Share

Maura? Memprihatinkan!

Penulis: Dwi Nella Mustika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Esok hari sesampainya di kantor, Viola menyisir pandangan dari basement menuju gedung. Biasanya sosok Mayang sangat tidak dia harapkan, tapi kali ini berbeda.

"Kemana dia? Tumben dia menunggu ku seperti biasanya." Dalam hati Viola terus bertanya-tanya.

"Apa perlu disusul ke ruang kerjanya saja?" pikirnya membatin kemudian.

Viola masih menyisir pandangannya di lobby kantor berharap menemukan orang yang dia cari, akan tetapi masih saja tak ditemui sosok perempuan yang satu bulan belakangan ini sudah mengusik dirinya. Lantas, sekarang saat Mayang tak tampak lagi, kenapa Viola seperti mencari-cari keberadaan perempuan itu?

Pikiran Viola sangat tidak tenang.

"Mbak Mayang, tunggu!"

Saat menuju ruangan Mayang yang beda lantai dengannya, di koridor, ketika baru keluar dari lift Viola melihat sosok perempuan di depannya seperti Mayang.

"Mbak Mayang," panggil Viola sekali lagi, karena Mayang sama sekali tak menoleh apalagi menghentikan langkahnya. Melihat gelagat Mayang seolah acuh tak acuh, Vi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Kok Mencurigakan?

    [Assalamu'alaikum][Selamat pagi, Pak][Maaf saya mengirim pesannya Subuh begini][Ini, Pak. Saya izin tidak masuk hari ini, ya. Soalnya kurang enak badan]Selepas sholat Subuh, Viola memberanikan diri mengirim pesan pada Pak Tito, yang mana jelas dirinya berbohong karena Viola tidak dalam keadaan sakit. 'Maaf, Pak. Saya harus berbohong, karena saya perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi Maura.'Viola tak ingin berlarut dengan ribuan pertanyaan yang muncul di benaknya soal Maura.[Oh iya, Pak. Tadi saya juga udah input di aplikasi.]Pesan terakhir yang dikirim Viola pada Pak Tito.Pukul delapan Viola meninggalkan rumahnya, menuju rumah yang ditempati Mayang. Bukan tanpa sebab dirinya memilih berbohong kali ini, dia hanya mengambil kesempatan waktu, saat Mayang pergi bekerja, Viola berharap bisa menemui Maura dan mencari tahu tentang semuanya. Ada terbesit rasa penyesalan dan bersalah di hatinya.Di pinggir jalan depan rumah Mayang, Viola memantau keadaan, tak terlihat lagi mobil Maya

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Keputusan Resign?

    "Maaf sebelumnya, tadi aku terpaksa lacak kamu melalui nomor hape. Soalnya aku khawatir, apalagi kamu sempat menolak dengan usulku."Kedua mata Viola membola sempurna, penuturan Bobby sangat membuat dirinya terkejut.'Segitunya kamu, Mas? Sampai melakukan hal yang tak terpikirkan olehku.'"Kok diam? Kamu marah?""Mau marah juga nggak ada gunanya, Mas. Udah terlanjur kamu ke sini, tapi sebaiknya kamu pulang, lanjut kerja lagi. Ini aku bukan ngusir, ya. Tapi pasti kamu paham."'Semoga dia nggak bantah, yang ada bisa tahu kalau aku sama sekali nggak sakit.'Bobby mengangguk paham, sebelum beranjak dari tempat duduknya, dia masih sempat-sempatnya menenggak kopi dingin itu hingga tetesan terakhir."Sayang nggak dihabisin," ucapnya sebelum permisi.Viola hanya tersenyum tipis, ada kelegaan yang dia rasakan. Tak berlama-lama di teras, Viola membereskan buah dan gelas bekas minum Bobby tadi, dan membawanya kembali ke dalam rumah. Tak langsung mencucinya, Viola sengaja membiarkan gelas kotor i

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Sosok JK, ingat?

