Ia memeluk tubuh Sana erat. Kemudian memejamkan mata. Menikmati moment bahagia sekaligus menyiksa. Bahagia bisa bersama Sana, namun juga tersiksa karena ia selalu menginginkan tubuh Sana menyatu dengannya. Mereka memutuskan untuk makan sejenak di restoran sebelum kembali pulang. Namun di tengah perjalanan pulang, Sana sudah tertidur. Jemari Rafa mengusap puncak kepala wanita itu pelan. Sampai di gedug Penthouse, Rafa menggendong tubuh Sana. Namun saat di dalam lift, Sana malah membuka mata. “Kau sudah bangun?” tanyanya. Sana mengerjap. Ia turun dari gendongan Rafa. Dengan tatapan bingung ia menatap sekitar. “Di mana? Rumahmu?” Melihat wajah Sana yang lucu, membuatnya gemas. Akhirnya ia menarik pinggang wanita itu dan menciumnya kembali. Selama ini tidak ada yang pernah membuat Rafa segila ini. Hanya Sana, ya hanya wanita itu. Lift terbuka, Rafa menarik semakin menarik pinggang Sana. Hanya dengan menyentuhkan jemarinya di gagang, pintu itu terbuka. Rafa memojokkan tubuh Sana, meng
Read more