Amel mengikuti arah pandang Andres. Semua orang masih berada di dalam rumah. Mereka menunggu orang kepercayaan Hendrick untuk menyerahkan surat wasiat dan pembagian Harta. Sedangkan Xavier yang sibuk berdiskusi dengan anak dan istrinya mengenai harta, berbeda dengan orang lainnya. Di sana, Steven sedang bermain catur dengan Saka. “Baiklah. Kau ke sana saja,” balas Amel.Sebelum pergi, Andres mengecup dahi Amel pelan. Amel menghela nafas, ia berjalan ke arah dapur. Ia butuh air dingin untuk menyegarkan tenggorokannya. Namun sampai di sana, tubuhnya ditarik begitu saja. Belum sempat berteriak, mulutnya dibekap oleh tangan. Ketika mendongak, Amel menatap sengit pria yang melakukan hal seperti ini padanya. “Apa maumu?” Amel hampir berteriak karena saking kesalnya pada Hardin yang menariknya dengan tiba-tiba. “Kita perlu bicara.” Amel menghela nafas. “Tinggal bicara. Jangan membuang waktuku.” “Kau akan menikah dengan pria itu?” Amel memutar bola matanya malas. “Itu urusanku. Kau tid
Read more