Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 221 - Bab 230

541 Bab

Chapter 221

“Mau merokok di balkon,” balas Andres. “Tinggalkan saja. Nanti aku akan membantumu.” “Tidak ikut mengacau saja sangat bersyukur aku.” Amel masih sibuk dengan kegiatannya. Andres ingin merokok di luar. Namun, melihat Amel yang bersusah payah membersihkan kekacauan membuatnya tidak tega. Alhasil ia menaruh lagi rokoknya ke atas meja. Ikut membatu Amel menaruh mainan ke dalam kotak penyimpanan. “Hentikan, kau pasti lelah.” Amel menangkap tangan Andres. “Kau lelah bekerja seharian. Merokoklah di balkon.” “Aku akan merokok saat sudah selesai.” Andres mengangkat kotak penyimpanan itu ke pinggir. Ada dua kotak besar yang semuanya berisi mainan. Semua mainan akan keluar dari tempatnya saat Rafa sedang bersemangat. “Sudah?” Andres sudah mengangkat kotak penyimpanan itu. “Sudah.” Amel mengusap keningnya berkeringat. “Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Nanti aku akan menyusul.” Amel bangkit. Hendak melangkah masuk ke dalam kamarnya. “Kau akan ke mana?” “Aku ingin mandi.” Amel menciumi t
Baca selengkapnya

Chapter 222

Rumah Amel seperti rumah ke dua bagi Andres. Banyak sekali barang-barangnya yang sengaja ditinggalkan di sini. Dari pakaian, jam tangan, sepatu, alat mandi sampai alat cukur sekalipun. “Tidak di sana!” Amel mengarahkan Andres. “Ya di samping.” Setelah menemukan apa yang dicari. Amel menangguk puas. “Bagus.” “Hari ini aku serahkan padamu.” Amel mulai melakukan tugasnya. Ia melakukannya dengan hati-hati. Adapun yang membuatnya goyah adalah perbuatan Andres yang suka tiba-tiba mencium pipinya. “Pipiku penuh dengan krim.” Amel mengerucutkan bibirnya. Benar saja, krim yang berada di dagu Andres berpindah tempat di pipinya. Itu karena ulah Andres yang menciumi pipinya. “Biar saja. Kau sangat lucu.” Andres tertawa pelan. Belum berhenti sampai di situ. Amel berkali-kali berdecak saat Andres mengusap pinggangnya. pasalnya sentuhan pria itu membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. “Bagaimana jika aku melukai dagumu?” “Biar saja.” Andres tertawa pelan melihat wajah Amel yang sudah kesal. “
Baca selengkapnya

Chapter 223

Pria itu lebih dulu membelai bibirnya. Pasrah, Amel memejamkan mata. Menikmati setiap lumatan lembut yang diberikan oleh Andres. Ia juga membalas setiap kecupan yang dilayangkan oleh pria itu. Kedua tangannya meremas rambut ikal Andres. Jemari pria itu bergerak membelai pinggang kecil Amel. Permainan mereka semakin intens. Ciuman Andres turun ke leher. Mencecap leher putih itu dengan rakus. Sengaja meninggalkan jejak kepemilikan di sana. “Andres…” lenguh Amel. “Biarkan aku menyentuhmu.” Jemari Andres masuk ke dalam kaos yang digunakan oleh Amel. Membelai perut rata Amel dengan gerakan tak menentu. Amel lemah. Tubuhnya menginginkan lebih meski dirinya menolak. Ia semakin meremas bahu Andres ketika ciuman pria itu semakin turun ke bawah. Sedangkan jemari pria itu bermain di bawah. Membelai bawah miliknya yang sudah basah. “I want you,” bisik Andres dengan mata yang redup. Amel membuka mata. Dilihatnya wajah Andres yang penuh gairah. “Aku…” “Kau ingin aku berhenti?” Bibirnya ter
Baca selengkapnya

