Home / Pernikahan / Jodoh Dari Anakku / Bab 44 Berdebat

Share

Bab 44 Berdebat

Author: HIZA MJ
last update Last Updated: 2023-11-08 18:58:44

"Kamu ini kenapa uring-uringan terus tiap dateng kesini? Ada masalah?" Tanya Mami Ines.

Ines datang dengan wajahnya yang lagi-lagi ditekuk. Kalau tidak, raut bersungut-sungut lalu memerintah asisten rumah tangga maminya meminta ini itu seenaknya sendiri.

Uring-uringan tak jelas juntrungannya. Setiap kalo ditanya jawabnya 'nggak apa-apa'. Tapi selalu nanyain keberadaan Rama. Padahal kalau Ines mau dan memang ingin sekali bertemu Rama, tinggal temui di kantornya atau di apartemennya.

"Rama nggak ada kalau kamu cari adikmu. Sebenarnya kamu juga tau kemana harus mencari Rama, kan, Nes. Mama nggak ngerti apa masalahmu sama adikmu sampai kalian begini. Kalau memang perlu ada yang diomongin ya diomongin. Jangan malah lampiasin ke orang lain begini. Mbak Sri nggak salah apa-apa ikutan kena. Mami nggak terima." Omel Bu Andini. Kepala beliau langsung berkedut ketika Ines mulai mengomeli pembantu di rumahnya.

"Apa, sih, Ma. Ines nggak apa-apa, kok." Sungut Ines.

"Coba ngaca. Cermin besar di kama
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 45 Mulai Menjauh

    Bu Andini terdiam dengan kepergian Ines. Beliau menatap sayu pada anak bungsunya yang selalu membuatnya cemas itu. Umur Rama tak bisa dikatakan tua, tapi tentu tak lagi muda, yang kebanyakan orang tua berharap Rama sudah memiliki sikap bijaksana dan menekan egonya yang selalu menggebu-gebu itu.Atau salahkah pemikiran beliau? Mungkin beliau saja yang ketinggalan banyak perkembangan sosial Rama.Rama terlalu impulsif dan tak berpikir jernih kalau sudah menghadapi perempuan. Termasuk pada dirinya dan Ines. Masih sama seperti yang duluSementara Rama termenung setelah hentakan flatshoes Ines tak terdengar lagi. Memangnya seberapa buruk sifatnya selama ini? Rama masih tak menyadarinya meski ratusan kali kena omel oleh Ines dan maminya.Ia hanya mengikuti naluri dan nuraninya saja. Apa itu juga salah? Ia tak punya kendali akan siapa yang akan dia sukai, sayangi bahkan cintai. Ia tak punya kendali mengatur hatinya jatuh pada siapa. Ines berlebihan."Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Seka

    Last Updated : 2023-11-13
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 46 Meluap

    Hampir tengah malam ketika bus yang membawa Maryam dan anak-anaknya tiba di terminal kota itu.Hampir semua penumpang telah turun, tinggal Maryam bersama dua anaknya yang kebetulan duduk di barisan belakang supir. Maryam berusaha membangunkan Salma yang meringkuk nyenyak nan kelelahan. "Kakak... bangun, Sayang.. Kita sudah sampai. Bangun sebentar, yuk." Maryam terus mengguncangkan tubuh Salma yang hanya menggeliat-menggeliat tapi enggan membuka matanya. "Salma, ayo bangun. Sebentar aja nanti tidur lagi." Maryam sudah semakin gelisah. Di dalam bus itu sudah benar-benar kosong sekarang. Supir dan kondektur bahkan sudah ikut keluar. Entah kenapa Maryam merasakan suasana mencekam tak biasa. Apa itu cuma perasaannya saja? "Salma... Bangun, Nak. Ayolah.." Ketakutan, sungkan, gelisah dan kelelahan membuat kesabarannya yang tipis itu semakin terkikis habis. Maryam mencengkeram lengan Salma sedikit kasar sampai anak gadis itu mengerang tapi tak juga membuka mata. "Biar saya bantu gendong,