    Mayang bergeming di ambang pintu ruang kerja."Tidak. Keputusan saya tidak bisa diganggu gugat sekalipun kamu memilih berhenti di perusahaan ini. Saya tahu, pasti hari-harimu kusut 'kan?"Mayang melipat tangan di dadanya, tampak dirinya mengejek Viola."Memang itu yang saya harapkan. Tapi ... kamu masih waras, masih punya harapan itu, dan masih bisa memperbaiki apa yang rusak, syukur-syukur kamu sadar atas dirimu yang sama sekali tidak punya hati nurani.""So ... jawaban saya pasti kamu sudah paham 'kan?"Meski hatinya terasa teriris dengan kata yang terucap dari mulut Mayang. Viola tetap tersenyum."Iya, Mbak. Nggak papa, kalau mbak masih pada pendirian awal. Saya doakan semoga Maura makin pulih, semoga ada rezeki besar untuknya. Dan, buat mbak juga. Saya ingin pamit."Viola mengulurkan tangannya, akan tetapi uluran tangannya itu tak disambut dengan baik oleh Mayang, dia malah bertolak ke meja kerjanya.Semua orang yang satu ruang kerja dengan Viola terdiam dan tak berani ikut campur

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Ending Rahim yang Tak Bersalah dan Spoiler Seasson Three : ISTRIKU KEMBALI MENJADI WANITA KARIR SETELAH MELAHIRKAN ANAK ISTIMEWA

    Ending Rahim yang Tak Bersalah"Nggak kok, cuma lagi sibuk aja." Viola hanya menjawab ala kadarnya, meskipun dia berbohong tak berucap sesuai hatinya."Oh, kirain aku kamu marah.""Emang alasan apa yang membuat aku harus marah sama kamu, Mas?""Ya ... soal ... Vio ... Maaf aku sudah membuat kamu tak nyaman. Dan, kamu memilih untuk mengakhiri karirmu, aku yakin itu pasti karena diriku.""Aku pikir awalnya akan membuat kamu tenang bahkan bisa berkembang, malah dapat masalah lain.""Maafkan aku, Vio." Ada rasa sesal di hati Bobby, tak menyangka terlalu jauh membawa Viola dalam masalah yang tak terduga, bahkan kembali membawanya ke masa lalu yang sudah susah payah dia lupakan"Untuk masalah itu, aku sedang tidak ingin membahasnya, lagi capek banget. Boleh aku izin masuk untuk istirahat?""Tapi ... ada hal lain yang ingin aku bicarakan sama kamu, bisa kita ngobrol sebentar di luar?" tanya Bobby dengan hati-hati."Pentingkah? Nggak bisa ditunda kapan-kapan, Mas?" Viola berusaha mengelak, be

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Seasson Three : Ini Bukan Anak Kita? Pasti Ditukar sama Perawat!

    Bab 1Puluhan tahun berlalu, hingga tanpa terasa lelaki yang dibesarkan tanpa figur seorang ayah itu. Namun, sisi lain hidup Ammar tampak sangat sempurna. Berbanding terbalik dengan perjalanan hidup Viola dari kecil hingga dewasa.Pendidikan Ammar juga tidak main-main, selesai homeschooling hingga kelas 6 SD, Ammar melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya di sekolah swasta, jelas saja Viola ingin Ammar dapat pendidikan yang lebih baik. SMA pun demikian masih melanjutkan di sekolah swasta. Tanpa tanggung-tanggung, dalam waktu 4 tahun Ammar berhasil menyelesaikan studinya sebagai mahasiswa jurusan teknik sipil. Setelah tamat, Ammar langsung dapat pekerjaan di perusahaan tempat dia magang dulu.Di tahun kelima, Ammar dapat tanggung jawab untuk proyek yang cukup besar jauh dari kota. Proyek berjalan kurun waktu satu tahun dan itu membuat Ammar menghabiskan waktu di sana. Dan, kota kecil itu juga hati Ammar terpaut dengan seorang gadis. Cantik, putih, tinggi, dan tubuhnya juga ideal."Ooo

