Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 241 - Chapter 250

541 Chapters

Chapter 241

Tubuh Amel yang menggoda hanya tertutupi oleh kemeja putih yang sedikit nerawang. Andres tidak langsung menerkam Amel karena dibutakan oleh kemarahannya. “I want you.” Amel mengangguk. “Touch me. Fu*k me harder.” Dengan cepat Andres melepaskan kemeja itu dari tubuh Amel. Mereka tidak peduli betapa dinginnya malam ini. Panas tubuh mereka hanya akan menghilang saat mereka saling menyentuh. Andres menyentuh lebih dalam wanita yang ia cintai. Andres menggerakan pinggang Amel. Kursi yang mereka duduki berderit tidak karuan. Biar saja—sebagai pertanda betapa menggairahkannya percintaan mereka. ~~“Rasanya sungguh lelah. Aku tidak bisa ke mana-mana. Aku harus tetap di sana sampai pembangunan selesai. Tapi untungnya aku bisa melarikan diri sebentar.” Seorang yang tidak berhenti mengeluh. Setidaknya sudah menghabiskan 2 kaleng bir. “Kau tidak akan dimarahi bosmu?” tanya Amel. Jika mendengar nama bos, Caitlin akan langsung kesal. Ia melempar bekas kaleng birnya. “Aku sangat membenci dia
Read more

Chapter 242

Caitlin berdecak. “Kenapa kau selalu muncul saat aku sedang bersama Amel. Kalian berkencan?” tanyanya dengan malas. Memang setiap kali Catilin dan Amel bertemu, nanti pasti ada Andres yang menyusul mereka. “Memang iya, kenapa?” Andres memeluk Amel dari samping. Caitlin melebarkan mata. Tidak terasa mulutnya juga ikut terbuka. “Kau sungguh berkencan dengan pria ini?!” tanyanya pada Amel. “BAGAIMANA BISA?!” teriaknya heboh. Andres mendesis sebal. “Kita cocok. Kita saling suka, bagaimana tidak bisa?” “Waaah.” Caitlin menggeleng pelan. “Aku pikir kalian berdua memang benar hanya berteman. Dan paling anehnya lagi—” menatap sang sahabat. “Kau mau bersama pria ini?” “Lama-lama kau semakin menyebalkan,” ujar Andres semakin kesal dengan Caitlin. Amel tertawa. “Tidak ada y ang tidak mungkin. Persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu memang susah.” Caitlin sekarang tersenyum. Ia menatap Andres dengan senyuman yang paling manis. “Aturan kita ketika ada yang berkencan adalah mentrakti
Read more

Chapter 243

Annie membasuh wajahnya. mengambil tisu dan diusapnya perlahan ke wajah. Hari-harinya semakin sulit saja. Ia harus membangun relasi sebanyak-banyaknya dengan orang-orang kaya. Ia menoleh saat pintu toilet terbuka. Ahsley, wanita itu juga bercermin tepat di sebelahnya. Annie tersenyum ramah. “Aku tahu tentangmu,” ujar Ashley. “Apa?” Asley tersenyum. “Aku tahu tentangmu. Kau Annie, salah satu teman Amel, sepupuku. Aku dengar dia di sini selama bertahun-tahun. Kau tahu apa masalahnya?” Ashley menatap Annie. “Suamiku begitu lama di sini, aku berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Bagaimana ini? Yang aku tahu dia menghadiri pernikahan Samuel, tapi dia lama tidak kembali.” Bagaimana Ashley tahu Annie adalah teman Amel? Dari postingan di Intagram. Sebagai sahabat sejak lama. Annie memposting di story aku intagramnya foto mereka bertiga, Amel dan Caitlin. Ashley sengaja mencari tahu siapa saja anggota komunitas yang terdiri dari keluarga konglomerat.Annie terdiam saja. Ia bingung merespo
Read more

