Home / Pernikahan / Jodoh Dari Anakku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jodoh Dari Anakku: Chapter 41 - Chapter 50

94 Chapters

Bab 41 Makan Malam

Selama hidup, inilah hal besar yang bisa Maryam lakukan untuk orang lain dan dirinya sendiri. Maryam bisa membuktikan bahwa dirinya bisa dan mampu.Hanya dalam waktu beberapa hari, Maryam berhasil meyakinkan buyer soal ketersediaan produk FSC-nya. Buyer itu menyambut antusias dan mau menunggu proses sertifikasi yang sedang diupayakan.Pak Indra yang ia hubungi beberapa waktu lalu pun sedang duduk di hadapannya saat ini bersama rekannya, sementara Maryam ditemani Agna yang duduk di sampingnya.Beberapa hari yang lalu setelah menghubungi Pak Indra dan mengatur janji temu, Maryam membukatkan tekad menghadap Pak Ali yang setahunya adakah direktur disana."Saya melihat potensi besar dari permintaan buyer yang selama dua tahun terakhir terabaikan, Pak. Tapi saya juga tahu dibalik itu pasti ada resikonya. Saya ingin mencoba. Saya ingin ikut serta memajukan perusahaan ini dan perusahaan ini menjadi rekomendasi bagi para buyer di luar negeri." Kata Maryam bertekad."Apa kamu tahu kenapa saya t
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

Bab 42 Sudah Kenal

Apa begini rasanya dicintai? Dadanya penuh sesak karena kebahagiaan. Namun, di sisi lain, Maryam takut kalau kebahagiaan itu hanya berpihak padanya dalam waktu singkat. Maryam tak meragukan cintanya Rama, ia hanya ragu dengan waktu yang terus berputar. Bahwa bahagia tak selamanya bahagia, pun dengan derita. Maryam bukan tak percaya pada Rama, ia hanya meragukan dirinya sendiri akan bisa mengimbangi Rama dan memberi kebahagiaan pada laki-laki itu sebab masa lalunya yang masih terus membayang. Ungkapan cinta dari Rama sungguh membuat jantungnya kehilangan irama. Ia belum pernah merasa sebahagia ini. Perhatian Rama yang tercurah pada kedua anaknya pun selalu membuat Maryam lemah. Bahasa kasarnya, Maryam memang haus perhatian dari lelaki. Masa kecil sampai remaja, ia hampir tak pernah bisa bermanja dengan mendiang ayahnya karena beliau terlalu sibuk bekerja. Perhatian beliau habis memikirkan ulah kakak keduanya, Ridwan. Menikah pun, kebetulan sekali Maryam mendapat suami yang... begit
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Bab 43 Berpikir Ulang

Entah keberanian dari mana yang membuat Rama sebegitu mudahnya menggoda Maryam. Sepertinya ia sudah tak tahan untuk segera menikahi perempuan itu. Maryam cantik. Tubuhnya pas untuk Rama sewaktu mereka berpelukan tadi sore. Bibirnya kenyal dan Rama suka. Kulitnya sawo matang dengan bola mata cokelat yang memikat. Sosok keibuannya, mandiri, kuatnya. Kalau dijabarkan, sepertinya akan malah terdengar Rama tengah mencari-cari alasan. Padahal sebenarnya ia juga tidak tahu apa yang membuatnya tertarik pada Maryam. Semuanya yang disebutkan tadi tak pernah terlintas di benaknya ketika ia mulai menyukai wanita itu. Hujan tersisa rintik-rintik, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Maryam tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ines dan Icha sudah lebih dulu pulang pukul 21.00. Nekad menerobos derasnya hujan malam itu karena tak tahan berlama-lama di rumah orang tuanya menyaksikan Rama yang terus berusaha menempel pada Maryam. Kenapa ia benci? Ines bahkan sulit menjelaskan alasannya.
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

