Home / Romansa / Cinta Satu Malam / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cinta Satu Malam : Chapter 31 - Chapter 40

130 Chapters

Bab 31. White Lie

Sudah lima hari Valerie keluar dari rumah sakit. Sebenarnya Dokter masih belum mengizinkan, tapi Valerie memaksa untuk tetap segera pulang. Dan tentu saja, alasannya karena dia ingin selalu berada di dekat Athes.Namun meski Valerie sudah pulang ke rumah, Athes masih meminta Dokter memeriksakan keadaan Valerie. Beruntung luka di pergelangan tangan Valerie, tidak sampai mengenai urat nadinya. Jadi tidak ada masalah yang berat dengan kesehatan wanita itu. Hanya saja, dia membutuhan perawatan untuk memulihkan kesehatannya.Selama Valerie sudah pulang ke rumah, dia selalu bersikap manja meminta Athes berada di sisinya. Awalnya Athes memarahi Valerie dengan sikap manja wanita itu, tapi karena kedua orang tua Athes memaksa Athes selalu menemani Valerie, tidak ada pilihan lain, terpaksa Athes menuruti selama Valerie sedang sakit.Seperti saat ini, Valerie tengah terbaring di ranjang dan Athes duduk di tepi ranjang.“Athes, kau harus tidur bersama denganku. Aku tidak mau kalau aku tidur sendi
Read more

Bab 32. Kecurigaan Valerie

“Miranda, kau sudah pulang?” Helen bertanya kala melihat Miranda masuk ke dalam kamar. Sesaat, dia mengerutkan keningnya menatap Miranda yang sejak tadi terus tersenyum. “Wajahmu menunjukkan kebahagiaan. Apa kau habis bertemu dengan Athes Russel?” tebaknya dengan yakin.Miranda menghela napas dalam mendengar perkataan Helen. Kini dia mendekat dan menjatuhkan tubuhnya di samping Helen seraya meletakkan tasnya ke atas meja. “Jangan membahas Athes ketika di rumah.”“Come on, Miranda. Ini di kamarmu. Tidak mungkin ada CCTV di kamarmu sendiri, bukan?” Helen mendengkus tak suka. Tatapannya menatap kesal Miranda. Bagaimana tidak? Sejak kemarin jika dirinya bertanya tentang hubungan sahabatnya itu dengan Athes. Miranda hanya mengatakan semuanya baik, dan tidak mau menceritakan lebih dalam lagi. Padahal Helen ingin mengetahui bagaimana kisah cinta sahabatnya itu dengan Athes hingga akhirnya mereka menjalin sebuah hubungan.Miranda berdecak pelan. “Kenapa kau selalu membahas tentang Athes?” tan
Read more

Bab 33. Tidak Mau Berpisah

“Apa yang kau lakukan di sini, Valerie?”Suara Athes menegur Valerie terdengar begitu tajam dan menusuk. Sesaat, tatapan Athes teralih pada Valerie yang memegang ponselnya. Raut wajah kemarahan begitu terlihat di iris mata cokelat gelapnya. Athes langsung mendekat, dia menyambar ponsel miliknya yang ada di genggaman tangan Valerie.“Athes?” Valerie yang terkejut kala Athes mengambil ponsel yang ada di tangannya.“Sejak kapan kau berani membuka ponselku, Valerie!” seru Athes dengan tatapan yang kian menajam, menatap Valerie yang berdiri di hadapannya.“Aku memiliki hak di hidupmu, Athes! Jangan melarangku. Sudah cukup selama ini aku bersabar menghadapimu yang selalu bermain dengan jalang rendah! Kita akan menikah, Athes! Hentikan kegilaanmu yang berselingkuh dariku. Jika dulu aku hanya diam, karena aku pikir aku ingin kau puas menghabiskan hidupmu untuk bersenang-senang sebelum kita menikah nanti! Tapi sekarang tidak lagi! Aku tidak mau hanya diam ketika melihatmu berselingkuh di belak
Read more