    Last Updated : 2023-11-14
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 47 Bala Bantuan

    Keputusan Maryam mengundurkan diri sebenarnya hanya karena egonya saja. Semalam setelah ia sampai di rumah dari perjalanan panjangnya, setelah dirinya tau bahwa Rama-lah yang menyewa taksi untuknya pulang. Juga ia menebak bahwa selimut tebal yang dikatakan oleh Salma pasti milik Rama. Semalaman di dalam kepalanya terjadi perdebatan antara logika dan perasaannya. Perasaannya terluka, karena Rama masih diam-diam mengawasi dan mengikutinya. Perasaannya terluka bahwa Rama semakin banyak tau cela kehidupannya. Egonya tergores sekali lagi bahwa ia ingin terlihat baik-baik saja di mata Rama. Perasaannya yang terluka membawa satu kesimpulan bahwa ia tak mungkin meneruskan pekerjaannya di kantor milik Rama. Egonya mendesak hal itu. Tapi logikanya memaksa bertahan. Logikanya memaksa untuk tak munafik bahwa pekerjaan dan kesempatan sebaik itu akan sulit datang kembali. Semalaman Maryam tak bisa tidur, meski membenarkan dan logikanya menang, namun Maryam memaksakan diri menuruti perasaanny

    Last Updated : 2023-11-15
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 48 Belanja Menyenangkan

    Lagi-lagi sore yang indah, batin Rama.Ia lega sudah mengutarakan niat tulus nan lurusnya. Untuk kesekian kalinya. Meski harus membuat Maryam lagi-lagi terisak.Maryam belum memberi jawaban. Perempuan itu masih harus banyak diyakinkan karena trauma masa lalunya yang sangat menyakitkan. Tak apa, pikir Rama. Karena ia sudah memiliki bala bantuan yang dijamin bisa meluluhlantakkan pertahanan itu seutuhnya. "Mau sekalian mampir makan?" Tanya Rama, sebenarnya ditujukan pada anak-anak. Namun dengan cepat Maryam menyambarnya. "Nggak usah, Mas. Saya masak aja. Nggak mau ngebiasain anak-anak makan di luar." Rama mencebik. "Padahal nggak pernah aku ajak makan di luar. Bilangnya udah kebiasaan." Gerutu Rama yang didengar jelas oleh semuanya. "Om Rama ngambek, Ma..." Sela Fatih dari belakang. "Iya, nggak apa-apa." Sahut Maryam tak acuh. Hening kemudian. Rama seperti memikirkan sesuatu dan Maryam tenang duduk di sampingnya. Lalu... "Udah ada bahan masakannya?" Tanya Rama tiba-tiba. Maryam

    Last Updated : 2023-11-16
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 49 Piknik

    Maryam berdiri bersedekap melihat tumpukan belanjaan itu. Banyak sekali. Rama memanjakan anaknya dengan membeli banyak cemilan sehat untuk stok. Tiba-tiba air matanya kembali mengalir. Jangankan jajanan seperti itu, untuk membeli minyak goreng satu liter saja, Maryam harus berpikir seribu kali. Sejak dulu, ia memaksakan dirinya untuk berhemat. Rasa khawatirnya akan masa depan ternyata membuatnya tersiksa. Hal sesepele jajanan saja ia harus berpikir ribuan kali. Padahal ada hak anaknya di sana. Maryam terlalu takut bahwa esok ia tak bisa memberi makan anak-anaknya. Maryam lupa bahwa Tuhan menjamin setiap makhluk yang berjalan di bumi ini. Tak terkecuali. "Mama nangis lagi?" Tanya Salma dengan suara serak. Ia baru saja terbangun karena haus dan melihat mamanya masih berdiri di depan belanjaan sambil menangis. Maryam menghapus air matanya dengan kibasan tangan. "Kakak bangun? Mau pipis?" "Mau minum." Jawab Salma. Maryam bergerak mengambilkan air minum di dalam gelas. Lalu menuangka

