Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 201 - Chapter 210

541 Chapters

CHAPTER 201

Amel mengangguk. “Jangan beritahu siapapun.” Mengambil tangan Andres. “Janji sebagai teman. Tidak boleh diingkari. Oke, aku pergi bekerja dulu.” Amel meninggalkan Andres di depan perusahaan. “Tapi—” Andres masih ingin berbicara. “Dia bercerita setengah-setengah. Apa dia sudah menikah? Tapi dia sangat muda. Aku salah memilih teman lagi? Temanku sebentar lagi mempunyai bayi? Lalu aku akan menjadi paman?” Andres menggeleng. “Ah membingungkan.” “Tapi dia terlihat sangat bahagia.” Andres mengusap tengkuknya yang tidak gatal. “Dia aneh.” ~~ Amel menjalani kehidupannya seperti biasa meskipun ada janin yang tumbuh di perutnya. Sudah dua bulan berlalu. Ia masih belum membertahukan kehamilannya pada orang tuanya. Bukan takut dimarahi atau dipukul, takut sekali mengecewakan mereka. “Halo, Mom.” Amel berjalan sambil memegang teleponnya. “Bagaimana kabar kamu? Pekerjaan kamu lancar?” tanya Jenifer melalui sambungan telepon. “Lancar.” Amel menghela nafas. “Bagaimana kabar Mom dan Dad?” “Kam
Read more

CHAPTER 202

“Amel tolong ke sini.” Suara yang Amel tahu siapa. Ia membuka mata—merentangkan otot-ototnya. Melihat jam dinding yang sudah sampai di angka 11 siang. “Kenapa? hoaam!” membuka mulutnya lebar. Tidur yang lumayan nyenyak akibat meminum obat tidur tadi malam. “Ke sini ke mana?” “Temanmu itu, membuat keributan di tempat potoshot. Dia marah-marah karena ada yang menumpahkan kopi di bajunya. Dan sekarang dia mengurung diri di mobil, tidak mau pemotretan.” Amel mengacak rambutnya frustasi. “Kenapa dia selalu merepotkanku….” Keluhnya. Ini menjadi kedua kalinya Amel mendapat panggilan dari Jacob atas masalah yang sama. Yang pertama, dengan alasan malas Andres tidak ingin berangkat syuting. Alhasil, Amel membujuk pria itu agar mau berangkat syuting. Memangnya bekerja bisa sesuai mood? Amel marah-marah dan mengancam tidak akan berteman lagi dengan pria itu. Untunglah ancaman itu berhasil. Yang ke-dua, sekarang! Amel menghela nafas berkali-kali. “Jika kau lelah istirahat saja di rumah. Aku
Read more

CHAPTER 203

Amel menoleh. Di sana! Tidak jauh dari tempatnya berdiri. kedua temannya menatapnya sambil bersindekap dengan kepala yang mengangguk. “Kau harus menjelaskannya pada kita.” Annie menyipitkan mata. “Kenapa kau cepat sekali mendapat pria?” “Dia hanya temanku.” Amel menggandeng kedua tangan temannya. “Seperti kalian. Kehadirannya membuatku tidak kesepian. Salah sendiri kalian selalu sibuk—aku mencari teman baru.” “Benar hanya teman saja?” tanya Caitlin. Amel mengangguk. “Sikapnya bahkan lebih cocok menjadi adikku.” “Aku penasaran dengan wajahnya. Apakah dia tampan?” tanya Caitlin. Akibat lampu yang tidak terlalu terang dan pria itu yang memakai masker hitam. “Kalian mungkin tahu.” Amel berpikir sebentar. “Tapi aku mohon supaya kalian diam saja. Karena dia sangat menjaga privasinya.” “Kau membuatku penasaran.” Annie menggoyangkan lengan Amel. “Apa dia anak presiden?” Amel menggeleng. “Tidak. Dia selebriti.” Caitlin terdiam sebentar. “Jangan bilang dia artis yang sedang naik daun.
Read more

