Home / CEO / Presdir Tampan Itu Ayah Anakku / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Presdir Tampan Itu Ayah Anakku: Chapter 191 - Chapter 200

298 Chapters

Tak Mau Menyerah

"Lihat ini, Mas!" Vina tertawa terpingkal-pingkal sambil meringkuk dan meremas perut. Membaca artikel tentang suaminya menaikkan suasana hati Vina.Jika Vina masih bekerja untuk Rangga dan tidak memiliki hubungan apa pun dengannya, dia pasti sudah percaya oleh tulisan pada artikel itu.Rangga tak pernah terlihat bersama wanita. Pertunangan dengan Belinda pun atas dasar dijodohkan kakeknya. Bisa jadi jika Rangga benar-benar ...Tawa Vina kembali meledak begitu membayangkan Rangga dan Dion."Tidak penting. Cuma tulisan orang-orang kurang kerjaan saja tidak perlu dipikirkan," balas Rangga acuh tak acuh seraya membuka kemeja. "Kamu sudah memilih gaun baru untuk acara bulan depan?"Vina mengusap air mata akibat terus-terusan tertawa. "Pakai yang lama saja, Mas. Masih bagus juga.""Sudah dicoba lagi?" Mata Rangga menelisik ke arah tubuh istrinya. "Kamu agak-"Rangga tak jadi mengatakan jika Vina sedikit lebih berisi. Tapi, Vina telah menangkap maksud suaminya."Aku tidak gendut, Mas! Lihat!"
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

Tukar Istri

'Halo, Tristan? Masih tersambung 'kan?" Julian mengulang-ulang pertanyaan karena Tristan diam saja sejak semenit lalu.Tristan pun tersadar dari lamunan. Untuk sesaat, wajah Axel terbayang-bayang di benaknya. Sebuah perasaan hangat mengalir dalam dadanya ketika melihat bayi itu."Maaf, Pak. Saya belum menemukan Nona Belinda," dusta Tristan.Untuk pertama kali dalam hidupnya, Tristan membohongi Julian. Dia seharusnya menurut kepada Julian apa pun yang terjadi. Hal tersebut sudah menjadi janji Tristan kepada diri sendiri ketika Julian menerima Tristan di rumahnya.Namun, entah mengapa hati Tristan tergerak untuk melindungi Axel. Bayangan masa kecil dirinya yang tak memiliki orang tua masih membelenggu hatinya.Setelah mendapat orang tua angkat, ayah angkat Tristan justru melakukan kekerasan saat ibu angkatnya meninggal. Bukankah Tristan pernah merasakan kekejaman orang tuanya juga?Tristan tak sanggup mengorbankan seorang bayi kecil demi mencapai ambisi, meskipun datangnya perintah itu b
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Penculikan Vina

"Julian ... apa yang kamu lakukan? Di mana ini?" Vina panik bukan main ketika menyadari dirinya duduk dan kedua tangannya diikat pada kursi di sebuah ruangan lembab dan gelap.Julian tak mengindahkan pertanyaan Vina. Dia masih santai menikmati mi instan dengan lahap.Setelah selesai dan membuang bungkus makanan, Julian menyeruput kopi, seolah-olah tak ada orang lain di sekitarnya."Julian! Lepaskan aku! Aku harus bertemu bayiku, Julian ... aku mohon." Kedua tangan Vina berusaha melepaskan ikatan sampai kemerahan, tetapi ikatan itu terlalu kencang.Atensi Julian sepenuhnya tertuju pada Vina sekarang. Julian berjalan lambat ke arah Vina sambil menyeret kursi kayu.Julian duduk berhadapan dengan Vina dengan kursi terbalik. Kedua lengannya bertengger di atas punggung kursi dan kepalanya bersandar di atasnya."Aku juga sama denganmu, Vina. Aku ingin bertemu bayiku. Kamu tahu sendiri 'kan rasanya, bagaimana kalau kamu dipisahkan dari anakmu, hem?"Cara bicara Julian masih seperti dulu, lembu
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Manusia Licik

