Share

Kebodohan Rangga

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Julian sudah dibawa Bisma ke markas, Pak," lapor Dion.

Pikiran Rangga kosong, tak mendengar ucapan Dion.

Rangga menggendong Vina dengan wajah memerah. Dia membaringkan Vina di kursi penumpang dengan hati-hati, lalu duduk di kursi penumpang depan.

Semua orang yang melihat dapat segera tahu jika Rangga Cakrawala habis menangis, sebab matanya bukan hanya merah, tapi juga sembab. Namun, tak ada satu pun yang berani membuka suara.

Hingga Dion akhirnya berkata, "Rumah sakit terdekat masih dua kilometer dari sini, Pak."

"Langsung pulang saja," balas Rangga dengan suara lemah dan serak.

Wajah Dion mengernyit seraya melihat Vina dari kaca spion tengah. 'Apa Vina masih tidur?' batin Dion.

Sampai di rumah pun, Rangga segera memindahkan Vina ke kamarnya, menyelimuti Vina dengan selimut tebal. Dia juga berpesan pada Dion agar tak membuat kegaduhan malam-malam.

"Biar aku yang menjelaskan semua pada mereka besok pagi." Rangga berlalu ke arah kolam renang.

Dion hendak bertanya sesuatu, tapi saat mel
VERARI

Kasihan Mas dokter ... 🥹

| 2
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Buk Mes
Terbalik ...,......
goodnovel comment avatar
Yuniarti
kenapa gk bisa berenti tertwa ya kl udh ad Dion .........
goodnovel comment avatar
Dewi Purwanti
Ada kah buku fisik nya?.. kayak nya lebih irit kalo beli buku aja.. sudah habis ratusan ribu gak habis2.. masa iya mau sampai 1jt baru tamat.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Tuduhan

    "Kalian dari kepolisian mana? Jangan sembarangan menuduh orang! Aku bisa menuntut kalian!" bentak Mahendra."Kami mendapat laporan dari orang tua Nona Belinda langsung dan warga sekitar yang melihat Nona Belinda ada di sini," jelas Polisi dengan nada tegas.Karena suara kencang Mahendra, Rangga dan Dion pun ikut keluar. Wajah Rangga langsung mengernyit tak suka. Kepala Kepolisian Daerah di kota ini mengenal baik dirinya. Biasanya, Rangga akan diberi tahu langsung jika ada suatu masalah olehnya.Di samping itu, penjelasan polisi itu terdengar janggal baginya. Sebab, Belinda datang malam-malam di saat area sepi. Belinda pun tak pernah keluar sampai depan halaman rumah."Saya akan menghubungi Pak Aji, Kepala Polisi di wilayah ini." Rangga meraih ponsel dan menekan nomor telepon pribadi Aji.Mendengar nama Aji disebut, dua polisi itu saling bertatapan gelisah. Mereka datang setelah diberi perintah langsung oleh Sony dan tak melakukan prosedur yang semestinya.Rangga tentu melihat gelagat

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Hari Tenang

    "Tidak ada yang saya sembunyikan, Pak." Tristan meneguk ludah bulat-bulat.Julian memicingkan mata. Tristan jelas terlihat gugup. Namun, Julian segera menepis kecurigaan. Tristan tak akan pernah mengkhianatinya."Pesankan kamar hotel. Aku lelah sekali." Julian mendesah lelah dan kembali memejamkan mata."Baik."Tristan bergegas pergi. Setelah memesan kamar hotel, dia menghubungi Belinda.Melihat Julian datang sendiri, Tristan sedikit lega. Namun, Tristan juga resah karena tak tahu keberadaan Axel ... atau Belinda?"Anda di mana?" tanya Tristan.'Di rumah Rangga. Aku tidak suka di sini, ramai sekali. Kakek Mahendra mulutnya masih beracun, bikin sebal! Ingin pulang ke rumah pemberian Rangga, tapi mereka tidak mengizinkanku keluar,' keluh Belinda.Tristan juga ingin bertemu Axel lagi. Akan tetapi, dia tak bisa terang-terangan berkunjung ke rumah Rangga. Di samping masih ada Julian, Rangga juga tak mungkin mengizinkan masuk.'Tristan, kamu masih di sana?'"Maaf, untuk saat ini, Anda jangan