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Pisah Kamar

    Bab 2"Coba pastikan lagi, Pak. Atau bisa jadi dari gen istri bapak.""Gimana saya mau mencari tahu, jikalau dokter saja melarang untuk memberi tahu istri soal ini.""Jangan, Pak. Jangan. Bisa cari tahu diam-diam, tapi kalau memang tidak ada faktor genetik dari pihak bapak ataupun istri, bisa jadi saat pembelahan sel tidak terjadi secara sempurna, atau lain kemungkinan ini semua takdir Sang Pencipta.""Entah lah, Dok. Saya tidak bisa berpikir jernih soal ini.""Saya paham kalau bapak shock, tapi saya juga berharap masih ada keajaiban kedepannya.""Apa masih ada yang ingin dokter sampaikan? Kalau tidak saya mau pamit.""Sebenarnya banyak yang ingin saya diskusikan, tapi sepertinya timingnya nggak tepat. Lain kali saja."Lita tidak mau menyusui anak yang baru dilahirkannya itu. Hati dan juga jiwa raganya menolak."Kasih aja sufor, Mas! Aku tidak ingin menyusui anak ini.""Lita! Kamu kenapa? Kamu sadar tidak bicara apa barusan?"Hingga hari kedua, Lita masih saja tidak mau menyusui sang

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Kalau Sayang, Jangan Ditahan!

    Bab 3"Apa maksudmu? Kenapa berbicara seperti itu ke Bunda?" Viola menaruh Arumi kembi ke ranjang. Kemudian, menarik pelan tangan anaknya dan duduk di bibir ranjang.Ammar yang susah payah menahan air matanya, tak bisa lagi bersikap tegar di depan ibunya. Bulir bening itu menggenangi bola matanya dan bersiap-siap untuk tumpah, tapi buru-buru Ammar menyeka bulir bening itu."Apa ini alasan kamu meminta bunda untuk tidak datang ke rumah sakit saat Lita akan melahirkan? Apa ini juga alasan kamu tidak ditemani oleh siapapun, termasuk mertua dan ipar kamu?"Ammar mengangguk berat."Aku punya alasan, Bun. Bunda kecewa kah?""Ya ... bunda kecewa.""Bund, maaf, bukan bermaksud, tapi aku nggak siap liat bunda dan yang lainnya sedih. Anakku yang dinantikan selama ini tak sesuai dengan harapan kalian." "Bunda kecewa kenapa kamu nggak cerita dari awal. Kenapa kamu sembunyikan dari Bunda? Memangnya bunda pernah kecewa dengan apa yang kamu jalani? Apa karena bunda selama ini tidak pernah memperken

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Ada Tujuan Lain

    Bab 4"Masa Neng Viola tidak tahu alasan saya berkata demikian? Bukannya Neng Viola sudah melihat bayi yang ada di kamar Ammar dan Lita.""Ya, saya sudah melihatnya. Lantas apa hubungannya dengan ucapan Neng Ririn tadi. Itu kan bayi mereka.""Saya tidak yakin, pasti Ammar sudah menjebak Lita. Bisa jadi itu anak orang lain. Saya rasa ad maksud lain dibalik hadirnya bayi itu.""Astaghfirullah, Neng. Jauh sekali pikiranmu. Sampai menuduh Ammar seperti itu. Saya tahu Ammar seperti apa, dia tidak akan berbuat sekonyol itu.""Udahlah, Neng Viola. Nanti saja kita buktikan. Saya akan tinggal di sini, biar tidak terjadi hal-hal buruk.""Sama lah kalau begitu, saya juga tinggal di sini. Kita buktikan saja siapa yang memfitnah."Lita tersentak, dia menatap ibunya, seolah mengode sesuatu."Lho, nggak bisa gitu dong, Neng. Anakmu laki-laki tidak perlu ditemani, beda dengan anakku, perlu penjagaan ketat.""Dia tidak terancam kok di sini, Neng Ririn. Malah, Lita bisa me time sepanjang waktu. Kan yan

Bab terbaru

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Mau Miskin ataupun Bahagia, Aku Pilih Jalan Sendiri!