CHAPTER 204

Amel menunduk. Bersimpuh di kedua kaki orang tuanya. “Maaf Amel mengecewakan kalian. Amel akan bertahan, Amel tidak akan menyusahkan kalian. Maafkan Amel, Mom Dad…” “Siapa?” tanya Steven. Pertama kali Steven angkat bicara. Ketika pertama kali datang ke Apartemen putrinya, mereka berdua memeriksa semuanya. Sampai menemukan satu ruangan yang penuh dengan perlengkapan bayi. Kecurigaan mereka semakin menjad-jadi saat menemukan buku panduan hamil di nakas. Hingga Jenifer menggeledah lemari Amel dan menemukan sebuah foto USG. Amel memejamkan mata. “Hardin.” “Dia sudah menikah dengan Ashley,” ujar Jenifer. “Dia pria bajingan, Mom harus menghajar pria itu!” Jenifer berdiri. “Mom!” Amel memegang tangan Jenifer. “Amel tidak butuh pertanggung jawabannya. Amel bisa mengurus bayi ini sendirian. Amel akan berusaha menjadi ibu yang baik.” Jenifer menghempaskan tangan putrinya. “Kamu kira jadi ibu gampang? Kamu kira merawat anak sendirian itu mudah?” Jenifer memijit dahinya lelah. “Kamu benar
Read more

Chapter 205

Happy Reading guys“AKKKH!” Amel yang sudah berbaring di atas ranjang, di dorong oleh beberapa perawat menuju ruang operasi. Tangannya senantiasa memegang lengan Andres.“Akkh!” ringis Amel yang semakin menjadi-jadi. Tidak bisa dideskripsikan bagaimana rasa sakitnya ketika akan melahirkan. Amel mendongak—menutup matanya. Dalam hati ia bertanya. ‘Inikah rasanya diambang kematika?’“Amel buka matamu.” Andres menepuk pelan pipi Amel. “Bertahanlah.”Amel masuk ke dalam ruang persalinan.“Anda ayah dari bayinya?” tanya perawat sebelum menutup pintu ruang persalinan.“Aku tidak—” Andres celingukan menatap Amel dari kejauhan. Wanita itu terlihat kesakitan. “Iya aku ayah bayinya.”“Temani beliau.” Perawat mempersilahkan Andres masuk.Akhirnya Amel didampingi Andres.“Sebentar lagi, bertahanlah.” Andres mengusap dahi Amel yang berkeringat banyak.Tak lama suara tangisan bayi terdengar. “Kau berhasil.”Sayup-sayup Amel mendengar suara tangisan bayi. Namun tidak lama setelahnya ia pingsan. Ia sa
Read more

Chapter 206

“Dia cucu dari Hendrick Willson, pendiri Delux dan DN. Anak dari Steven Willson yang pernah memimpin DN dan Delux cabang.” Emmanuel memang sengaja mencari tahu latar belakang para pegawainya yang jenius. Amel yang termasuk pegawai baru namun memiliki jam terbang yang luar biasa. Hanya butuh waktu beberapa bulan saja, perempuan itu mampu memenangkan tender besar dan menjadi ketua tim. Andres mengernyit. “Dia menyembunyikan nama belakangnya….” Andres mencoba mengingat apakah Amel pernah menyebutkan nama belakangnya. Ternyata tidak, Amel hanya memperkenalkan dirinya sebagai Amelia Putri, bukan Ameli Putri Willson. “Karena dia tidak ingin diketahui sebagai cucu konglomerat. Dia ingin bekerja tanpa embel-embel keluarganya.” Andres mengangguk. “Kemungkinan dia juga ingin melarikan diri karena kehamilannya.” “Benar.” Isabel menghela nafas. “Dia pasti menyembunyikan kehamilannya dari keluarganya. Pasti sangat berat.” Isabel memandang putranya. “Apa orang tuanya tahu dia hamil?” Andres me
Read more

Chapter 207

Anak kecil dengan rambut kecoklatan itu mengangkat kepalanya. Wajahnya yang putih bersih. Rambut yang lebat. Tampan di usianya yang baru menginjak 3 tahun. “Mom ke mana saja?” tanya Rafa tanpa menatap sang ibunda. “Tadi Rafa menunggu lama.” Amelia mengusap puncak rambut anaknya. “Maaf ya, Mom lagi—” “Sibuk,” sahut Rafa. “Selalu sibuk.” “Karena Rafa sudah bersama Mommy, Bu Guru pergi dulu.” Seorang wanita yang berstatus sebagai guru Rafa berdiri. tersenyum pada Amel. “Terima kasih sudah menjaga Rafa,” ujar Amel. “Sudah menjadi tugas saya.” Guru itu kemudian pergi. Rafa berjalan lebih dulu. Bocah itu pasti sedang marah. Amel segera berlari mengejar anaknya. “Rafa tunggu Mom!” Rafa langsung berhenti. Tanpa berkata apapun. Ia berdiri diam sambil menunggu Amel yang mengejarnya. Amel menggandeng tangan Rafa dan mengajaknya masuk ke dalam mobil. Sesampainya di dalam mobil, Amel segera memasangkan seatbelt. “Besok setelah bermain ke taman mau ke mana lagi?” Rafa menoleh. “Jalan-jal
Read more