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Pembalasan Kecil

    Semua mata tertuju pada mereka. Vina malu bukan main. Rangga menggendongnya sampai meja makan di hadapan semua orang, bahkan ada orang tua Dion juga."Beruntung sekali Vina, Jeng, punya suami perhatian seperti Pak Rangga," bisik Ibu Dion."He he. Iya, dari dulu Nak Rangga memang memperhatikan kami dengan baik," balas Martha.Berbeda dari dua ibu-ibu yang senang melihat kemesraan Vina dan Rangga, di sisi lain, ada dua wanita yang menatap iri pada mereka. Nana dan Belinda hanya bisa mengelus dada melihat betapa bahagianya Vina memiliki Rangga. Mereka juga ingin memiliki lelaki yang memperhatikan mereka seperti Rangga.'Kapan Kak Dion bisa perhatian denganku seperti itu? Haruskah aku pura-pura sakit?' batin Nana seraya mencuri-curi pandang pada Dion."Makan yang benar, Nana. Makananmu ada di meja, bukan di mukanya Dion," gumam Barra."Tch, sudah berapa hari kamu membolos kerja, Rangga? Semakin lama, kamu makin mirip Dewa yang pemalas. Jangan mencontoh papamu yang tidak kompeten itu!" cer

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Jangan Berlebihan!

    Vina mengancingkan kemeja putih Rangga dengan gerakan sensual, lalu memakaikan jas biru tua. Tangannya mengusap dada suaminya begitu selesai. Namun, wajah suaminya masih murung."Aku tidak mau berangkat, Sayang." Rangga memeluk setengah mengangkat tubuh Vina."Di rumah ada banyak pengawal. Tidak akan terjadi sesuatu padaku, Mas. Lagi pula, Julian akan menikah, tidak mungkin kalau dia tahu-tahu datang ke sini dan menculik aku lagi," bujuk Vina.Pernikahan Belinda dan Julian hanya menghitung jam. Semua anggota keluarga yang ada di rumah mereka telah siap. Hanya Rangga yang bolak-balik ke kamar, membuka jas, lalu Vina memakaikan lagi."Cepat, Rangga! Kamu sedang enak-enakan dengan istrimu, hah?! Anakmu masih bayi!" seru Mahendra."Dengar itu, Mas! Kamu selalu seperti ini ... mereka pasti mengira kalau kita bermesraan sepanjang hari!" Vina mendorong suaminya keluar kamar."Mereka memang benar, lalu kenapa? Kamu yakin tidak mau ikut? Aku bisa menggendongmu dan Ravi sekaligus. Ditambah Rache

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Noda

    "Minggir, Lia!" Rangga mendorong kepala Lia sampai menjauhi dirinya.Lia menepis tangan Rangga dengan kasar. "Kapan menyusul Julian menikah kalau sikapmu kaku terus-terusan seperti ini?""Bukan urusanmu. Kapan kamu datang?" Rangga akhirnya dapat duduk di kursinya setelah berebut dengan Lia."Kemarin ... kamu tidak melihatku di pesta pernikahan Julian?" Lia berdecak-decak sambil berkacak pinggang. "Matamu sakit, ya? Ada perempuan secantik ini tidak terlihat?""Jangan-jangan, kamu memang berhubungan dengan Dion seperti gosip yang beredar?" tuduh Lia setelah menjeda lama."Astaga ... aku akan memesan kamar hotel. Kita ke sana setelah kamu selesai bekerja. Aku akan menunjukkan betapa nikmatnya tubuh wanita," lanjutnya.Rangga tak menggubris Lia dan kembali melanjutkan pekerjaaan. Sementara Lia tak berhenti bicara dan mengganggu Rangga.Lia bercerita panjang lebar tentang masa-masa indah mereka dahulu. Mengenang bagaimana kedekatan mereka tiada henti. "Mulutmu tidak lelah bicara terus sepe

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Orang Ketiga

    "Oh, ini tadi ada orang iseng yang tiba-tiba menubruk, Sayang." Rangga menjelaskan penuh perhatian. Lia memang sengaja menabrakkan diri dalam pelukan Rangga."Sudahlah. Aku lelah, Mas. Mau tidur dulu." Vina mendorong kasar dada Rangga.Rangga menghela napas panjang dan membiarkan istrinya kembali tidur. Besok Rangga akan menceritakan rencananya, sekaligus mengenalkan Lia kepada Vina.Vina pun tidur menunggu Rangga. Dia menangis tanpa suara agar Rangga tak mendengar. Betapa sakit hati Vina ketika tahu ada wanita yang menempel pada suaminya. Tak mungkin wanita itu tak sengaja memberikan bekas ciuman jika jaraknya dengan Rangga terlalu jauh! Bisa jadi, Rangga telah melakukan sesuatu di luar batas. Suaminya hanyalah pria normal biasa, kaya raya pula. Rangga bisa melakukan apa pun yang dia suka, bahkan mengganti istrinya, pikir Vina tak tenang.Vina tak menyangka jika Rangga tega mengkhianati dirinya. Bahkan, Rangga tak berusaha menjelaskan dan langsung tidur pulas setelah membersihkan di