Chapter 244

“Dad kapan kita piknik?” tanya Rafa. Andres baru teringat menjanjikan piknik pada bocah itu. Namun mulai hari ke depan, ia akan sangat sibuk. Andres berdehem pelan. “Sebenarnya—” “Dad sibuk,” potong Rafa dengan cepat. “Dad tidak punya waktu untuk piknik, begitupun dengan Mom. Kalian memang sama-sama sibuk.” bersindekap dengan raut wajah yang kecewa. “Tunggu.” Andres mengotak-atik ponselnya sebentar. “Sewa Wahana bermain untuk malam ini.” “Tunggu, Sir. Itu membutuhkan pengeluaran yang banyak.” “Tidak masalah. Anggarannya akan masuk ke rekeningku sendiri. Lakukan saja sesuai permintaanku, aku ingin taman bermain nanti malah kosong.” “Baik sir.” Andres menoleh ke samping. “Rafa mau bermain? Di wahana bermain mau?” “Dad menyewa penuh taman bermain?” Andres mengangguk. “Nanti kita bertiga bisa main sepuasnya di wahana bermain.” Rafa bersorak senang. “Mau! Yey!” bocah itu segera memeluk Andres. “DAD YANG TERBAIK!” “Kalau begitu…” Andres menunjuk pipi kirinya. Cup! Rafa mencium
Read more

Chapter 245

Namun bukan itu fokusnya sekarang. Amel justru menatap lukisan singa besar yang begitu menakjubkan. Singa itu terasa sangat hidup dan sedang melihat mereka. ternyata bukan hanya lukisan Singa, saja. Namun ada banyak, hanya tertutup oleh kain. Amel terkejut saat Andres sudah mengecup bibirnya. “Apa yang kau pikirkan?” jemari Andres mengusap helaian rambut Amel. “Kau memikirkan orang lain?” Amel mendongak. “Kau harus lebih percaya padaku. Aku hanya melihat lukisan. Begitu banyak lukisan, apa kau sendiri yang melukis?” “Dulu. Aku suka melukis dan berhenti. Aku selalu membawa lukisanku ke manapun aku berada. Setidaknya satu harus bersamaku.” Andres kembali mencium Amel. Membelai bibir bawah Amel yang terasa candu. Mengangkat tubuh Amel ke atas sebuah meja. Amel melepaskan ciuman mereka. Kedua tangannya melingkar di leher Andres. “Bagaimana jika aku memintamu melukisku?” Andres tersenyum miring. “Berani bayar berapa?” “Kau sangat perhitungan ternyata.” Amel menganguk-anggukan kepala.
Read more

Chapter 246

“Semua masih sama.” Jenifer memandang seluruh ruang Apartemen anaknya. Kira-kira hampir satu tahun mereka tidak berkunjung. “Kamu tidak ingin pindah ke Indonesia?” “Mom menanyakan itu lagi,” balas Amel yang mengeluarkan buah-buahan dari dalam kulkasnya untuk disajikan kepada orang tuanya. “Amel lebih suka hidup di sini.” “Baiklah-baiklah.” Jenifer mendekat. “Bagaimana keadaan Andres? Dia sehat bukan?” Amel berhenti. “Kenapa Mom tiba-tiba menanyakannya?” “Dia kandidat menantu nomor satu Mom. Jelas Mom harus tahu keadaannya. selain kaya dan tampan, kamu harus memastikan apakah dia sehat atau tidak.” Jenifer yang berbicara panjang lebar. Sedangkan Steven sedang mengajari Rafa bagaimana bermain catur. Di usianya sekarang, ia tidak cukup bahagia. Kekawatirannya tentang masa depan putri bungsunya. Apalagi cucunya yang besar tanpa sosok ayah. “Dia sehat.” Amel mengangguk. “Dia akan ke sini.” TING TING! Amel berjalan ke pintu. Itu pasti Andres. Padahal biasanya pria itu suka sekali ny
Read more

Chapter 147

“Dad sudah mendengar semuanya dari Andres. Kamu siap menghadapi semuanya?” Amel berhenti bernafas beberapa detik. Sesungguhnya ia tidak ingin orang tuanya mengetahui tentang Hardin. Ia ingin menghadapi semuanya tanpa membawa keluarganya, apalagi orang tuanya. “Amel tidak peduli apa kata orang lain, tapi—” Amel menatap orang tuanya. “Dad, Amel hanya takut jika mereka semua tahu tentang Rafa, mereka akan menyakiti Rafa. Amel takut, kehadiran Rafa dianggap aib dan mereka menyakiti Rafa.” “Bagi Dad ada satu cara, yaitu menunjukkan Rafa pada dunia.” “Maksud Dad?” “Tunjukkan Rafa ke dunia. Tunjukkan Rafa adalah anak kamu. Hak asuh Rafa akan jatuh pada ibu kandungnya yang sudah merawat selama bertahun-tahun. Dan saat itulah kamu bisa benar-benar melindungi Rafa dari apapun.” Steven meraih tangan Amel. Menggenggam tangan sang putri dengan hangat. “Dad dan Mom akan selalu ada di sisi kamu.” Amel yang tersentuh dengan ucapan Steven tidak bisa mencegah air matanya keluar. Ia juga beringsut
Read more