    Last Updated : 2023-11-18
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 50 Piknik (2)

    "Om.. Kita mau piknik kemana?" Salma duduk di tepi jendela, menatap jalanan tol antusias."Ke taman safari. Ada banyak binatang-binatang besar di sana. Fatih, Salma suka binatang?" Seperti yang ia rencanakan kemarin. Taman Safari akan menjadi tujuan utama piknik hari ini. Pengalaman melihat binatang-binatang besar pasti menyenangkan, pikir Rama."Nginep nggak?"Rama tercengang. Ada nada sendu dalam pertanyaan Salma. Rama menoleh Salma melalui kaca spion tengah kemudian memandang Maryam di sebelahnya, meminta penjelasan."Dari semalem cemberut karena bawa baju sedikit. Dia kira bakal menginap. Aku bilang nggak karena masih sekolah besokannya." Terang Maryam berbisik yang hanya bisa didengar Rama."Salma mau nginep? Di hotel gitu maksudnya?" Tanya Rama. Takut-takut dengan penafsirannya. Apa iya Maryam bakal mengijinkan."Tapi kata Mama, ikut Om Rama aja. Salma cuma tanya. Kita di mana, sih, Ma? Kok nggak ada motor? Kenapa mobilnya pada ngebut semua?" Pertanyaan Salma melompat-lompat. R

    Last Updated : 2023-11-19
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 51 Senja Bahagia

    "Ini hotelnya terlalu besar, Mas.. Pindah aja." Pinta Maryam halus. Baru sampai gerbang masuknya saja ia sudah berdebar. Rama memilih hotel berbintang banyak yang pasti mahal harga per malamnya. "Mas cuma sewa dua kamarnya aja, Maryam. Nggak sewa sehotel ini."Sahut Rama asal-asalan. "Aku serius! Ini pasti mahal, kan? Kenapa nggak yang lebih kecil aja. Cuma semalam. Sayang uangnya.." Maryam tak nyaman dengan kemegahan hotel itu. Semakin mendekati lobi hotel, degup Maryam semakin tak beraturan. "Nggak mahal. Nggak ada yang mahal kalau buat kamu dan anak-anak." Sahut Rama sungguh-sungguh. Tapi di telinga Maryam hal itu masih seperti candaan baginya. "Mas pilih hotel karena lengkap fasilitas untuk anak-anaknya. Ada playground mininya juga. Salma dan Fatih pasti senang. Lagipula, sesekali saja begini. Belum tentu sebulan sekali, kan. Kecuali kalau kita udah nikah nanti." Kalimat terakhir Rama diucapkan sangat lirih. Lirih sekali sampai tak terdengar oleh Maryam. Mereka di depan lobi

    Last Updated : 2023-11-20
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 52 Wanita Hebat

    Bahwa bumi itu bulat dan berotasi. Bahwa bumi berjalan beriringan dengan planet lain mengelilingi matahari. Bahwa waktu terus berjalan tanpa tahu bagaimana gambaran masa depan. Maryam percayai semua itu. Maryam menjadikannya sebagai semangat hidupnya. Langit tak selamanya gelap. Tetapi, pasti akan membutuhkan gelap sebelum mentari bersinar menerangi langit. Di depan jendela besar yang dihadapkan pada senja itu, Maryam menyadari satu hal. Bahwa hidupnya dan anak-anak mungkin sedang mengalami transisi saat ini. Entah transisi dari gelap menuju terang atau terang menuju gelap. Atau ia masih berada di tengah-tengah senja seperti saat ini. Satu hal itu yang belum bisa ia pastikan. Ia percaya pada Rama, tapi ia belum bisa sepenuhnya menaruh harapan lebih pada laki-laki itu. Rama akan mendapat banyak rintangan jika bersamanya. Dan janda seperti Maryam tentu yang dianggap paling bersalah atas kerumitan hidup Rama. Maryam belum berani melangkah jauh, lagi-lagi ia masih meragukan dirinya s

