Rafa berhenti. Pria itu membuka kemejanya dengan tergesa. Hingga tubuh Rafa yang memiliki pahatan sempurna terpampang di hadapan Sana. Sana melompat turun, merapikan kemejanya yang sudah amat berantakan. Baru saja ingin melangkah pergi, tubuhnya dipeluk dari belakang. Rafa mengecup lehernya lembut. “Your mine,” lirihnya. Sana memegang tangan Rafa yang memeluk pinggangnya. Kata milikku menyadarkannya tentang posisinya sekarang. Namun, dalam seumur hidup ia tidak pernah melakukannya. Jika ia berkata jujur, apakah pria ini mau berhenti atau justru semakin bersemangat?Sana tidak bisa menghentikan Rafa yang membuka kemejanya dengan mudah. Saat tubuhnya dibalikkan, tubuhnya langsung didorong ke pintu yang tertutup. “Rafa—” Sana mendongak. Kalimatnya terputus karena pria itu yang memberikan tanda kepemilikan di lehernya. “Rafa sebenarnya aku—” Rafa tidak berbicara. Ia mencari-cari di mana keberadaan resleting tali berwarna hitam itu. “Sebenarnya aku tidak pernah melakukannya,” lirih Sa
Read more