Bab 34. Hurt

Athes melangkah keluar dari ruang meeting dan melirik arlojinya—waktu menunjukkan pukul lima sore. Dia mengembuskan napas kasar. Dia begitu malas jika hari sudah sore. Itu artinya dia harus segera pulang dan bertemu dengan Valerie. Sedangkan dia sudah lelah dengan Valerie yang selalu ada di sekitarnya. Bisa saja Athes tinggal di apartemen pribadinya, tapi jika Valerie masih berada di Roma pasti akan sulit. Dia tidak ingin Valerie mendatangi perusahaan, hingga membuat masalah.“Tuan Athes.” Henrik menyapa seraya menghampiri Athes yang hendak menuju ruang kerja tuannya itu.“Ada apa?” tanya Athes dingin.“Tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan.”“Ada apa, Henrik? Cepat katakan jangan berputar-putar.”“Tuan, di dalam ruang kerja Anda ada Tuan Besar Aaron yang sejak tadi menunggu Anda.”Raut wajah Athes berubah kala mendengar apa yang dikatakan oleh Henrik. Dia berdecak seraya mengumpat dalam hati. Jika ayahnya datang pasti mencari masalah. Apa lagi yang dikatakan ayahnya jika bukan memb
Read more

Bab 35. Hurt II

“Tuan Russel.” Almero berseru menyambut kedatangan Athes Russel bersama dengan wanita yang dibawa olehnya.Jantung Miranda nyaris berhenti. Tatapannya menatap terkejut Athes melangkah mamasuki ballroom bersama dengan seorang wanita. Mereka bagaikan pasangan yang sangat serasi. Semua mata kini hanya tertuju pada mereka.“A-Athes.” Miranda bergumam lirih. Matanya memanas. Namun, dia masih mampu menahan dirinya.“Miranda.” Helen yang melihat kedatangan Athes bersama dengan wanita lain, dia pun tampak begitu terkejut. Helen ingin bertanya, namun dia mengurungkan niatnya karena di sini ada Almero King dengan istrinya.Miranda melangkah mundur ketika Almero dan Aira berjalan mendekat ke arah Athes dan wanita yang berdiri di samping Athes. Tubuh Miranda nyaris ambruk. Hatinya begitu perih dan terluka melihat ini. Tapi, Miranda berusaha untuk menguatkan diri.“Akhirnya kau datang, Tuan Athes?” Almero mendekat ke arah Athes. Dia mengulurkan tangannya, menjabat Athes. Athes pun menyambut jabata
Read more

Bab 36. Broken Heart

Helen membawa Miranda duduk di sofa kamar apartemen Miranda. Malam ini Helen sengaja tidak mengajak Miranda untuk pulang ke mansion. Keadaan Miranda tampak kacau. Makeup yang berantakan, mata yang sembab. Rambut yang sudah tidak lagi tertata.Sepanjang perjalanan Miranda tidak henti menangis. Bahkan Helen tidak tega melihat keadaan Miranda seperti ini. Untuk pertama kalinya, Helen melihat Miranda menangis keras hanya karena seorang pria.Sebelumnya Miranda tidak pernah jatuh cinta. Kini Helen tahu, alasan kenapa Miranda tidak ingin jatuh cinta karena sahabatnya itu hanya menghindari luka yang membuatnya seakan tidak sanggup menjalani kehidupan.“Miranda, minumlah. Tadi aku meminta pelayan membuatkan teh hangat untukmu.” Helen memberikan cangkir yang berisikan teh hangat pada Miranda.Miranda hanya mengambil cangkir teh itu dan meminumnya perlahan. Raut wajahnya begitu muram. Pandangannya lurus ke depan dengan pikiran yang menerawang. Miranda berharap ini adalah mimpi. Tapi sayangnya i
Read more

Bab 37. Mengatur Pertemuan

Miranda memijat pelan pelipisnya kala merasakan pusing yang luar biasa. Perutnya merasa mual. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, hingga membuat dirinya seperti ini. Mungkin karena tidak makan sejak tadi malam, membuat asam lambungnya naik.Kepala yang begitu memberat, membuat Miranda memilih untuk berdiam diri di kamar dan tidak pergi ke mana pun. Sebelumnya, dia telah meminta Bella untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dia memilih untuk tidak bekerja beberapa hari ini, memulihkan keadaannya.Suara ketukan pintu, membuat Miranda mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan langsung menginstruksi untuk masuk.“Selamat pagi, Nona Miranda.” Seorang pelayan mengantarkan teh hangat dan tiramisu cake yang tadi Miranda pesan. Sebenarnya, Miranda tidak ingin sarapan apa pun. Perutnya yang mual, membuatnya tidak ingin makan. Hanya saja jika dia tidak makan, itu sama saja membuat sakitnya semakin parah. Paling tidak, dia memakan meski hanya sedikit.“Pagi, kau letakkan saja sarapanku di at
Read more