    Last Updated : 2023-11-23

Latest chapter

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 94

    Malam itu, semua orang kembali ke kamar dengan dada mengembang bahagia. Setelah Khalid memutuskan undur diri. Termasuk Khalid yang juga memasang senyum sepanjang perjalanan pulangnya.Tak apa menunggu dua sampai empat minggu lagi. Ia yakin jawaban Ines adalah 'iya' untuknya.Tetapi, masih ada satu hal lagi yang mengganjal bagi keduanya. Icha.Seharusnya, Icha ikut dilibatkan tadi. Seharusnya ia mengajak Icha diskusi terlebih dulu sebelum memutuskan pulang.Khalid sedikit menyesal. Sebab entah kapan lagi memiliki kesempatan seperti tadi, saat Icha dengan gamblang bertanya soal niatannya.Senyum Khalid semakin mengembang memingat hal itu.Ines mengetuk pelan kamar anaknya yang berada di rumah Pak Ali itu. Ines sempat melirik jam tangannya, masih jam 20.20. Biasanya Icha masih memainkan gawai untuk sekedar nonton youcup atau game online.Ines mengetuk lama. Lama tidak ada sahutan lalu Ines sedikit berseru."Icha.. Buka pintunya, Dek. Udah tidur, ya"Panggilan Adek yang selalu Ines sematka

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 93

    "Gimana, Pi, Mi? Mbak Ines mana?" Tanya Rama tak sabar.Mahesa sudah lelap setelah ditimang gendong oleh papanya. Salma dan Fatih juga susah berhasil terlelap setelah sedikit drama pencarian sang mama yang sedang menggali informasi dari Icha.Maryam berjalan dari arah kamar Icha, menuju ruang tamu bergabung dengan suami dan mertuanya.Belum juga Pak Ali maupun Bu Andini menjawab, Rama kembali berkata,"Itu ketawa-ketawa kenapa? Padahal tadi kayaknya sengit banget kaya mau nerkam mangsa. Kok bisa?""Kamu cerewet banget kaya perempuan!" Sergah Bu Andini. "Tunggu aja di sini. Biarin mereka ngomong. Semoga itu pertanda baik. Kita berhutang banyak pada Nak Khalid.""Ha? Hutang apa? Perusahaan? Emang iya, Sayang?" Rama mencecar lagi, memvalidasi pada MaryammTadi sewaktu ada tamu gayanya berwibawa sekali, tak mau banyak omong tak mau ikut campur. Begitu tidak ada orang sifat aslinya langsung keluar. Jiwa kepo dan cerewetnya seringkali bikin Bu Andini pusing tujuh keliling.Maryam mendelik k

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 92

    Hujan malam itu tak lagi deras. Menyisakan rintik lembut terbawa angin sepoi menimpa punggung Ines yang kini sempurna menghadap Khalid.Matanya memicing, mengkerut lalu membeliak karena sebuah hantaman memori masa lalu.Memori itu masih berserak, tapi ia bisa mengingatnya.Seorang laki-laki berdarah campuran arab dengan cambang dimana-mana, bola mata cokelat yang perlahan memejam itu berada di bawahnya, menopang bobot tubuhnya. Saat Ines bangkit dari atas tubuh itu, ia melihat belakang kepala laki-laki itu mengalir darah segar.Saat itu, yang dilakukan Ines adalah berteriak kencang histeris. Ia sama sekali belum pernah melihat darah sebanyak itu.Dan laki-laki itu terluka kepalanya karena kecerobohannya.Ines tengah bercanda dengan temannya waktu itu di halaman fakultas entah berebut apa, berlarian mundur tanpa tahu bahwa ada batu besar yang siap menyambutnya tanpa dosa.Ines mundur dan tersandung batu itu, tubuhnya terpelanting mundur menabrak seseorang di belakangnya dan menindih or