"Sabar, Pak. Saya akan segera menyuruh orang melacak lokasi Vina. Anda sebaiknya membantu Bi Indah menyusui Ravi," ujar Dion menahan gemetar di tangannya.Meskipun pernah melihat Rangga marah, siapa yang tidak terkejut saat mendengar bantingan dan umpatan Rangga yang sangat kencang?Dada Rangga masih naik turun dengan cepat. Napasnya memburu. Rangga ingin mengobrak-abrik seisi rumahnya dan berharap Vina hanya bersembunyi di sana.Tangisan Ravi kembali terdengar setelah Rangga membanting tablet. Rangga pun tersadar dan segera mengambil Ravi dari gendongan Indah."Suruh Papa dan Ibu pulang sekarang, Dion," perintah Rangga dengan suara bergetar."Baik, Pak," jawab Dion sambil bergegas mencari ponselnya untuk menghubungi Dewa."Bu Indah boleh pulang sekarang," kata Rangga kemudian.Indah meneguk ludah susah payah karena masih kaget melihat kemarahan Rangga. "S-Saya akan membuatkan susu formula untuk Mas Ravi dulu, Pak."Ravi masih menangis keras dalam pelukan Rangga. Agaknya, Ravi dapat me
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Bukan Pilihan

"Lokasi Julian sama dengan yang dia katakan," lapor Informan.Rangga, Dion, dan Barra bersiap-siap menuju lokasi. Yang lain ingin ikut serta, tetapi Rangga meminta mereka tinggal di rumah untuk berjaga-jaga jika Julian merencanakan hal lain.Dion mengemudi dengan kecepatan penuh. Sampailah mereka di sebuah desa yang minim penduduk. Dion menepikan mobil di tempat titik lokasi.Rangga bergegas keluar dan melihat ponsel dan dot bayi yang ditinggalkan Julian. Ponsel usang itu meninggalkan pesan untuknya.'Aku akan menghubungi lagi setelah bertemu dengan anak dan calon istriku. Jangan lupa, berikan ASI istrimu untuk keponakanku. Aku baik hati, bukan?'"Julian! Brengsek!" umpat Rangga.Rangga menggeram marah dan hampir membanting ponsel. Namun, Dion segera merebut ponsel dari tangan Rangga."Siapa tahu berguna untuk menjebloskan Julian ke penjara," cegah Dion.Julian melakukan kejahatan dengan rapi sampai tak meninggalkan barang bukti. Mereka harus mengumpulkan apa pun yang dapat mereka pero
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Berjuang Bebas

"Kenapa tidak menerima panggilanku dari tadi?!" bentak Dion kepada Bisma melalui sambungan telepon.'Maaf, Bang. Tadi kami sedang berkelahi dengan kaki tangan Julian. Sekarang kami sedang menuju rumahmu, Bang ... oh, ini sudah sampai!' seru Bisma.Dion bergegas keluar dan mendapati Bima, Bisma, dan Belinda yang menggendong Axel muncul dari mobil. Dia segera menyuruh mereka masuk ke rumah Rangga.Dion mengacak-acak rambut frustasi. Bima dan Bisma sebelumnya memang diberi perintah untuk membawa Belinda jika mereka tak sanggup menghadapi tekanan.Tentunya, perintah itu datang sebelum Julian membohongi mereka bahwa Vina tak ada di lokasi yang disebutkan. Justru saat ini, Belinda perlu dipertemukan dengan Julian lebih cepat agar Vina juga segera dibebaskan.Belinda terlanjur ikut. Dion menyuruhnya masuk ke salah satu kamar tamu. Dia segera mencari Rangga untuk melaporkan situasi.Dion memanggil lirih dari balik pintu kamar Rachel. "Sudah tidur, Pak?"Rangga yang melamun sejak tadi pun akhir
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Kastel Nenek

'Susah sekali!' geram Vina dalam hati."Vina ... kenapa menggigit-gigit celanaku?" gumam Julian terdengar lelah.Vina tersentak lalu kembali ke posisi sebelumnya, seakan-akan tak terjadi apa-apa. Jantungnya terasa seperti diremas-remas karena ketahuan.'Julian tidak akan menghukumku, bukan?' batin Vina panik.Terang saja Julian dapat merasakan gerakan di bagian belakang tubuhnya. Vina terlalu bersemangat mengambil ponsel itu karena gemas dan susah mengeluarkan dari saku celana."Mau mengambil ini?" Julian merogoh ponsel dan suka rela menyerahkan pada Vina, bahkan tanpa membalik badan.Vina bingung oleh sikap Julian. Terkadang, Julian sangat menyeramkan dan bersikap jahat. Tak jarang pula Julian berperilaku sangat lembut saat menghadapi orang lain walaupun mungkin hanya sandiwara. Dan sekarang ... Julian yang katanya sedang menculik Vina itu dengan mudahnya memberikan ponsel agar Vina dapat menghubungi orang luar?"Semua ponsel yang ada di sini hanya ponsel sekali pakai, tidak ada kart
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Rangga Terlambat?

