Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 371 - Chapter 380

541 Chapters

Chapter 369

Ketika mulai membuka mata, seorang wanita tengah mengernyit. Sinar matahari mulai masuk ke dalam sebuah kamar yang ia huni. Ia mengedarkan pandangannya. Begitu asing. Ini bukan kamarnya. Lantas—ia merasa ada sebuah benda berat yang berada di perutnya. Disusul dengan hembusan nafas dari tengkuknya. Perlahan Sana membalikkan badannya. Alangkah terkejutnya melihat wajah seorang pria tepat di hadapannya. Hampir saja ia berteriak, namun ia menutup mulutnya rapat-rapat. ‘Apa yang aku lakukan? Kenapa bisa sampai di sini?’ batinnya menjerit. Ia mengintip sedikit di balik selimut. Untungnya tidak terjadi apapun diantara mereka. Pakaiannya lengkap, hanya saja syalnya entah ke mana. ‘Oh Tuhan kenapa dia seperti ini?!’ Sana tidak berhenti menjerit di dalam hati. Rafa menarik pinggangnnya. Kemudian kaki pria itu menimpa di kedua kakinya. Mengenai tadi malam—Sana sedikit mengingatnya. Ia segera menutup mata ketika merasakan pergerakan Rafa. Ia akan berpura-pura tidur dan membiarkan pria itu ban
Read more

Chapter 370

H-7 persidangan yang membuatnya harus datang untuk memberikan kesaksian. Namun sampai saat ini, Sana tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Uangnya tinggal tidak seberapa. Ia tidak mungkin meminta lagi pada Keita, karena pria itu sudah menutup semua akses yang menyangkut dirinya. Hal tersebut dilakukan agar berita tentangnya tidak sampai tersebar di jepang. “Apa yang harus kulakukan?” Sana mondar-mandir di kamarnya. Mengenai Rafa, apakah mungkin ia meminta bantuan pria itu. Namun pria itu menginginkan dirinya. Sana menghela nafas gugup. ‘Milik.’ Di sini berarti banyak. Ia mengambil ponselnya. “Apa yang kau inginkan jika kau membantuku?” Rafa yang saat ini berada di ruangannya tengah tersenyum kemenangan. “Hanya….” Sungguh jawaban yang membuat orang menunggu tidak sabar. “Hanya?” ulang Sana karena Rafa tidak berniat akan menjawab pertanyaan dengan jujur.“Hanya menjadi milikku dan semuanya akan aku selesaikan,” balas Rafa. Terjadi keheningan di antara mereka. Rafa tidak berkata la
Read more

Chapter 371

“Aku sangat malu waktu itu. aku mabuk dan ketika bangun aku sudah bersamamu. Aku sungguh mau….” Sana memejamkan mata sebentar. “Tapi aku sangat berterima kasih karena kau mau membawaku pergi dari klub. Jika aku terus di klub aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.” Rafa mengangguk mendengarkan penjelasan Sana. Ia sudah tahu ketika Sana sedang kalut, wanita itu tidak akan langsung berbicara dengannya. Melainkan membutuhkan waktu, barulah akan berbicara dan menjelaskan semuanya. Maka dari itu—ia membiarkan Sana pergi. “Lalu?” Rafa mengetukkan jemarinya ke atas meja. “Aku membutuhkan bantuanmu.” Sana menghela nafas dalam. Rafa tersenyum miring. “Jika ingin bantuanku, kau harus jadi milikku.” Sana meremas tangannya yang berada di bawah meja. “Rafa please…. Aku bukan barang.” Matanya mulai memanas. Namun ia sekuat tenaga menahannya agar air matanya tidak turun. “Maka jadilah kekasihku saja,” balas Rafa dengan enteng. “Saat orang membutuhkan bantuan, mereka bahkan bisa melakukan apapu
Read more