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 91

    Tok tok tok. Maryam mengetuk pintu kamar Icha beberapa kali, tetapi tidak ada sahutan. Mustahil Icha sudah tertidur. Maryam meraih handle pintu itu, terkunci. "Mbak Icha cantik.. Ini Tante. Boleh Tante masuk? Mbak Icha belum tidur 'kan?" Bibir Maryam hampir menempel dengan pintu karena suara rendahnya. Ia tak ingin membuat keirbutan di malam itu sekaligus agar suaranya tetap terdengar oleh Icha. "Mbak Icha.. Tante pengen curhat, nih.." Bujuk Maryam lagi. Ia menggunakan panggilan 'Mbak' pada Icha agar Icha dianggap sebagai yang paling tua dan dihargai. Nyatanya, Icha bukan anak kecil lagi. Panggilan yang awalnya diciptakannya untuk melatih Salma dan Fatih itu justru amat sangat disukai oleh Icha. Tak lama terdengar bunyi anak kunci diputar. Kemudian handle pintu bergerak dan membuat pintu itu terbuka."Kalau Tante mau membujukku karena Mama, mending Tante pergi aja. Maaf. Icha lagi pengen sendiri." Icha hendak menutup pintunya kembali tapi ditahan oleh tangan Maryam. "Tunggu du

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 90

    Khalid adalah mahasiswa luar negeri dari program 'Student Exchange' di kampus tempat Ines menimba ilmu. Fakultas yang sama, tetapi sayangnya mereka berbeda jurusan. Hanya sekitar satu tahun, dua semester penuh Khalid memintal ilmu di nusantara kendati ia masih memiliki darah nusantara dari ibunya. Ibunya berasal dari sini. Mereka tinggal berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain termasuk Indonesia karena bisnis keluarganya. Tetapi sejak ibunya meninggal 18 tahun lalu, keluarga mereka seolah ikut berhenti melupakan nusantara. Mereka mulai menetap di Dubai dan selama 18 tahun itu tak ada yang kembali ke Indonesia. Baru sekarang Khalid kembali karena mengingat seorang gadis yang dulu dikenalnya. Dengan alasan ingin mengembangkan bisnis, Khalid membujuk sang ayah agar mengijinkannya ke Indonesia. Lalu tepat sebulan yang lalu, ia tak sengaja bertemu dengan Ines di sebuah bank yang ternyata ia adalah manager di sana. Bagaimana Khalid masih mengingat wajah Ines padahal sudah lewa

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 89

    Setelah acara reuni malam itu, Khalid bergegas terbang menuju Dubai untuk menemui kedua ayahnya. Dini hari pesawatnya mulai meninggalkan zona udara Indonesia menuju negara yang memiliki teknologi super canggih itu.Di sanalah tempat tinggalnya selama 20 tahun terakhir.Ah, lebih tepatnya, di sanalah ayahnya sekarang tinggal. Seorang diri. Hanya ditemani seorang asisten rumah tangga yang membantu beliau mencukupi kebutuhan sehari-hari. Usianya sudah menjelang 85 tahun. Istrinya sudah lama meninggal meninggalkannya sendirian di dunia ini.Anak-anaknya?Anaknya melanglang buana mengikuti rezekinya masing-masing bersama keluarga masing-masing. Tinggalah si bungsu yang tak kunjung menikah dan membuatnya resah.Hidupnya dilanda gelisah karena memikirkan si bungsu yang katanya enggan menikah.Maka malam itu, merasa waktunya telah dekat. Beliau meminta anak bungsunya agar lekas kembali ke tanah air."Hidup tak melulu soal bisnis dan uang. Ada ruang kosong di jiwa yang harus segera diisi agar