"Sial!" Dion berlari menuju tempat pria yang ambruk di depan sana."Sadar, Pak!" teriak Dion lagi.Julian kembali terpental dan membentur tembok dengan sangat keras hingga jatuh berguling di lantai. Pria itu bisa-bisanya masih tersenyum menantang Rangga setelah wajahnya babak belur."Bangsat! Beraninya menyerang dari belakang, hah?! Aku belum siap!" Julian meludah darah di sisi kirinya sambil berdiri.Rangga keluar dari kamar ke koridor dan menyusul Julian. Tangan Rangga yang terkepal menghantam kuat perut Julian.Julian berkelit dan membalas. Namun, Rangga lebih cepat menjegal kaki Julian, lalu menindih perutnya hingga tak bisa menggerakkan badan dengan leluasa. Rangga menghajar Julian membabi buta dengan wajah datar, tetapi tatapannya sangat tajam mengancam."Pak Rangga! Tolong berhenti!" seru Dion saat hampir mencapai mereka.Rangga gelap mata. Dia tak mendengar apa pun lagi. Dion akhirnya sampai dan sekuat tenaga menahan lengan Rangga, tapi dalam sekali entakan, tangan Dion terle
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Kebodohan Rangga

"Julian sudah dibawa Bisma ke markas, Pak," lapor Dion.Pikiran Rangga kosong, tak mendengar ucapan Dion.Rangga menggendong Vina dengan wajah memerah. Dia membaringkan Vina di kursi penumpang dengan hati-hati, lalu duduk di kursi penumpang depan.Semua orang yang melihat dapat segera tahu jika Rangga Cakrawala habis menangis, sebab matanya bukan hanya merah, tapi juga sembab. Namun, tak ada satu pun yang berani membuka suara.Hingga Dion akhirnya berkata, "Rumah sakit terdekat masih dua kilometer dari sini, Pak.""Langsung pulang saja," balas Rangga dengan suara lemah dan serak.Wajah Dion mengernyit seraya melihat Vina dari kaca spion tengah. 'Apa Vina masih tidur?' batin Dion.Sampai di rumah pun, Rangga segera memindahkan Vina ke kamarnya, menyelimuti Vina dengan selimut tebal. Dia juga berpesan pada Dion agar tak membuat kegaduhan malam-malam. "Biar aku yang menjelaskan semua pada mereka besok pagi." Rangga berlalu ke arah kolam renang.Dion hendak bertanya sesuatu, tapi saat mel
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Tuduhan

"Kalian dari kepolisian mana? Jangan sembarangan menuduh orang! Aku bisa menuntut kalian!" bentak Mahendra."Kami mendapat laporan dari orang tua Nona Belinda langsung dan warga sekitar yang melihat Nona Belinda ada di sini," jelas Polisi dengan nada tegas.Karena suara kencang Mahendra, Rangga dan Dion pun ikut keluar. Wajah Rangga langsung mengernyit tak suka. Kepala Kepolisian Daerah di kota ini mengenal baik dirinya. Biasanya, Rangga akan diberi tahu langsung jika ada suatu masalah olehnya.Di samping itu, penjelasan polisi itu terdengar janggal baginya. Sebab, Belinda datang malam-malam di saat area sepi. Belinda pun tak pernah keluar sampai depan halaman rumah."Saya akan menghubungi Pak Aji, Kepala Polisi di wilayah ini." Rangga meraih ponsel dan menekan nomor telepon pribadi Aji.Mendengar nama Aji disebut, dua polisi itu saling bertatapan gelisah. Mereka datang setelah diberi perintah langsung oleh Sony dan tak melakukan prosedur yang semestinya.Rangga tentu melihat gelagat
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
30
DMCA.com Protection Status