Chapter 372

“Bagian mana yang paling kau suka?” Rafa berjalan di samping Sana dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Sana tersenyum. Jarinya menunjuk sebuah permainan jungkat-jungkit. “Kau selalu terbang karena tubuhmu waktu itu lebih kecil dariku.” Sana memperagakan bagaimana tubuh Rafa hanya sebatas dahinya. “Kau dulu segini.” Rafa berdecih pelan. “Tapi lihat sekarang. Lihat siapa yang tumbuh lebih baik,” balas Rafa. “Tubuhmu seperti Panda!” setelah itu Sana berlari ke arah permainan itu. Berbalik sebentar dan menjulurkan lidahnya. Jika mengingat lagi masa kecil mereka, Sana pasti tidak akan pernah lupa Rafa pernah mencium pipinya di sini. Jika mengingatnya membuatnya tertawa sendiri. Ia memilih duduk di ayunan. Menatap langit gelap bersih tanpa bintang. “Kenapa tidak ada bintang..” lirihnya. “Aku ingin melihat bulan atau bintang.” Rafa ikut duduk di ayunan samping Sana. “Sebentar lagi hujan.” “Kau tidak asik!” Sana berdecak pelan sambil menoleh sebentar pada Rafa. “Dulu kau sering
Read more

Chapter 373

Rafa menoleh sekilas dan kembali menatap jendela. “Sudah lama. Pergilah tidur.” Sana mengernyit. Yang dipelajari Sana tentang Rafa adalah laki-laki itu berubah sangat banyak. Karena tidak mendapat sambutan yang baik, Sana menjauh. Perempuan itu hendak merebahkan diri di atas kasur. Tapi ia tertarik melihat lampu tidur itu sebentar. “Sepertinya memang sudah tidak layak.” Jemarinya menekan tombol off untuk mematikan lampu. Namun alangkah terkejutnya ia, saat jemarinya bersentuhan dengan tombol sengatan listrik itu begitu ia rasakan. “Akh!” jeritnya. Di susul dengan ledakan kecil pada lampu itu. lampu yang terbuat dari kaca itu akhirnya pecah dan pecahannya mengenai tangannya. “Awh!” Sana menjauh. “Jangan bertindak sesuka hatimu.” Rafa mematikan rokoknya dan berjalan ke arah Sana. Ia berlutut—melihat tangan wanita itu yang sedikit berdarah. “Apa perih?” Sana mengangguk. “Tapi tidak terlalu.” Rafa bangkit. Mencari apapun untuk membalut luka Sana. Ia membuka banyaknya laci-laci samp
Read more

Chapter 374

Rafa berhenti. Pria itu membuka kemejanya dengan tergesa. Hingga tubuh Rafa yang memiliki pahatan sempurna terpampang di hadapan Sana. Sana melompat turun, merapikan kemejanya yang sudah amat berantakan. Baru saja ingin melangkah pergi, tubuhnya dipeluk dari belakang. Rafa mengecup lehernya lembut. “Your mine,” lirihnya. Sana memegang tangan Rafa yang memeluk pinggangnya. Kata milikku menyadarkannya tentang posisinya sekarang. Namun, dalam seumur hidup ia tidak pernah melakukannya. Jika ia berkata jujur, apakah pria ini mau berhenti atau justru semakin bersemangat?Sana tidak bisa menghentikan Rafa yang membuka kemejanya dengan mudah. Saat tubuhnya dibalikkan, tubuhnya langsung didorong ke pintu yang tertutup. “Rafa—” Sana mendongak. Kalimatnya terputus karena pria itu yang memberikan tanda kepemilikan di lehernya. “Rafa sebenarnya aku—” Rafa tidak berbicara. Ia mencari-cari di mana keberadaan resleting tali berwarna hitam itu. “Sebenarnya aku tidak pernah melakukannya,” lirih Sa
Read more

Chapyer 375

Sana mendongak. Menatap kedua bola mata pria itu. “Sampai jumpa.” Rafa menepuk pelan puncak kepala Sana. Sana mengangguk dan turun. Ia melambaikan tangan ringan sebelum benar-benar berjalan masuk. Setelah memastikan Sana masuk, barulah Rafa akan menancap gas. Namun untung saja ia segera tahu ada seorang wanita yang berada di hadapannya. Wanita yang sepertinya sedang merekamnya. “Kau!” desis Rafa kesal karena dibuat terkejut oleh kehadiran Mina yang begitu tiba-tiba. Mina langsung masuk ke dalam mobil Rafa. Kemudian mengadahkan tangannya. “Mana Apartemenku?” “Aku belum sepenuhnya bersama saudaramu,” balas Rafa sambil berdecak malas. “Dia masih terikat dengan tunangannya.” Mina menatap Rafa. “Lantas kau pikir kebersamaan kalian sekarang adalah murni kebetulan? Siapa yang mendekatkanmu dengan Sana kalau bukan aku?” Mina mengangkat ponselnya. “Nanti aku akan mengirim videomu dan Sana sedang berciuman pada Keita.” “Aku tidak mau tahu. Pokoknya aku minta bayaranku.” Mina mengadahkan
Read more