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 88

    "Belum ada kabar lagi dari Pak Khalid, Teh?" Tanya Maryam yang sengaja berhenti di meja Teh Arum pagi itu."Belum, Bu. Nomor Pak Khalid tidak aktif sejak seminggu yang lalu."Sudah lewat dua minggu sejak pertemuan mereka membahas kerja sama itu. Tapi Khalid seolah raib begitu saja.Tak ada kabar. Arum pun tak bisa menghubungi siapapun entah sekretarisnya atau kantor Khalid. Sebab Khalid lah yang menghubungi mereka secara langsung menggunakan nomor pribadinya pertama kali.Sesuatu terasa janggal. Apa sebenarnya Khalid memiliki maksud lain?Tapi obrolan mereka dua minggu yang lalu biasa saja. Obrolan layaknya bisnis lainnya. Tidak ada yang mencurigakan.Kecuali satu. Sebutan unik yang dilontarkan Khalid untuk Mbak Ines.Astaga."Aneh.." Gumamnya.Pikiran Maryam terbang ke beberapa hari yang lalu saat ia berkunjung ke rumah oma dan opa anak-anaknya.Bu Andini sempat menyinggung bahwa Ines uring-uringan sejak pulang dari acara reuni kampusnya itu.Tidak jelas apa yang ia kesalkan tapi kat

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 87

    Malam di kediaman keluarga Rama. Icha berada di sana, dititipkan oleh mamanya karena ia akan memenuhi undangan reuni itu.Icha memilih berada di rumah om dan tantenya karena lebih rame. Juga bisa bermain dengan Mahesa. Dari pada di rumah oma-nya. Bisa-bisa ia mati kutu. Kata Icha.Jadilah malam itu ia menginao di sana. Rama tak tinggal diam. Ejekan demi ejekan ia lontarkan pada kakaknya itu.Seumur-umur ia tak pernah melihat kakaknya keluar rumah untuk acara-acara semacam itu. Kecuali benar-benar resmi.Rama mengernyit. "Nggak biasanya ikut-ikutan acara begituan. Famgat (family gathering) kantor aja dia sering mangkir." Ejek Rama yang ia utarakan pada Maryam.Ia sedang duduk berdua di kursi ruang makan hanya bersama istrinya, sambil mengawasi anak-anak bermain di depan televisi ruang keluarga."Sewaktu ke butik itu dia juga terus uring-uringan. Katanya Mbak Ines dapet undangan khusus untuk acara itu. Jadi ngerasa nggak enak kalau nggak dateng." Sahut Maryam."Memangnya siapa ngundang?

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 86

    Ines bergidik karena sapaan yang kedengarannya sangat biasa itu.Tapi karena ekspresi si laki-laki itulah Ines merasa jijik. Ganteng, sih. Tapi...Tampang si laki-laki itu sudah di usia sangat matang. Ines berani menebak kalau usianya pasti di atas empat puluhan. Mustahil kalau laki-laki itu belum menikah.Atau, dia memang tipe laki-laki genit yang suka tebar pesona dengan caranya yang sok cuek seperti tadi?Ines menegakkan duduknya lantas menggeleng menyapu pikirannya soal si laki-laki itu. Ngapain pula dia memikirkan orang asing?"Kasihan yang jadi istrinya. Suaminya genit begitu." Gumamnya lirih seraya melirik singkat punggung laki-laki yang sekarang sudah menghilang di balik elevator."Mbak Ines.. Ngelihatin apa?" Sapa Maryam dari belakang Ines.Ines terperanjat. Seperti seseorang yang ketahuan diam-diam memata-matai, Ines salah tingkah."Eh? Udah selesai?" Lontarnya."Nunggu lama, ya? Maaf, Mbak. Jadi, kan? Udah makan?" "Jadi.. jadi. Mm, Mar?""Ya?""Tamu tadi, aku dengar mau ke

DMCA.com Protection Status