Bab 38. Pembatalan Pernikahan

“Apa gaun ini cantik untukku?” tanya Valerie pada Aria, sang designer khusus yang merancang gaun yang Valerie pakai untuk pertemuan keluarganya dan keluarga Athes. Ya, demi tampil sempurna, Valerie meminta designer ternama merancangkan khusus gaun untuknya. Dia pun ingin membuat Athes mengagumi kecantikannya.“Nona Valerie, Anda memang sangat cantik. Gaun ini sangat cocok dipakai oleh Anda.” Aria berujar memuji penampilan Valerie. “Saya yakin, Tuan Athes pasti akan menyukai penampilan Anda, Nona,” lanjutnya dengan yakin.“Ah, kau benar. Athes pasti akan menyukaiku.” Valerie mematut diri di cermin. Tubuhnya terbalut oleh gaun berwarna gold tali spaghetti. Gaun ini memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Dengan polesan makeup bold di wajahnya membuat Valerie semakin percaya diri. Dia memang pantas menjadi pasangan Athes. Itu yang sejak dulu dia tanamkan di pikirannya.“Nona Valerie, mari saya antarkan ke depan. Pasti Tuan Athes sudah menunggu Anda,” ujar Aria seraya mengulurkan tangan
Read more

Bab 39. Mencoba Menjelaskan

“Huekkk!”Miranda memuntahkan semua makanan yang baru saja dia makan. Kepalanya memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Bahkan, saat dia merasakan tubuhnya hampir ambruk, dia langsung memegang kuat wastafel. Entah kenapa beberapa hari ini mualnya tak kunjung menghilang. Kini Miranda memutar keran wastafel, membasuh mulutnya dengan air bersih.“Kenapa tidak sembuh juga? Padahal aku sudah menjaga pola makanku,” gumam Miranda seraya menghela napas panjang. Sungguh, dia tidak menyukai keadaan kesehatannya menurun seperti ini.Miranda melangkahkan kakinya keluar dari toilet, menuju ruang makan. Jika dia mual, hanya ada satu yang membuatnya jauh lebih baik yaitu memakan makanan manis.“Nona Miranda.” Sang pelayan menyapa dengan sopan kala Miranda memasuki rang makan.“Tolong siapkan apple juice dan chocolate cake untukku.” Miranda menarik kursi, lalu duduk.Sang pelayan menggangguk. Kemudian dia menyajikan apple juice dan chocolate cake yang dipesan oleh Miranda ke atas meja. Tepat di saat
Read more

Bab 40. Apa Kau Sakit?

“Miranda, meski kau mengusirku sekalipun. Aku akan tetap mengganggumu. Kau milikku, Miranda. Hanya milikku!” Athes berucap dengan tegas dan penuh penekanan.“Aku bukan milikmu lagi! Sejak di mana kau membohongiku, aku bukan lagi milikmu!” bentak Miranda keras. Derai air matanya semakin berlinang. Dia kembali memukul dada Athes dengan sisa tenaga yang dia miliki. Jika saja dia bisa, maka dia akan memilih membunuh pria yang ada di hadapannya itu. Miranda telah meneguhkan hatinya. Dia tidak akan pernah mau memaafkan Athes. Bagi Miranda, seseorang yang telah membohonginya akan tetap menjadi seorang pembohong.Sejak di mana dia tahu Athes telah memiliki tunangan, Miranda tidak ingin lagi mengenal Athes. Cinta yang dia rasakan pria itu telah tercampur dengan kebencian yang mendalam. Bahkan rasanya Miranda tidak lagi bisa membedakan perasaan cinta dan bencinya. Semua telah melebur menjadi satu. Tidak ada lagi yang tersisa. Karena luka itu begitu mendalam.Athes menggeram kala mendengar apa
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status