Chapter 224

“Dia sudah bangun?” gumam seorang pria yang masih diambang antara mimpi dan kenyataan. “Dia bangun lebih awal dari dirimu.” Amel mengusap lengan yang memeluk lehernya. “Cepat mandi. Kita sarapan bersama.” “Aku malas sekali.” Andres semakin mendekap tubuh Amel dari belakang. Beberapa kali ia melayangkan kecupan di pipi kemudian turun ke leher Amel. “Bagaimana kalau membolos bekerja?” Amel tersenyum. “Tidak.” “Kenapa-kenapa? Kau tidak seru sekali. Kau pasti tipe siswa yang tidak pernah membolos.” Andres berdecak pelan. “Memangnya ingin membolos ke mana?” “Ke—” “Mom!” teriak Rafa dari dalam kamar mandi. “Handuk!” “Iya!” Amel berjalan cepat membawakan handuk pada Rafa. “Ini.” Rafa keluar dengan tubuh yang terbalut dengan handuk. Ia menatap Amel dan Andres bergantian. “Kalian akan di sini?” “Kami akan membantumu.” Andres mengangguk. “Rafa bisa sendiri.”Bocah itu mengamati pakaian yang dipilihkan oleh Amel. Ia mengangguk puas. “Mom, Rafa bisa memakai baju sendiri.” “Hm. Mom men
Baca selengkapnya

Chapter 225

Perusahaan Samuel baru saja melakukan kerja sama dengan perusahaan lain. Amel ikut senang. Samuel adalah suami sahabatnya. Kesuksesan Samuel bisa menjamin kehidupan yang layak bagi Annie. Ia berharap Annie tidak pernah kekurangan apapun bersama Samuel. “Di sini?” Amel melihat banyak mobil mewah yang terparkir. “Hm.” Andres melihat sekitar. “Ada banyak orang yang datang. Jika kau tidak nyaman, bilang saja padaku. Kita akan langsung pulang.” Memasuki ruangan yang sudah ditata sedemikian rupa. Amel mengeratkan pegangannya di lengan Andres. Tidak begitu jauh—ia bisa melihat Annie yang berbincang dengan kumpulan wanita. “Dia berubah menjadi wanita sosialita,” lirih Amel. “Memang harus seperti itu, supaya jaringan suaminya luas,” balas Andres. “Jadi nanti istrimu juga harus seperti itu?” tanya Amel. “Istriku?” tanya balik Andres. “Itu terserah padamu, karena istriku nanti adalah kau.” “Ooh…” setiap kali Amel terkejut dengan perkataan Andres, ia hanya bisa menjawab dengan ber oh ria.
Baca selengkapnya

Chapter 226

Amel menatap pantulan dirinya sendiri. Ia merogoh tasnya, mengambil lipstik dan menyapukan kembali ke bibirnya. Amel menatap dirinya lagi. Seperti ada yang hilang. “Antingku!” “Di mana antingku!” segera menunduk. Melihat ke lantai bawah untuk mencari tahu di mana antingnya terjatuh. “Tidak ada. Di mana antingku?!” Amel bergegas keluar. Anting itu ia beli sendiri menggunakan gajinya. Harganya dua kali lipa harga mobilnya sendiri. “Seharusnya aku tidak membeli barang mahal saja,” sungutnya. “Kau mencari ini?” sebuah tangan yang memegang anting berwarna silver. Amel mendongak. Begitu melihat siapa yang menemukan antingnya, ia mendadak diam. Seperti pertemuan yang mengerikan. Amel terdiam seperti patung, kedua bola matanya memanas. Selama ini ia sangat menghindar bertemu dengan pria ini. “Kau tidak pernah berubah.” Hardin mendekat. Ia mengamati dalam-dalam wajah Amel yang masih cantiknya seperti dulu. Namun sekarang lebih terlihat dewasa. “Anting ini milikmu.” Hardin mengulurkan ta
Baca selengkapnya

Chapter 227

“Aku juga sudah memutuskan akan mengakui Rafa sebagai anakku. Kau tidak perlu kawatir. Semua orang akan percaya jika Rafa adalah darah dagingku. Orang tuaku juga tidak akan keberatan.” Andres menatap Amel. Saat ini ia hanya memikirkan Amel dan Rafa. Amel berhenti sejenak. “Kau bisa melakukannya, namun apa kau tahu resikonya? Perusahaan. Citramu akan buruk di mata publik. Aku juga tidak ingin melibatkanmu Andres. Semua karena kesalahanku, aku sungguh tidak ingin melibatkanmu.” “Aku tidak peduli.” Andres menggeleng. “Aku akan melakukan apapun untuk melindungi kalian dari dia.” “Aku tidak ingin kau melakukan hal itu.” Amel mengusap tangan Andres. “Aku hanya ingin kau terus di sampingku dalam keadaan apapun.” “Aku akan selalu ada di sampingmu.” Andres menarik Amel ke dalam pelukannya. ~~Sesampainya di rumah. Amel langsung pergi ke kamar Rafa. Ia melihat putra semata wayangnya tengah tertidur pulas. Beberapa mainan yang berserakan membuatnya tersenyum tipis. Janin kecil yang tumbuh
Baca selengkapnya