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Salah Paham

    "S-selingkuh?" Bibir Lia sampai bergetar karena mendengar tuduhan Vina. "Siapa wanita ini? Kenapa kamu memanggilnya sayang-sayang begitu, Rangga?!"Lia kemudian membuka mata lebar. Dia teringat lagi jika Rangga mengaku telah menikah.Emosi Lia meletup-letup sampai naik ke ubun-ubun. Dia berjalan mendekat dengan langkah lebar ke arah Rangga. Sebuah pukulan mendarat di ulu hati Rangga dengan cepat."Urgh!" Rangga mengerang karena pukulan itu. Kekuatan Lia masih sama seperti dulu."Mas!" pekik Vina seraya melindungi Rangga di belakang badannya. "Jangan menyakiti suamiku! Pergi dari sini sekarang! Jangan mengganggu rumah tangga kami!""Tenang, Sayang ... jangan meneriaki wanita itu. Kamu bisa kena pukul." Rangga memeluk Vina dengan protektif sambil memegangi perutnya.Vina berusaha menjauhkan diri dari Rangga. Namun, dekapan Rangga selalu lebih kuat darinya."Minggir, Mas! Aku tidak mau dipegang tanganmu yang baru saja menyentuh wanita lain!" pekik Vina.Dewa bukannya mencegah keributan it

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Pengendali Keadaan

    Setelah diberi tahu lokasi keberadaan Julian sekarang, Rangga segera melesat menuju rumah Julian bersama Lia."Bodoh sekali istrimu. Mau-maunya menikah denganmu. Kalau aku jadi dia, lebih baik aku pergi membesarkan anakku sendiri daripada menikah dengan orang yang tidak tahu terima kasih pada kakak sepupunya," gerutu Lia.Sepanjang perjalanan, Lia terus menyalahkan Rangga karena tak memberi tahu situasi di kediaman Cakrawala. Lia tak habis pikir, kenapa orang-orang tak menganggap dirinya, padahal dia lebih dari mampu mengatasi semua masalah yang ada.Kalau bukan karena dirinya adalah seorang wanita, Lia yakin, Mahendra akan menyerahkan perusahaan padanya. Rangga terlalu kaku dan Julian terlalu baik meski hanya pura-pura.Lia bukannya tak tahu bagaimana sifat asli Julian. Dia hanya memaklumi jika Julian sering memaksa senyuman di depan orang lain.Akan tetapi, perbuatan Julian kali ini sudah sangat terlewat batas. Julian bahkan tega melukai Mahendra! Lia tak akan membiarkan itu.Dari po

Latest chapter

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Akhir

    Gaun keemasan membalut tubuh gadis itu, warna yang menjadi favoritnya sejak kecil. Dia melihat dirinya sendiri di depan cermin.Sempurna!Segala persiapan telah selesai. Gadis itu melangkah dengan percaya diri keluar dari ruang rias. Para pelayan menunduk hormat ketika gadis itu melewati mereka. Salah seorang pelayan memberikan buket bunga yang senada warna dengan gaun yang dikenakannya.“Selamat atas pernikahan Anda, Nona,” ujar pelayan itu.“Terima kasih.” Tak ada tanda-tanda kegugupan di wajahnya biarpun gadis itu baru pertama kali menikah. Kenapa harus gugup? Bukankah hari ini merupakan hari bahagianya? Dia hanya akan tersenyum ketika menyambut pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Pria yang sangat dicintainya dan harus menikah dengannya.Di arah yang berlawanan, Vina dan Belinda berjalan cepat ke arahnya. Mereka berdua memeluk dan mengucapkan selamat padanya.Vina yang sudah berdandan cantik dan berusaha tak menangis itu, tak dapat membendung air mata haru. Dia menangk

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Julian dan Belinda

    “Bukan begitu, Ma. Tadi, Mama dan Vina sedang seru bicara. Aku tidak enak mau memotong pembicaraan Mama dan Vina,” balas Belinda dengan suara lirih.Entah ke mana perginya Belinda yang selalu berani kepada semua orang? Ketika menghadapi mertuanya, Belinda merasa segan dan harus terlihat baik. Hingga dirinya tak sadar telah membuat kesalahan yang menyinggung ibu mertuanya.“Benar … sebentar lagi jam sarapan. Kita siap-siap dulu, yuk,” ajak vina sekaligus ingin menghentikan Dewi menegur Belinda.Vina memahami apa yang Belinda rasakan saat ini. Dewa juga sempat bercerita dengannya, tentang tangisan Belinda kemarin.Tak pernah Vina sangka bahwa dirinyalah yang membawa kesedihan di hati Belinda tanpa dia sendiri sadari. Namun, Vina juga tak mungkin tiba-tiba menjauhi Dewi atau tak mau bicara lagi dengannya.Alih-alih pergi bersama Belinda, Dewi justru mengajak Vina pergi ke dapur untuk melihat menu sarapan pagi ini. Vina ingin sekali menolak Dewi di saat Belinda masih dapat mendengar mereka