Bab 44 Berdebat

"Kamu ini kenapa uring-uringan terus tiap dateng kesini? Ada masalah?" Tanya Mami Ines.Ines datang dengan wajahnya yang lagi-lagi ditekuk. Kalau tidak, raut bersungut-sungut lalu memerintah asisten rumah tangga maminya meminta ini itu seenaknya sendiri.Uring-uringan tak jelas juntrungannya. Setiap kalo ditanya jawabnya 'nggak apa-apa'. Tapi selalu nanyain keberadaan Rama. Padahal kalau Ines mau dan memang ingin sekali bertemu Rama, tinggal temui di kantornya atau di apartemennya."Rama nggak ada kalau kamu cari adikmu. Sebenarnya kamu juga tau kemana harus mencari Rama, kan, Nes. Mama nggak ngerti apa masalahmu sama adikmu sampai kalian begini. Kalau memang perlu ada yang diomongin ya diomongin. Jangan malah lampiasin ke orang lain begini. Mbak Sri nggak salah apa-apa ikutan kena. Mami nggak terima." Omel Bu Andini. Kepala beliau langsung berkedut ketika Ines mulai mengomeli pembantu di rumahnya."Apa, sih, Ma. Ines nggak apa-apa, kok." Sungut Ines."Coba ngaca. Cermin besar di kama
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

Bab 45 Mulai Menjauh

Bu Andini terdiam dengan kepergian Ines. Beliau menatap sayu pada anak bungsunya yang selalu membuatnya cemas itu. Umur Rama tak bisa dikatakan tua, tapi tentu tak lagi muda, yang kebanyakan orang tua berharap Rama sudah memiliki sikap bijaksana dan menekan egonya yang selalu menggebu-gebu itu.Atau salahkah pemikiran beliau? Mungkin beliau saja yang ketinggalan banyak perkembangan sosial Rama.Rama terlalu impulsif dan tak berpikir jernih kalau sudah menghadapi perempuan. Termasuk pada dirinya dan Ines. Masih sama seperti yang duluSementara Rama termenung setelah hentakan flatshoes Ines tak terdengar lagi. Memangnya seberapa buruk sifatnya selama ini? Rama masih tak menyadarinya meski ratusan kali kena omel oleh Ines dan maminya.Ia hanya mengikuti naluri dan nuraninya saja. Apa itu juga salah? Ia tak punya kendali akan siapa yang akan dia sukai, sayangi bahkan cintai. Ia tak punya kendali mengatur hatinya jatuh pada siapa. Ines berlebihan."Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Seka
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Bab 46 Meluap

Hampir tengah malam ketika bus yang membawa Maryam dan anak-anaknya tiba di terminal kota itu.Hampir semua penumpang telah turun, tinggal Maryam bersama dua anaknya yang kebetulan duduk di barisan belakang supir. Maryam berusaha membangunkan Salma yang meringkuk nyenyak nan kelelahan. "Kakak... bangun, Sayang.. Kita sudah sampai. Bangun sebentar, yuk." Maryam terus mengguncangkan tubuh Salma yang hanya menggeliat-menggeliat tapi enggan membuka matanya. "Salma, ayo bangun. Sebentar aja nanti tidur lagi." Maryam sudah semakin gelisah. Di dalam bus itu sudah benar-benar kosong sekarang. Supir dan kondektur bahkan sudah ikut keluar. Entah kenapa Maryam merasakan suasana mencekam tak biasa. Apa itu cuma perasaannya saja? "Salma... Bangun, Nak. Ayolah.." Ketakutan, sungkan, gelisah dan kelelahan membuat kesabarannya yang tipis itu semakin terkikis habis. Maryam mencengkeram lengan Salma sedikit kasar sampai anak gadis itu mengerang tapi tak juga membuka mata. "Biar saya bantu gendong,
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 47 Bala Bantuan

Keputusan Maryam mengundurkan diri sebenarnya hanya karena egonya saja. Semalam setelah ia sampai di rumah dari perjalanan panjangnya, setelah dirinya tau bahwa Rama-lah yang menyewa taksi untuknya pulang. Juga ia menebak bahwa selimut tebal yang dikatakan oleh Salma pasti milik Rama. Semalaman di dalam kepalanya terjadi perdebatan antara logika dan perasaannya. Perasaannya terluka, karena Rama masih diam-diam mengawasi dan mengikutinya. Perasaannya terluka bahwa Rama semakin banyak tau cela kehidupannya. Egonya tergores sekali lagi bahwa ia ingin terlihat baik-baik saja di mata Rama. Perasaannya yang terluka membawa satu kesimpulan bahwa ia tak mungkin meneruskan pekerjaannya di kantor milik Rama. Egonya mendesak hal itu. Tapi logikanya memaksa bertahan. Logikanya memaksa untuk tak munafik bahwa pekerjaan dan kesempatan sebaik itu akan sulit datang kembali. Semalaman Maryam tak bisa tidur, meski membenarkan dan logikanya menang, namun Maryam memaksakan diri menuruti perasaanny
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Bab 48 Belanja Menyenangkan