Chapter 228

Satpam itu malah tersenyum. “Saya tahu pacar nona Amel. Bukan anda, pacarnya sering ke sini. Jangan membohongiku, pergilah!” Satpam itu mengibaskan tangan mengusir Hardin. “Kamu kurang pintar mencari alasan.” “Kamu pasti penggemar nona Amel kan?” Satpam itu menggeleng pelan. “Dekati dia pelan-pelan. Jangan langsung seperti ini!” Hardin mengernyit. Satpam itu mengajaknya duduk di posnya. “Wanita manapun akan luluh dengan kelembutan. Jika kamu masih ingin berjuang mendapatkan Nona Amel, dekati dia dengan cara baik-baik. Dengan cara romantis. Contohnya—” Satpam itu memberi petuah pada Hardin. Melihat wajah Hardin yang masih mudah dan bonus tampan, membuatnya kasihan. Kasihan masih muda tidak tahu cara mengejar perempuan dengan baik. “Contohnya belikan suatu kesukaannya. Bawa bunga atau sekedar makanan ringan ketika bertemu.” Satpam itu mendekat. “Tapi jangan sampai ketahuan pacarnya.” “Jadi anda mendukung saya mengejar Amel walaupun dia sudah mempunyai pacar?” Satpam itu menganggu
Baca selengkapnya

Chapter 229

“Kenapa?” Hardin mengejar Rafa. “Kau sakit?” Rafa menggeleng. “Mom melarangku bergaul dengan uncle. Kata Mom, uncle bisa saja orang jahat.” Mengambil tasnya kemudian mencangklongnya. “Bisa bermain ponsel?” tanya Hardin. Ia mengeluarkan ponselnya. “Panggil polisi jika uncle berbuat jahat.” Menyodorkan ponselnya pada bocah itu. Rafa menatap ponsel itu. “911 nomor polisi. Nomor Mom ehm…” Rafa mencoba mengingat. “Aku akan menelepon Mom jika uncle berbuat jahat.” Mengambil ponsel itu. kemudian mengetik nomor ibunya sendiri di sana. “Kau bisa menyimpan ponsel itu.” Hardin memasukkan ponsel itu ke dalam tas Rafa. Ponsel miliknya yang tidak terisi apapun selain game. “Sekarang kau mau pergi ke pantai bersamaku?” Hardin menguluarkan tangan. Rafa mengangguk. “Mau.” Perjalanan ke pantai membutuhkan waktu yang cukup lama. Setidaknya sekitar 40 menit. Rafa yang berada di kursi sampingnya, sampai tertidur pulas. Sesekali Hardin mengusap puncak kepala bocah itu. Meskipun belum terbukti Rafa
Baca selengkapnya

Chapter 230

Andres berdecak. “Dua hari itu waktu yang lama jika berpisah denganmu.” Amel masih berusaha menahan tawanya. “Baiklah. Dua hari memang waktu yang lama. Tapi kita bisa bertelepon atau Video call. Jangan kawatir, aku akan selalu siap siaga.” “Janji.” Andres mencubit pipi Amel. “Janji.” Amel mengusap dagu Andres. “Hati-hati.” Andres menarik pinggang Amel semakin dengannya. Hingga menarik tengkuk Amel dan menciumnya. Tubuh amel semakin membentur meja. Derit meja bergeser tidak menghentikan kegiatan mereka. Sampai bunyi alarm di ponsel Andres berbunyi. Mereka berhenti—saling berpandang satu sama lain. “Aku harus pergi.” “Hm. Pergilah dan hati-hati.” Andres mengusap bibir bawah Amel yang basah. “Langsung pulang. Jangan ke mana-mana. Tunggu aku.” “Iya,” jawab Amel. Andres melepaskan Amel. Pria itu pergi keluar dengan senyum yang tidak luntur. Amel menatap jam dinding. Sudah pukul 6 sore. Ia seharusnya menjemput Rafa dua jam yang lalu. “Semoga saja Rafa tidak marah.” Amel segera men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
55
DMCA.com Protection Status