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Tidak Benci tapi Tidak Suka

    Julian tak terima jika istrinya dituduh sembarangan. Dia sudah bicara baik-baik dengan ibunya. Tetapi, Dewi malah berbalik memojokkan Belinda.“Terserah Mama saja. Bayangkan sendiri kalau Mama jadi Linda. Mama merasa tidak diterima keluarga Papa, lalu mertua Mama malah bersikap baik pada wanita lain.”“Itu tidak mungkin terjadi, Ian! Keluarga papamu sangat baik pada Mama,” sanggah Dewi.“Bukan itu intinya, Ma!”Julian membuang napas kasar. Tak ada gunanya bicara dengan ibunya. Dia lantas meninggalkan Dewi dan akan menghibur istrinya yang pasti masih murung karena merasa tak dianggap ibunya.Namun, di dalam kamarnya, Vina telah berhasil mencairkan suasana hingga Belinda terlihat mengulas senyuman tatkala mereka membicarakan anak-anak.Julian lantas tidur di sisi istrinya. Dia benar-benar lelah hingga kurang tidur karena menjaga Belinda dan bayinya dua puluh empat jam.Vina pun mengajak suaminya keluar kamar mereka setelah puas melihat keponakan barunya. Setelah Vina menutup pintu, dan b

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Menantu Pilihan

    “Astaga … kenapa kamu bicara seperti itu? Apa yang Mama katakan padamu?”Belinda menggeleng-gelengkan pelan kepalanya, kemudian mengambil Lilian yang berada dalam gendongan Dewa yang menunggu mereka di luar kamar. “Terima kasih, Om.”Dewa tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Dia lantas pergi menemui Dewi untuk menegurnya.“Di sini kamu rupanya.” Dewa duduk di bangku tempat Dewi sedang berdiri memandangi Vina. “Apa yang kamu katakan pada menantumu?”Dewi menoleh pada Dewa singkat. “Apa maksudmu? Aku jarang bicara dengannya. Hari ini pun aku tidak bicara dengannya.”Dewa melihat ke arah Dewi memandang. Dia tahu jika Dewi sedang mengamati Vina, tetapi Dewa kurang peka dengan situasi. Dia tak paham dengan apa yang kakaknya pikirkan. Kenapa Dewi terus-terusan menatap Vina? Apakah Dewi tak menyukai menantu Dewa itu?Dewa menepis pikiran buruknya. Dia kembali konsentrasi dengan masalah Belinda.“Belinda dulu memang sangat menyebalkan. Tetapi, sejak melahirkan Axel, Belinda berubah total

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Ibu Mertua

    “Aku harus menemani Belinda dan Lilian di sini. Ada banyak orang di rumah Rangga. Kenapa Axel harus dijemput segala?” protes Julian emosi.Dewi membuang napas kasar. “Tidak baik berhutang budi pada sepupumu. Kamu tidak malu karena minta tolong pada Rangga? Ada Tristan juga yang bisa kamu suruh menjaga Axel.”“Tristan tidak boleh terlalu dekat dengan Axel. Dia bisa tergoda merebut istri dan anakku!” Julian meninggikan suara karena nada bicara Dewi terkesan mengajarinya. Julian paling tak suka jika diperlakukan seolah dia tak bisa memutuskan segalanya sendirian.“Kalau istri dan anakmu juga mau bersama Tristan, berarti itu salah istrimu!” Dewi juga tak suka jika Julian bersikap kurang ajar padanya.“Kalian bisa berhenti berteriak tidak?! Kita sekarang sedang berada di rumah sakit!” Dan suara Lia yang paling keras di antara mereka.Dan benar saja, sesaat kemudian, seorang perawat menegur mereka. Perawat itu juga menyampaikan bahwa Belinda sudah bisa keluar dari rumah sakit besok karena ta