    Bab 12"Kamu beneran sudah gila ya, Lita! Mama pikir kamu bisa berpikir jernih sedikit, mengalah sedikit, apa kamu beneran nggak takut jadi janda dan hidup melarat?" serang Ririn dengan penuh amarah.Dia memang takut miskin karena mengingat hidupnya yang begitu susah dulunya.Lita mengendikkan bahu dengan angkuhnya."Aku memang sudah gila!""Kan berulang kali aku bilang sama mama, kalau aku nggak peduli. Mau hidup miskin ataupun kaya, terserah kedepannya. Aku capek diatur terus-terusan, aku yang lebih tahu kebahagiaan ku sendiri.""Sebelum Mas Ammar yang ceraikan aku, aku yang lebih dulu ceraikan dia, karena aku akan menikah dengan lelaki pilihanku!" erang Lita hilang kendali."Jangan bertindak bodoh kamu! Pikirkan lagi ucapan kamu itu Lita! Laki-laki itu pasti baru kamu kenal, nggak akan ada laki-laki yang nerima perempuan apalagi janda dengan segampang itu. Kamu nggak mikir efeknya nanti gimana?""Sudahlah, Ma. Aku capek berdebat terus dengan mama. Lagian hutang-hutang mama juga ham

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Diberi Nama Argantara

    Bab 11[Mas ... dimana? Aku lagi bete nih! Bisa keluar nggak]Lita mengirim pesan pada seseorang beberapa saat setelah menenggak habis minumannya. Tak perlu sepertinya Lita menunggu, selang satu menit, pesannya pun terbalaskan.Seperti tak kenal waktu, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari.[Kan tadi abis jalan. Kok masih bete sih?] Balas seseorang yang diberi nama Argantara.[Tau gini mending aku nggak pulang tadi.] Balas Lita cepat.[Terus gimana? Mau keluar lagi?][Iya.][Oke. Aku otewe]Sembari menunggu jemputan dari lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu ini, Lita menunggu lantai dua untuk mengambil tasnya. Dia berjalan mengendap-endap supaya langkah kakinya tak terdengar oleh Ririn sang mama.Dengan pelan dia menekan handle pintu dan membukanya sedikit saja. Tampak Ririn sudah tidur dengan posisi terlentang. Tak ingin ketahuan, Lita buru-buru menyambar tas yang ada di nakas.[Dimana? Aku udah siapa]Pesan yang dikirim Lita cukup lama dibalas, hingga ... terdengar b

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Arumi Dibawa Pergi

    Bab 10"Nggak cuma tanya apa ada yang mau nitip makanan, gue jawab aja langsung enggak.""Ooh ...." Lita sama sekali tak curiga dengan gerak-gerik teman kerjanya itu. Dia kembali berkutat pada ponselnya.[Ta, mama telponin daritadi nggak diangkat-angkat][Mama mau ngasih tau, mertua sama Arumi dan baby sitter kamu keluar dari rumah][Mama sempat nanya, tapi mertua kamu diam aja. Coba deh kamu telpon mertua kamu?]"Mama lebay banget deh ah. Perkara mereka keluar rumah aja pake lapor. Nggak ada apa hal yang lebih penting," ngomel Lita seraya membuka aplikasi lainnya."Masalah lagi?" tanya Dea."Ya biasalah, nyokap gue orang paling lebay. Masa iya, mertua, anak, dan baby sitter keluar rumah pake ngelapor segala ke gue. Kan nggak penting banget ya," jelas Lita dengan suara sedikit tinggi."Yaelah. Gitu aja lu sensi amat. Wajar aja lah emak lu lapor, kan mertua lu bawa anak lu keluar rumah, emangnya lu nggak mikir gimana gitu, khawatir paling tidak," sahut Dea seraya menyunggingkan sedikit