Lagi-lagi sore yang indah, batin Rama.Ia lega sudah mengutarakan niat tulus nan lurusnya. Untuk kesekian kalinya. Meski harus membuat Maryam lagi-lagi terisak.Maryam belum memberi jawaban. Perempuan itu masih harus banyak diyakinkan karena trauma masa lalunya yang sangat menyakitkan. Tak apa, pikir Rama. Karena ia sudah memiliki bala bantuan yang dijamin bisa meluluhlantakkan pertahanan itu seutuhnya. "Mau sekalian mampir makan?" Tanya Rama, sebenarnya ditujukan pada anak-anak. Namun dengan cepat Maryam menyambarnya. "Nggak usah, Mas. Saya masak aja. Nggak mau ngebiasain anak-anak makan di luar." Rama mencebik. "Padahal nggak pernah aku ajak makan di luar. Bilangnya udah kebiasaan." Gerutu Rama yang didengar jelas oleh semuanya. "Om Rama ngambek, Ma..." Sela Fatih dari belakang. "Iya, nggak apa-apa." Sahut Maryam tak acuh. Hening kemudian. Rama seperti memikirkan sesuatu dan Maryam tenang duduk di sampingnya. Lalu... "Udah ada bahan masakannya?" Tanya Rama tiba-tiba. Maryam
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

Bab 49 Piknik

Maryam berdiri bersedekap melihat tumpukan belanjaan itu. Banyak sekali. Rama memanjakan anaknya dengan membeli banyak cemilan sehat untuk stok. Tiba-tiba air matanya kembali mengalir. Jangankan jajanan seperti itu, untuk membeli minyak goreng satu liter saja, Maryam harus berpikir seribu kali. Sejak dulu, ia memaksakan dirinya untuk berhemat. Rasa khawatirnya akan masa depan ternyata membuatnya tersiksa. Hal sesepele jajanan saja ia harus berpikir ribuan kali. Padahal ada hak anaknya di sana. Maryam terlalu takut bahwa esok ia tak bisa memberi makan anak-anaknya. Maryam lupa bahwa Tuhan menjamin setiap makhluk yang berjalan di bumi ini. Tak terkecuali. "Mama nangis lagi?" Tanya Salma dengan suara serak. Ia baru saja terbangun karena haus dan melihat mamanya masih berdiri di depan belanjaan sambil menangis. Maryam menghapus air matanya dengan kibasan tangan. "Kakak bangun? Mau pipis?" "Mau minum." Jawab Salma. Maryam bergerak mengambilkan air minum di dalam gelas. Lalu menuangka
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 50 Piknik (2)

"Om.. Kita mau piknik kemana?" Salma duduk di tepi jendela, menatap jalanan tol antusias."Ke taman safari. Ada banyak binatang-binatang besar di sana. Fatih, Salma suka binatang?" Seperti yang ia rencanakan kemarin. Taman Safari akan menjadi tujuan utama piknik hari ini. Pengalaman melihat binatang-binatang besar pasti menyenangkan, pikir Rama."Nginep nggak?"Rama tercengang. Ada nada sendu dalam pertanyaan Salma. Rama menoleh Salma melalui kaca spion tengah kemudian memandang Maryam di sebelahnya, meminta penjelasan."Dari semalem cemberut karena bawa baju sedikit. Dia kira bakal menginap. Aku bilang nggak karena masih sekolah besokannya." Terang Maryam berbisik yang hanya bisa didengar Rama."Salma mau nginep? Di hotel gitu maksudnya?" Tanya Rama. Takut-takut dengan penafsirannya. Apa iya Maryam bakal mengijinkan."Tapi kata Mama, ikut Om Rama aja. Salma cuma tanya. Kita di mana, sih, Ma? Kok nggak ada motor? Kenapa mobilnya pada ngebut semua?" Pertanyaan Salma melompat-lompat. R
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status