Chapter 248

“Kau gila?!” teriak Ashley tidak tertahankan. Kalimat yang dilontarkan Hardin seketika membuatnya menggila. “Kau masih mengharapkan dia setelah semua yang terjadi? Kau tidak berpikir apa yang terjadi jika kau dan dia bersama?” “Perusahaanmu akan hancur!” Hardin meletakkan kedua tangannya ke dalam saku dengan santai. “Aku tidak peduli. Bukankah kau sendiri yang sangat peduli dengan perusahaan. Kau senang perusahaan semakin maju sehingga uang bulananmu semakin besar.” Hardin berdecih pelan. “Semua karena uang bukan? Kau menggila hanya memikirkan perusahaan dan uang.” Ashley yang kini berdecih. “Kau juga butuh uang. Dari dulu kau menikmati kekuasaan ayahmu itu. jika kau ingin bersamanya, kenapa tidak kau lakukan dari dulu? Kenapa kau memilih mempertahankan perusahaan dan menikahiku? Kenapa kau tidak menjadi miskin dan menikah dengan Amel?” “Pastinya karena kau juga takut miskin.” Ashley tersenyum remeh. “Tutup mulutmu, bitch!” Hardin yang sedang menahan amarahnya mati-matian. Jangan
Read more

Chapter 249

Rafa menunjuk belakang pohon. “Itu.” Amel mengernyit. Ia menyipitkan mata. “Mata mom tidak bisa melihatnya.” Ia menancap gasnya. “Tapi kita harus segera pergi.” Amel yang berhati-hati mengemudi sambil menatap kaca spion. Memastikan apakah ada orang yang mengikuti mereka atau tidak. “Sungguh aneh? Tidak ada siapapun,” lirihnya. “Mom siapa ya yang mengikuti kita?” Amel mengusap puncak kepala Rafa. “Jangan dipikirkan. Itu hanya orang yang ingin jalan-jalan. Atau mungkin hanya orang yang ingin memfoto sekitar.” Untuk saat ini Amel harus membuat Rafa tenang dulu. Jangan sampai bocah itu takut dan malah membuatnya panik. “Tapi nanti Rafa, kamu jangan bermain sembarangan. Jangan berkeliaran sembarangan.” Rafa mengangguk. “Iya Mom.” Di sisi lain, seorang pria baru saja menyelesaikan tugasnya. ia telah mengirim foto seorang anak dan ibu. Bayarannya langsung masuk ke dalam rekeningnya. Dalam jumlah yang fantastis. “Bos kaya.” Sebutan seseorang dibalik layar yang menyuruhnya. Seorang wan
Read more

Chapter 250

Steven mengangguk lagi. Kali ini mengangguk beberapa kali. “Untunglah aku tidak jadi pemimpin. Jika jadi pemimpin aku tidak bisa bermain catur, menanam bunga, sayur, ubi dan buah di halaman rumah. Oh—” Steven menatap sang kakak. “Aku juga tidak bisa memelihara burung. Karena memelihara burung itu juga asik.” “Memangnya pekerjaanmu sehari-hari hanya itu?” tanya Xavier. “Tidak. Aku juga bermain dengan cucuku. Cucuku sangat menggemaskan. Aku sering mengantarnya ke sekolah. Aku juga sering menjaga cucuku ketika anakku akan pergi,” balas Steven yang semakin memanas-manasi Xavier. “Orang pengangguran memang seperti itu. Mereka akan punya waktu banyak sehingga melakuan hal-hal yang tidak berguna seperti itu,” balasan Xavier tidak kalah sinis. “Bagaimana denganmu? Sepertinya kau juga cukup sibuk sama sepertiku.” Saka menggeleng dengan ragu. “Tidak sepenuhnya. Aku juga berkebun, bermain catur dan bermain dengan cucuku. Aku melakukannya saat sepulang bekerja dan hari libur. Itu cukup menye
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
55
DMCA.com Protection Status