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Sepucuk Amplop Putih

    Bab 9"Lita ... Lita ..., bangun kamu! Heh!" Ririn mengguncang tubuh anaknya yang baru saja terlelap."Dasar kebo ya kamu, ditinggal sebentar ke bawah, langsung molor," sengit Ririn."Apa sih, Ma. Orang ngantuk juga." Lita menyentak tubuhnya. Tangan Ririn terlepas."Ammar mau menceraikan kamu!" ucap Ririn tanpa basa-basi."Hah?" Lita terduduk, dengan wajah masih berpoles make up dan rambut acak-acakan. "Jangan bercanda, Ma!" ucapnya tak percaya."Serius, tadi Ammar bilang, kalau kamu tidak berubah, bisa jadi kalian akan bercerai."Seolah seperti orang baru sadar, Lita mengibas angin tepat di depan wajah Ririn."Halah, paling juga ancaman belaka, Ma. Mana mungkin dia akan menceraikan aku. Lagian nih, pasti auto malu lah, dia kan tahu gimana rasanya punya orang tua nggak lengkap. Aku yakin, dia tidak akan melakukan hal itu, kalau dia sayang Arumi, aku yakin dia tidak akan memberikan Arumi orang tua yang tidak lengkap." Begitu percaya dirinya Lita berucap."Jika benar itu terjadi bagaima

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Apa Hanya Sekedar Ancaman?

    Bab 8"Buka mata kamu, Mmar. Apa iya pantas istrimu bicara seperti itu sama bunda?"Viola tak tinggal diam, terasa dipojokkan oleh Lita."Neng Viola harusnya juga buka mata, jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga, jangan karena Lita ingin istirahat sebentar, Neng Viola jadikan itu Boomerang," balas Ririn tegas."Kenapa kamu diam, Mmar?""Lihat istrimu Lita, bersimpuh meminta pengertianmu, dia rela meminta maaf atas apa yang sebenarnya tidak dia lakukan secara sengaja. Andai bundamu bisa mengontrol diri, tak akan runyam seperti ini," tambah Ririn.Ammar menundukkan kepalanya, melihat sekejap istrinya yang masih bersimpuh dan tak hentinya menangis. Isakkan tangis Lita pun terdengar semakin keras."Bund, kita turun saja dulu!" ajak Ammar memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik."Yuk, mending kita istirahat," sahut Viola dia menyunggingkan ujung bibirnya pada Ririn."Mas ... Mas ... Please, jangan begitu. Aku sedikitpun tidak ada niat mengutarakan ucapan seperti tadi s

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Debat-debat Apaan Itu di Lantai 2

    Bab 7"Eh, Bunda. Duduk sini, Bund. Mau ngomong apaan? Serius nih keliatannya," ucap Ammar seraya menurunkan kedua kakinya yang tadinya berada di kursi kosong."Kamu nggak tidur?" tanya Viola memulai pembicaraan, seraya menduduki kursi yang ada di sebelah kanan."Nanti lah, Bund. Bunda kenapa nggak tidur? Udah malam lho, Bund. Apalagi tadi sibuk ngurusin acara Arumi.""Iyaa, bentar lagi bunda tidurnya." Viola menyisir pandangannya, termasuk ke pintu utama yang terbuka dengan lebar."Bunda lagi liatin apa? Katanya tadi mau bicara, bicara apa, Bund?" tanya Ammar mulai penasaran apalagi melihat gelagat bahasa tubuh ibunya yang agak lain."Tadi bunda liat Lita naik ke lantai dua bawa beberapa baju. Emangnya dia mau tidur di atas lagi, Mmar?""Oh itu, iya, Bund. Malam ini dia mau istirahat di kamar lantai atas.""Istirahat gimana? Kalian kan punya kamar? Kenapa pisah kamar lagi kayak kemarin?""Hmm ... cuma malam ini aja kok, Bund. Lita kecapekan kalau tidur di kamar aku, bakalan keganggu