Chapter 208

“Kita berdua sudah pernah pergi ke dokter dan—” Hardin melirik Ashley yang saat ini menunduk. “Dia yang tidak bisa memiliki anak.” “Apa?!” Kelly menatap Ashley. Merasa dibohongi sekali anak perempuannya itu. “Kenapa tidak bilang pada Mom?!” Kelly memegang bahu Ashley. “Katakan pada Mom itu semua omong kosong!” Ashley menghela nafas. “Mom sudahlah…” “Kenapa semua terjadi pada kamu….” Kelly merasa dunianya hancur begitu saja. Harapannya hanya satu yaitu Ashley bisa mengamankan kekuasaan dengan memiliki anak dari Hardin. Dengan hanya memiliki satu anak saja, kekuatan Ashley untuk mengusai harta kedua keluarga semakin besar. Hardin memutar bola matanya malas. Ia melanjutkan jalannya menuju kamarnya sendiri. Ya, memang kamarnya sendiri. ia dengan Ashley sudah lama tidak dalam satu kamar yang sama. Setelah melepaskan semua pakaian yang membalut tubuhnya, Hardin menuju kamar mandi. Mengguyur seluruh tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Semakin hari yang dirasakan hanyalah benc
Read more

Chapter 209

Acara selanjutnya adalah menghabiskan waktu di pinggir pantai. Rafa sangat senang bermain di tepi pantai. Bermain pasir, menumpuknya seolah-olah sedang membangun perumahan. Rafa yang sudah asik dengan dunianya sendiri, sedangkan orang tuanya malah duduk santai sambil menikmati sekaleng bir. Amel menyesap birnya perlahan. “Waah aku senang sekali bisa di sini,” ujarnya. Andres mengepulkan asap rokoknya ke atas. “Apa yang tidak kau suka. Selama ini kau suka apapun.” “Ada yang tidak aku suka” Amel menoleh. “Apa?” “Kau.” Amel tersenyum. Berbeda dengan Andres yang terdiam. Tiba-tiba saja Andres mengambil jarak yang lebih dekat dengan Amel. Memandang wajah Amel dengan jarak yang hanya terpaut beberapa centi meter saja. “Benarkah kau tidak suka denganku?” Andres mengambil jarak yang semakin dekat. Bahkan hidung mancung mereka saling bersentuhan. Amel terpaku. Selama ini ia tidak pernah menatap sahabatnya sedekat ini. Andres memang tampan, namun ia hanya memikirkan keburukan pria itu s
Read more

Chapter 210

Malam yang semakin dingin. Andres bertugas menyetir mobil sedangkan Rafa sudah tidur di belakang. Beberapa kali Amel menoleh—bibirnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun terkatup kembali. Entah butuh waktu berapa lama lagi mengumpulkan keberaniannya bertanya pada Andres. “Kenapa kau?” tanya Andres menoleh sebentar. Amel mengerjap. “Hanya…” “Hanya pusing? Kedinginan?” Andres membuka dashbord depan Amel. “Kau masuk angin mungkin. Di sini obatnya, kau bisa cari sendiri.” Amel mengangguk. Ia mengambil obat yang biasanya selalu ia bawa ketika bepergian. “Andres..” “Ya?” Amel menghela nafas, kemudian menghadap Andres yang masih fokus menyetir. “Aku ingin bertanya.” “Tanya saja.” “Kenapa galerimu penuh dengan fotoku dan Rafa. Kenapa kau menyimpan sebanyak itu. kau diam-diam memotretku di setiap moment. Aku ingin tahu alasannya.” Amel akan menunggu jawaban yang akan dikeluarkan dari bibir Andres. “Untuk menakuti kecoak.” Jawaban yang dilontarkan Andres membuat Amel melotot. “Aku
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
55
DMCA.com Protection Status