Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 231 - Bab 240

541 Bab

Chapter 231

“Jangan bermain-main dengan anakku,” Amel menunjuk Hardin. “Aku bisa melakukan apapun untuk membalasmu.” Hardin berdecih sinis. “Aku akan menantikannya.” Kemudian beralih menatap Rafa. “Rafael, masih ingin memancing?” Rafa yang tidak jauh dari mereka mengangguk. “Ayo berangkat. Kapalnya sudah datang.” Hardin menunjuk sebuah Yact yang baru saja berlabuh di pinggir pantai. “Ayo.” Ia kemudian berjalan mendakati Rafa. Kemudian menggandeng tangan bocah itu. “Tapi Mom?” tanya Rafa dengan polosnya. “Ikut uncle dulu,” bisik Hardin. “Uncle punya rencana supaya Mom juga ikut.” Kemudian mengedipkan mata. Rafa mengangguk dengan semangat. Bocah itu menantikan apa yang akan dilakukan untuk membuat ibunya ikut.“Rafa hati-hati!” Amel menghela nafas. Ia menatap kepergian sang putra dengan rasa kawatir. ~~Dermaga kecil yang digunakan tempat berlabuhnya Yacht privat milik orang-orang kaya. Hardin mengangkat tubuh Rafa. “Uncle akan memberitahukan rencananya.” Rafa mengangguk semangat. “Pura-pu
Baca selengkapnya

Chapter 232

Ada sebuah pesan yang masuk membuat Amel terhenyak dari kantuknya. [Sedang Apa?]Amel tersenyum miris. Ia tidak seharunya berbohong pada Andres. [Di kasur bersiap tidur][baiklah tidur saja. Aku akan mengabarimu saat sudah sampai]Amel mengusap wajhanya sekal lagi. udara semakin dingin. Ia melihat Rafa dari tempatnya duduk. sejak kapan bocah itu sudah memakai pakaian yang hangat. “Uncle jika nanti aku mendapatkan ikan besar, uncle harus membantuku menariknya.” Rafa duduk di hadapan pancing. Menunggu sampai umpannya di sambar ikan. Hardin tertawa kecil. “Tentu saja uncle akan membantumu.” Mengusap puncak kepala Rafa dari samping. “Kau yakin mendapatkan ikan besar?” Rafa mengangguk. Tak lama pancing bocah itu bergoyang menandakan adanya ikan yang menyambar umpan. “Uncle tarik!” teriak Rafa. Bergegas menarik kail pancing itu. Hardin merasakan berat sekali. “Sepertinya memang ikan besar.” Ia sampai kualahan menarik. Tak lama—akhirnya berhasi. Sebuah ikan yang lumayan besar. Hardin men
Baca selengkapnya

Chapter 233

Ketika membuka mata. seorang wanita mengernyit keheranan. Di ruangan putih yang serba rapi. Kemudian menatap punggung tangannya yang tertancap sebuah selang infus. Di rumah sakit. Amel berusaha bangun. Ia menyibak selimutnya. “Di mana Rafa?” kakinya barus aja akan menginjak lantai. “Aku sudah mengurus Rafa.” Hardin masuk ke dalam ruangan begitu saja. “Di mana?” nada bicara Amel mulai meninggi. Ia tidak bisa sabar tentang Rafa. “Kau membawa Rafa ke mana?” “Mom!” kepala bocah laki-laki yang menyembul dari balik pintu. Rafa berjalan mendekati ibunya. “Mom sakit. Jangan banyak bicara.” “Rafa jangan membuat Mom kawatir.” Amel memeluk Rafa erat. “Jangan pergi dari Mom. Tetap di sini. Jangan ke mana-mana.” “Tadi malam, suhu badanmu terus meningkat. Akhirnya aku membawamu ke rumah sakit. Tadi malam…” Hardin terdiam sejenak. “Aku membawa Rafa ke rumahku.” Amel menatap Hardin tanpa ekspresi. Jelas wanita itu sangat marah akibat kelancangan Hardin yang membawa Rafa seenaknya. “Pergi.” “T
Baca selengkapnya