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Suami Sabar tapi Punya Istri Bar-Bar Galau

    Bab 6Malam ini, untuk pertama kali mereka tidur bertiga. Ammar sangat senang, hal kecil yang diimpikannya terwujud, satu kamar dengan istri dan anak."Mas, makasih ya. Atas sikapku kemarin." Lita kembali mengulangi permintaan maafnya pada Ammar saat mereka sama-sama tengah berbaring di atas ranjang sembari memainkan jambang Ammar yang tampak mulai lebat."Tidak apa, Sayang. Mas paham. Tapi, jangan lagi berkata seperti itu. Kasian Arumi," balas Ammar lembut dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Lita."Mas, juga minta maaf sama kamu. Mas yang salah atas semuanya yang terjadi," tambah Ammar kemudian.Cahaya remang, dinginnya suhu AC, dan lelapnya Arumi di ranjangnya sendiri, serta tak bisa dibendung rasa rindu Ammar pada istrinya. Tangan Ammar mulai nakal menjamahi tubuh Lita."Mas, kita tidur yuk! Aku capek," bisik Lita seraya menggeser tangan suaminya dari bagian tubuh yang tersentuh."Yaudah, yuk!"Posisi tidur langsung berubah, Lita membelakangi suaminya. Namun, Ammar sepertinya

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Minta Maaf karena Shock

    Bab 5Ammar seketika berdiri, telinganya terasa semakin panas oleh ucapan Lita yang sama sekali tidak ada rasa peduli padanya."Kamu bisa ngertiin posisi aku nggak?""Kamu juga nggak ngertiin aku, Mas. Kamu nggak ngerti gimana perasaan aku!" Lita tak mau kalah, mau adu nasib dengan suaminya yang siang malam berkejar-kejaran dengan waktu. "Aku kurang ngertiin apalagi coba? Aku akan tetap test DNA, tapi sabar dulu.""Terserah lah, Mas. Kamu egois!" Lita meninggalkan Ammar tanpa belas kasihan sedikitpun, seolah cinta dan kasih sayang yang dia berikan dari awal pernikahan sirna begitu saja."Lita ... Lita ... kamu nggak capek apa kita begini terus!" seru Ammar. Namun, Lita sama sekali tidak memperdulikan ucapan suaminya. Dia terus saja menaiki anak tangga Hari-hari yang dijalani Ammar sekarang selalu banyak masalah. Rumah terasa panas, dia pun sulit berkonsentrasi. Bahkan kerjaan yang sedang dia selesaikan sekarang itu, karena klien protes, dan itu karena Ammar tidak fokus.Viola yang m

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Ada Tujuan Lain

    Bab 4"Masa Neng Viola tidak tahu alasan saya berkata demikian? Bukannya Neng Viola sudah melihat bayi yang ada di kamar Ammar dan Lita.""Ya, saya sudah melihatnya. Lantas apa hubungannya dengan ucapan Neng Ririn tadi. Itu kan bayi mereka.""Saya tidak yakin, pasti Ammar sudah menjebak Lita. Bisa jadi itu anak orang lain. Saya rasa ad maksud lain dibalik hadirnya bayi itu.""Astaghfirullah, Neng. Jauh sekali pikiranmu. Sampai menuduh Ammar seperti itu. Saya tahu Ammar seperti apa, dia tidak akan berbuat sekonyol itu.""Udahlah, Neng Viola. Nanti saja kita buktikan. Saya akan tinggal di sini, biar tidak terjadi hal-hal buruk.""Sama lah kalau begitu, saya juga tinggal di sini. Kita buktikan saja siapa yang memfitnah."Lita tersentak, dia menatap ibunya, seolah mengode sesuatu."Lho, nggak bisa gitu dong, Neng. Anakmu laki-laki tidak perlu ditemani, beda dengan anakku, perlu penjagaan ketat.""Dia tidak terancam kok di sini, Neng Ririn. Malah, Lita bisa me time sepanjang waktu. Kan yan

DMCA.com Protection Status