"Maaf sebelumnya, tadi aku terpaksa lacak kamu melalui nomor hape. Soalnya aku khawatir, apalagi kamu sempat menolak dengan usulku."Kedua mata Viola membola sempurna, penuturan Bobby sangat membuat dirinya terkejut.'Segitunya kamu, Mas? Sampai melakukan hal yang tak terpikirkan olehku.'"Kok diam? Kamu marah?""Mau marah juga nggak ada gunanya, Mas. Udah terlanjur kamu ke sini, tapi sebaiknya kamu pulang, lanjut kerja lagi. Ini aku bukan ngusir, ya. Tapi pasti kamu paham."'Semoga dia nggak bantah, yang ada bisa tahu kalau aku sama sekali nggak sakit.'Bobby mengangguk paham, sebelum beranjak dari tempat duduknya, dia masih sempat-sempatnya menenggak kopi dingin itu hingga tetesan terakhir."Sayang nggak dihabisin," ucapnya sebelum permisi.Viola hanya tersenyum tipis, ada kelegaan yang dia rasakan. Tak berlama-lama di teras, Viola membereskan buah dan gelas bekas minum Bobby tadi, dan membawanya kembali ke dalam rumah. Tak langsung mencucinya, Viola sengaja membiarkan gelas kotor i
Read more