Chapter 234

Sebuah usapan lembut membuat Amel terbangun. Ia mengerjap beberapa kali. Memastikan apakah pria yang sedang memegang tangannya ini benar-benar asli. Lalu ia masih kebingungan dengan keadaan. “Mom! Dad membelikanku mainan banyak!” seru Rafa dari tempatnya duduk. bocah itu terlihat bahagia dengan tumpukan mainan. “Mom sadarlah! Itu Dad. Mom tidak bermimpi!” Amel mengerjap lagi. “Kau sungguh di sini?” Andres mengangguk. Ia tersenyum. tangannya beralih mengusap pipi Amel pelan. “Gimana keadaanmu?” “Aku baik. Aku akan pulang secepatnya,” balas Amel. “Memangnya kau yang memutuskan sendiri kapan akan pulang?” tanya kembali Andres. “Kau harus menunggu kata dokter.” Amel berdecak pelan. “Siapa yang memberitahumu aku di sini?” Amel menyipitkan mata. kemudian matanya tertuju pada satu anak. “Seharusnya aku tidak memberinya ponsel.” “Kenapa? Aku harus tahu keadaanmu.” Andres memeluk Amel. “Aku sangat kawatir dengan keadaanmu. Aku langsung—” “Langsung apa?” tanya Amel. “Langsung ke sini da
Baca selengkapnya

Chapter 235

Duduk sembari menatap sebuah kertas yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Tulisan yang mengatakan Rafel Shalom memiliki kecocokan DNA dengan Hardin Berneth sebesar 97 %. Yang artinya Rafael memang anak kandung Hardin. “Ternyata memang benar anakku.” Hardin menyimpan kertas tersebut ke dalam laci mejanya. Diam-diam ia mengirim seseorang untuk membawa rambut Rafel ke rumah sakit agar bisa dilakukan pemeriksaan. “Aku tidak bisa melepaskan kalian.” Hardin mengepalkan tangannya. “Aku tidak akan membiarkan kalian bersama pria itu.” mengingat bagaimana Amel dan Andres dekat. Hardin tidak ingin ada orang lain yang menggantikan posisinya sebagai ayah.Tok tok “Masuk.” Sekretaris yang berpenampilan seksi itu lantas masuk ke dalam ruangan Hardin. “Hari ini jadwal anda kembali.” Hardin melonggarkan dasi yang terasa mencekik kemejanya. “Kemarilah.” Wanita yang berstatus sebagai sekretaris sekaligus penghibur dikala Hardin sedang suntuk. Wanita itu mendongak—menatap Hardin. “Anda ingin aku mengh
Baca selengkapnya

Chapter 236

Isabel menggeleng pelan. “Apa ini Andres putraku? Sejak kapan dia menjadi dewasa seperti ini?” Andres berdecak pelan. “Terus saja anggap aku anak kecil.” “Mom! Dad!” teriak bocah dari dalam. Rafa berlari dan menyusul orang tuanya. ia langsung memeluk Amel. “Mom sudah sembuh?” “Hm. Mom sudah sembuh.” “Cucu nenek pintar sekali.” Isabel mengusap puncak kepala Rafa. “Rafa ingin sesuatu?” tanyanya. “Mom—” Amel mencegah Isabel yang pasti ingin membelikan sesautu untuk Rafa. “Jangan Mom.” “Tidak usah dengarkan Mommymu.” Isabel tersenyum. “Ada yang ingin Rafa beli?” Rafa berpikir. Ia kebingungan saat ditanya ingin apa. Karena semua mainan sudah ia miliki. Berbagai jenis mainan menumpuk di kamarnya. Dari yang murah sampai yang paling mahal. Semua itu pemberian Andres dan orang tua Andres. “Rafa ingin mobil-mobilan baru?” tanya Emmanuel. Ayah Andres itu tidak tanggung-tanggung membeli mainan untuk Rafa. Pasti yang paling terbaru, tercanggih dan paling mahal. Rafa menggeleng. “Dad baru
Baca selengkapnya

Chapter 237

Amel dan Rafa berpose di depan dekorasi tersebut. “Satu dua tiga…” cekrek. “Dad ayo foto!” teriak Rafa. Begitu selesai memasang ponsel di tripod, Andres berlari. menyusul mereka berdua untuk berfoto. Di setiap jepretan, mereka mengganti pose. Saat ini, Andres sedang memeluk pinggang Amel. Menatap wanita itu sambil tersenyum. Lalu saat flash ponsel menyala—ia mengecup pipi Amel. “I love you,” ucap Andres. Amel tertawa. “Begitu tiba-tiba?” “Kau terkejut?” Amel mengangguk. “Aku memang suka kejutan. Aku juga suka membuat jantungmu berdebar. Seperti saat ini.” Andres mengatakannya dengan percaya diri. “Apakah iya?” Amel menyipitkan mata. “Mau aku periksa?” Pertanyaan Andres diiringi dengan alis yang naik turun. Entah apa maksud pria itu. Namun hal terasebut berhasil membuat Amel bergidik ngeri. “IH TAKUT BANGET!” teriaknya. Ia hendak menjauhi Andres, namun justru hampir terpeleset.Untungnya Andres menarik tangannya. Alhasil sekarang, Amel malah jatuh ke dalam pelukan Andres. “K
Baca selengkapnya