Chapter 376

Sana mencegkram sprei dengan erat. Ia kotor, ia menghianati tunangannya sendiri dan sekarang sedang berbuat tidak pantas dengan laki-laki lain. Namun hal itu ia lakukan untuk melindungi keluarga dan tunangannya sendiri. Juga untuk meyakinkan hatinya. Sana mengangguk pelan. Perlahan tapi pasti Sana merasakan sensasi dan gelenyar aneh namun candu. Kepalanya bergerak gelisah saat jemari Rafa masuk ke dalam pusat dirinya. Nafasnya tercekat, ia menahan suaranya mati-matian. “Rafa…” akhirnya ia tidak bisa menahan suaranya saat gelombang itu datang. Rafa berhenti. Batasannya sampai di sini, ia menindih Sana. Mengusap keringat di dahi wanita itu pelan. Kemudian memeluk tubuh Sana yang mungil. “Your mine,” bisiknya. ~~Perlahan membuka mata. Seorang wanita mengernyit. Tubuhnya terbungkus dengan selimut. Ia mengerjap perlahan sebelum menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 5 sore. Lalu tiba-tiba ia mengernyit.“Seharusnya aku bertemu dengan pengacara.” Sana menyibak selimut. Mengambil p
Read more

Chapter 377

Gias aku salah update bab. Jadinya urutan bacanya 375-377-376Sana mundur dan berusaha menghindar. “Jangan. Jangan di sini.” Ia berusaha melepaskan tangan Rafa yang berada di pinggangnya. “Nanti ada orang lain yang masuk.” Rafa menggeleng. Mengusap helaian rambut Sana pelan. “Tidak ada orang yang berani masuk ke ruangan Direktur.” Sana menyerah. Sebenarnya ia merasa canggung. Tentang kemarin malam, entahlah ia masih malu. Apalagi pria ini sudah melihat tubuh bagian atasnya tanpa terbalut apapun. Jika mengingatnya kembali, wajahnya mulai memerah. “Kenapa pipimu merah?” Rafa mengusap pipi Sana. “Wajahmu merah ketika kau malu. Kau malu sekarang?” Sana menggeleng. “Tidak…” lirihnya. “Atau kau masih malu dengan kemarin mala—” Sana segera menutup bibir Rafa dengan telapak tangannya. “Jangan membahasnya.” kemudian berjalan menjauh. Mengambil satu kap kopi yang dibawanya tadi. “Ini untukmu.” Rafa menerimanya sambil mengedipkan mata. “Thank you.” Meminumnya perlahan. Lalu mengernyit pel
Read more

Chapter 378

“Rafa jangan!” ia tahu pasti pria itu akan menariknya dan memaksanya untuk ikut olahraga. “Rafa aku tidak mau…” rengeknya. “Ganti pakaianmu atau aku gantikan?” tanyanya sembari melepas kaosnya yang setengah basah karena keringat. “Oh mungkin kau ingin aku yang menggantikanmu.” Sana melotot. Ia baru saja melangkah dan ingin berlari menjauh namun pinggangnya ditarik. Jari-jari Rafa bergerak menggelitik dengan sengaja di pinggannya. Sana tidak bisa menahan tawanya. Namun ia juga lelah. “Rafa please hentikan.” Sana berusah lari namun Rafa selalu bisa menangkapnya. “Rafa hentikan…” Sana lelah tertawa. “Baik aku akan mengganti pakaianku sendiri.” “Baiklah.” Rafa berkacak pinggang dan melempar kaosnya ke Sana. “Cepat ganti.” Sana melotot. “Cepat berbalik.” “Come on! Aku sudah melihat tubuhmu. Semuanya, setiap jengkal. Bahkan aku hapal tanda lahirmu. Tidak usah berbalik, biar aku melihat tubuhmu.” Wajah Sana sudah memerah seperti tomat. “Rafa…” desisnya sangat kesal. “Oke-oke.” Sana
Read more
PREV
1
...
3637383940
...
55
DMCA.com Protection Status