagi-lagi keadaan yang membuatku maju mundur untuk memilih bersamamu.” Sana mendongak ke atas sebentar. Mengusap air matanya yang mengalir dengan deras. Rafa berbalik. Bahkan mabuknya menghilang hanya dengan suara Sana. Bagaimana wanita itu menjelaskan keadaan yang sebenarnya padanya. Bagaimana tersiksanya wanita itu dengan perasaannya sendiri. “Dengan kebersamaan kita akhir-akhir ini. Aku semakin lupa ada tatanan masa dep
Read more

Chapter 385

Untuk mengalihkan rasa sakit tersebut, Rafa mengecup dahi Sana beberapa detik. Kemudian turun, mengecup kedua kelopak mata perempuan itu. “Tahan sebentar,” ucapnya dengan lembut sembari mengusap puncak kepala Sana. Setelah itu—Sana tidak tahu lagi bagaimana rasanya menjabarkannya. Perlahan rasa sakit itu hilang, digantikan dengan kenikmatan yang tidak pernah ia dapatkan. Bagaimana Rafa yang ahli memainkan tempo pergulatan panas mereka. “Aku harus berhenti.” Rafa memeluk tubuh Sana. Menari tubuh perempuan itu ke dalam pelukannya. Ia tidak tega menyiksa Sana semalaman, meskipun tubuhnya terus meminta tidak berhenti. Sana jatuh tertidur dengan lengan Rafa sebagai bantalan. Tubuh mereka berdua dibalut oleh selimut berwarna putih. Selimut yang tidak terlalu tebal dan seadanya, karena kamar yang mereka gunakan bukanlah kamar yang digunakan untuk tidur. “Terima kasih.” Rafa mengambil tangan Sana dan mengecupnya beberapa kali. Anehnya Rafa tidak kunjung bisa tidur. Hanya mendadak gelisah,
Read more

Chapter 386

Pagi harinya. “Kami pamit dulu,” ucap Sana berpamitan pada orang tua Rafa. Amel mengangguk pelan. “Kalian sering-seringlah ke sini.” “Jika tidak sibuk, Mom.” Rafa memberikan pose jari piecenya. Andres menggeleng pelan. “Kamu sendiri yang menyibukkan diri sendiri. Lihat Dad, meskipun Dad sibuk. Dad tidak pernah membuat Mom kesepian.” Andres menepuk pelan bahu Rafa. “Belajarlah dari Dad.” Rafa menggeleng pelan. “Tidak Dad. Dad itu terlalu bucin pada Mom.” Andres tertawa pelan. “Yasudahlah. Hari ini ada meeting pagi. Dad harus pergi tepat waktu, Dad minta tolong kalian antarkan Rachel ke sekolah. Lagipula satu jalur juga dengan jalan kalian pulang.” Rachel menggandeng tangan Sana. “Aku ingin menunjukkan sesuatu pada kakak. Duduklah bersamaku, aku janji tidak akan menyesal.” Rachel menarik Sana dan mengajak kekasih kakaknya itu duduk di kursi belakang. Mengabaikan Rafa yang tengah kesal menatap mereka dari kursi pengemudi. “Bagus, jadi aku supir sekarang,” ucap Rafa mulai menancap
Read more

Chajter 387

Sana mendongak. Ia tidak ada pilihan lain selain menerima kartu tersebut dari pada membuat Rafa marah. “Baiklah.” Rafa tersenyum melihat Sana yang menurut. Ia mengusap pipi Sana perlahan. Melepaskan sabuk pengamannya kemudian mendekat dan mengambil ciuman pada bibir wanita itu. Sana membalas setiap lumatan yang diberikan di atas bibirnya. Kedua tangannya mengalun di leher Rafa. Nafas mereka saling bersahutan. Hawa dingin pagi hari ini mendadak menjadi panas. Ac di dalam mobilpun tidak mampu hawa panas di dalam mobil. Rafa menarik Sana ke atas pangkuannya. Jemarinya menarik lepas pakaian yang berada di tubuh wanita itu. Sana menunduk—mencengkram bahu pria itu. Membiarkan Rafa mencecap dadanya dengan rakus. “Rafa, di sini—” Sana semakin erat mencengkram bahu Rafa. “Bagaimana jika ada yang melihat kita?” “Tidak akan.” Rafa mendongak. Ia menarik tengkuk Sana dan mencium wanita itu lagi. “Kau sedang tidak datang bulan kan?” Sana menggeleng dengan polos. “Belum, mungkin sebentar lagi.
Read more

Chapter 388

Rafa mencoba membuka sebuah pintu apartemen. Ternyata bisa. “Keamanan di sini benar-benar lemah. Aku harus memperbaikinya.” Rafa mengedarkan pandangannya. “Aku harus mencari tahu siapa pemilik gedungnya. Pasti gedung ini murah karena sudah tua. Aku akan membelinya dan memperbaikinya.” Setelah berpikir untuk membeli gedung ini, ia melangkah masuk. “Sana,” panggilnya. Ia mencari keberadaan Sana pada sebuah pintu yang sedikit terbuka. Setelah membukanya, ia menemukan seorang wanita yang tengah meringkuk di atas kasur. “Sana,” panggilnya. Rafa mendekat—memeriksa suhu tubuh wanita itu. “Dia demam.” “Sana.” Rafa mengusap pipi Sana, namun justru ditanggapi wanita itu dengan semakin nyaman tidur.“Biarkan aku tidur. Aku sangat mengantuk. Dari tadi aku tidak bisa tidur karena perutku sangat sakit.” Sana mengarahkan tangan Rara ke perutnya. “Di sini, sangat sakit. Aku ingin tidur sebentar.” Rafa mengusap perut Sana perlahan. “Ayo ke rumah sakit.” Atas paksaan Rafa, Sana mau ke rumah sakit
Read more
PREV
1
...
3738394041
...
55
DMCA.com Protection Status