Chapter 238

Andres dan Amel saling memandang. “Buku seperti itu terlalu berat untuk kamu baca. Nanti Dad akan membelikan buku yang bisa kamu baca. Mungkin buku tentang alam dan sekitarnya. Kemudian—” Andres berhenti. Ia melihat Rafa yang tidak berkutik lagi. bocah itu sudah tidur. “Kita keluar.” Setelah memastikan Rafa aman. Mereka keluar dari ruangan. Andres menarik Amel ke dalam kamarnya. Menyergap wanita itu ke tembok. “Aku merindukanmu.” “Sedikit atau banyak?” “Banyak sekali.” Amel mengalunkan tangannya di leher Andres. “Lets me kiss you.” Memiringkan kepala kemudian mencium Andres lebih dulu. Kali ini Amel yang mengawali. Mereka berciuman cukup lama sampai akhirnya Andres yang melepaskan. “Aku harus ke kamar mandi.” Andres sudah pergi ke kamar mandi. “Ada apa dengannya.” Amel keheranan sendiri. ia mengusap bibirnya sendiri dengan senyum. Ia senang sekaligus sedikit canggung. Bagaimanapun mereka berawal dari teman yang suka sekali bertengkar. “Andres aku akan pergi ke kamarku!” “Tung
Baca selengkapnya

Chapter 239

21 ++“Aku—” Amel mendongak. Jantungnya berdegup dengan kencang. Udara di sekitar mereka semakin dingin namun entah mengapa suhu tubuhnya terasa panas. Sudah terlalu lama ia tidak melakukan kontak fisik dengan lawan jenis. Andres kembali mencium Amel. Menggiring tubuh mereka berdua ke dalam kamarnya. Hanya dengan tendangan kecil kakinya, pintu tertutup. Ia mengangkat tubuh Amel ke atas meja. Ciuman mereka semakin intens. Andres tidak memberikan jeda pada Amel untuk sekedar mengambil nafas. Sampai Amel menepuk pelan dada Andres. “Aku memang harus berhenti.” Andres melepaskan rangkulannya pada pinggang Amel. Pria itu menurunkan tubuh Amel dari meja. Ia mengusap kening Amel yang sedikit berkeringat. Juga menyelipkan helaian rambut Amel yang berantkan. Ia tersenyum. “Tidurlah. Have a nice dream.” Mengecup beberapa detik dahi Amel. Andres membalikkan badan. Ia akan ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Namun—langkahnya terhenti saat hinggap sebuah pelukan dari belakang. “Aku tidak m
Baca selengkapnya

Chapter 240

Seorang wanita yang hanya terbalut dengan selimut putih perlahan membuka mata. Ia mengernyit melihat sekitarnya. Gelap—hanya ada satu lampu tidur yang menyala. Amel menoleh ke belakang. Tidak ada siapapun di ranjang. “Ke mana dia?” Ketika menatap jam dinding, waktu menunjukkan pukul 1 malam. Tubuhnya terasa begitu remuk. Entah berapa kali Andres menjamah tubuhnya. Tenaga pria itu seperti tidak kunjung habis. Hanya terbalut dengan selimut—Amel berjalan pelan. Ia tidak mungkin keliaran dengan selimut saja. Oleh karena itu ia memungut kemeja Andres semalam kemudian menggunakannya. “Di mana dia?” Amel keluar dari kamar. Berjalan di lorong. Sampai ia melihat lampu yang masih menyala. Amel masuk. Ia menemukan pria itu sedang duduk di balkon ruang kerjanya. Entah apa yang dilakukannya. Namun Amel segera menyusul. “Kenapa di sini?” tanya Amel. Andres tidak memandangnya. Pria itu sibuk menatap lurus sambil terus merokok. “Andres kau tidak menjawabku?” Amel mendekat. Ia menunduk. menjaj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
55
DMCA.com Protection Status