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Trauma

    Julian melihat ruangan putih di sekelilingnya. Apakah dia sedang bermimpi? Atau dirinya telah mati?Potongan-potongan ingatan meluncur cepat dalam benaknya. Mata Julian terbuka lebar.“Linda!” pekik Julian seraya bangun terduduk begitu mengingat kejadian terakhir yang dilihatnya.“Julian, kamu sudah bangun.” Vina menemani Julian di kursi samping ranjang. Di sudut ruangan, Rangga menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil menahan tawa. Bisa-bisanya Julian pingsan saat menemani Belinda melahirkan!“Bayiku kenapa, Vin?! Linda ada di mana?” Julian berusaha berdiri dengan kalap. “Ada air menyembur dan ….”Manik mata Julian bergerak-gerak tak beraturan. Dia mencoba mencari tahu arti tatapan Vina, tetapi kepanikan membuat Julian tak dapat berpikir jernih.“Kenapa hanya ada air yang keluar? Bayiku bagaimana? Apa Belinda keguguran?” Julian takut bukan main ketika bayangan air ketuban pecah tak hilang dari benaknya.“Tenang, Julian!” bentak Vina. “Linda masih di ruang persalinan. Kamu tungg

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Perjuangan Seorang Ibu

    Julian memandangi jendela besar di hadapannya. Rasanya, masih seperti kemarin ketika Julian dapat melihat pohon-pohon besar di hadapannya. Tetapi, kini pohon-pohon rindang itu tak lagi ada di sana.Seperempat area hutan yang cukup luas milik nenek Julian yang telah diwariskan pada orang tuanya, telah berganti dengan bangunan besar. Julian menjual pohon itu dan digunakan untuk memulai beberapa usaha baru, berhubungan dengan bidang kuliner yang digelutinya.Pabrik pertama yang dimiliki Julian ada di depan mata. Tanpa terasa, pabrik yang dibangun oleh Rangga dan dikelola olehnya telah berkembang pesat. Perusahaan yang dibangun Julian dari nol, kini dapat disandingkan dengan perusahaan Vina. Namun, mereka berdua tetap bersaing secara sehat. Bahkan, terkadang Vina dan Julian berkolaborasi dalam acara-acara besar.Julian telah mematahkan anggapan buruk orang-orang yang masih menganggap dirinya memiliki maksud tertentu. Dia pun tak lagi menggubris orang lain dan fokus pada keluarganya sendir

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Maaf

    Julian keluar kamar sambil bersiul-siul. Tepat satu bulan berlalu, pabrik cokelatnya telah selesai. Dia akan pergi mengecek pabrik cokelat karena hari esok, pabrik miliknya sudah mulai beroperasi."Papa, mau pergi ke mana hari Mingu? Aku mau ikut Papa," rengek Axel.Julian berhenti dan tersenyum manis pada anaknya. Tanpa banyak kata, dia menggendong Axel dalam pelukannya.Semakin hari, Axel kian bersikap seperti anak-anak seusianya. Axel pun lebih banyak mengungkap perasaannya. Walau terkadang, Axel masih suka murung dan berpikir sendirian. Tetapi, Axel tetap akan mengatakan apa yang dipikirkannya kepada Julian setelah selesai merenung.Julian mengatakan jika semua akan baik-baik saja meskipun anak itu mengeluh atau marah. Sang ayah menginginkan anak-anaknya mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup. Tak seperti Rangga ataupun dirinya."Pa, aku mengundang Kak Rachel dan Ravi ke sini nanti kalau cokelatnya sudah ada. Aku ingin membuat pesta dengan air mancur cokelat, Papa.""Iya,

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Para Pria Kesayangan Belinda

    "Mantan?" Belinda membuka lebar mulutnya. Jelas-jelas dia sudah menceritakan semua tentang masa lalunya dengan Bima. "Kami tidak pernah punya hubungan spesial apa pun, Sayang … aku hanya-""Siapa yang biang kamu punya hubungan spesial dengannya?" Julian semakin sinis menanggapi. "Oh … kamu sedang mengakui kalau kamu punya hubungan spesial dengan ... siapa tadi namanya? Bisma atau Bima? Atau malah dua-duanya?"Belinda bukannya ingin merayu Julian yang sedang cemburu, tetapi dia jadi kesal karena tuduhan Julian. Apalagi, Julian sangat pintar membolak-balik kata-kata untuk memojokkan dirinya."Ya sudah kalau tidak percaya, jangan pegang-pegang perutku!" Belinda menyentak tangan Julian. "Aku tidak mau anakku sampai mendengar kalau papanya menuduhku macam-macam. Kamu pikir, bayi di dalam kandunganku tidak bisa mendengar kata-kata kita?"Janu yang sedang menyopir dan sedari tadi mendengar perdebatan majikannya, hampir saja menyemburkan tawa. Buah hati mereka bahkan belum terlihat dalam kanto

DMCA.com Protection Status