Semua Bab Presdir Tampan Itu Ayah Anakku: Bab 161 - Bab 170

298 Bab

Iblis di Cakrawala

"Julian ...." Panggilan Vina tak ditanggapi Julian. Julian dan Tristan meninggalkan Vina dan Rangga, tanpa menoleh lagi ke belakang."Julian bilang apa, Mas?" Vina penasaran karena hanya mendengar bisikan samar Julian."Tidak ada yang penting," jawab Rangga sekenanya."Kamu juga ... kenapa menyeret asisten pribadi Julian segala? Jangan mudah curiga begitu, Mas," tegur Vina."Semua harus diselidiki sampai tuntus. Faktanya, Tristan memang berhubungan dengan Seno," kilah Rangga."Buktinya, mereka hanya saling mengenal 'kan? Sudahlah ... jangan berpikiran buruk kepada orang, terlebih pada sepupumu sendiri. Mas Rangga harus akur-akur dengan keluarga, dengan Kakek juga," omel Vina.Rangga tak ingin bertengkar karena masalah pria lain. Rangga masih mencurigai Julian, sedangkan Vina selalu memuji pria itu."Mas Rangga hanya cemburu karena Julian lebih dulu mendekati aku. Yang penting 'kan, aku tidak membalas perasaannya." Vina menepuk lengan Rangga dan menarik keluar.Rangga merangkul Vina sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-23
Baca selengkapnya

Dua Kutub

Setelah menidurkan Rachel, Rangga menemui Dion untuk membahas beberapa masalah mengenai sidang tadi. Rangga mencabut tuntutan kepada Ira atas permintaan Barra.Barra bukan khawatir pada Ira. Tetapi, sebagai ganti atas permintaan Barra agar Ira mau bercerai dengannya tanpa banyak drama.Lagi pula, Barra juga tahu, bukan Ira yang menjebak Rangga tiga tahun lalu. Hal tersebut sudah Barra sampaikan kepada Dion, yang kini telah disampaikan kepada Rangga."Anda yakin akan melepaskan Bu Ira?" tanya Dion sekali lagi. Sesungguhnya, Dion masih khawatir jika Ira akan menyuruh orang lain untuk menyakiti Nana. Dion hanya tak ingin Rangga kerepotan karena Vina pasti akan mencemaskan Nana.'Ya, hanya karena alasan itu.' Dion sangat yakin."Bu Ira memang tidak berhubungan dengan masalah kita. Pak Barra dan Nana juga tidak keberatan, asalkan Bu Ira berjanji tidak akan mengganggu mereka lagi," jawab Rangga.Rangga mengambil ponsel yang sejak tadi diabaikan. Dia ingin mencoba menghubungi Mahendra sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-23
Baca selengkapnya

Ditusuk dari Belakang

"Aku selalu membantu Rangga, bahkan aku sampai mengorbankan diriku. Tapi, apa yang aku dapat? Rangga malah menusukku dari belakang." Julian tersenyum sinis.Vina tak bisa menanggapi. Pikiran Vina membenarkan ucapan Julian. Tetapi, hati Vina tak mau menyalahkan suaminya sendiri.Semua orang punya sakitnya masing-masing. Vina tak bisa mengukur banyak atau sedikit rasa sakit mereka dari sudut pandangnya sendiri."Rangga menuduh Tristan agar dapat menjatuhkan aku. Karena Rangga tahu, aku tidak akan membiarkan Tristan jatuh ke dalam masalah." Julian menyeringai singkat. "Tristan satu-satunya orang yang menganggap aku sebagai keluarga.Kata-kata Julian cukup menusuk hati Vina. Setelah menikah dengan Rangga, Vina juga menganggap Julian sebagai keluarga. Julian ternyata tak merasa hal yang sebaliknya."Aku juga keluargamu," lirih Vina."Sebaiknya, kita tidak bicara atau bertemu berdua seperti ini lagi. Suamimu akan cemburu dan terus-terusan mencari kesalahanku," ucap Julian untuk yang terakhir
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Baca selengkapnya

Obat Spesial

"Urgh ...." Julian merintih sembari memegangi kepala belakang. Matanya masih terpejam erat merasakan nyeri di sekitar tengkuknya."Li ... an ...." Suara Mahendra tertahan di tenggorokan sehingga hanya terdengar seperti erangan.Julian membuka mata lebar tatkala mengingat kejadian sebelumnya. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan berhenti pada kakeknya.Dengan langkah sedikit terhuyung, Julian menuju ranjang Mahendra sambil menggeleng kasar untuk mengenyahkan rasa tak nyaman di kepala. Langkah Julian terhenti ketika pintu kamar dibuka."Pak Julian ... maafkan kelalaian saya. Seharusnya saya tahu ada yang janggal saat asisten pribadi Anda datang kemari. Pak Tristan yang membuat Pak Mahendra menjadi seperti sekarang," ujar Doni."Tristan? Apa yang Tristan lakukan? Jangan sembarangan menuduh orang, Pak Doni! Aku sangat mengenal Tristan! Dia tidak akan berani menyakiti Kakek!" teriak Julian tak terima."Tenang dulu, Pak. Saya akan menjelaskan pelan-pelan," ucap Doni halus."Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Baca selengkapnya

Jatuhnya sang Raja

"Bicara apa kamu? Masih kecil tidak boleh bilang begitu, Sayang." Rangga menaikkan Rachel di atas pangkuan dan mencium gemas pipinya."Aku juga ingin pakai gaun cepelti Bunda, Ayah." Rachel bicara dengan suara lirih, tak seperti biasanya."Rachel 'kan sudah punya gaun seperti Bunda." Rangga kembali mengecup dalam dan gemas pipi Rachel. "Besok Ayah belikan gaun yang banyak.""Anda ternyata sangat berbeda dari apa yang dikatakan orang-orang. Anda terlihat penyayang dan hangat," ucap Mark.Rangga mengangguk-angguk sambil tersenyum. Bukan menanggapi Mark, tetapi karena melihat reaksi Rachel yang baru kali ini Rangga lihat.Rachel memeluk Rangga sambil melirik-lirik ke arah Mark. Wajahnya malu-malu sampai terlihat rona merah di pipi. Nada bicara Rachel pun jadi lembut dan lirih."Pak Mark, waktu kita sudah habis," kata asisten pribadi Mark.Setelah Mark pergi, tim RnR masih tinggal di rumah Vina. Pak Barra dan Nana juga disuruh menginap karena sudah jam sepuluh malam. Hanya Melia yang meno
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Baca selengkapnya

Karma

Matahari menghilang di balik awan tebal dan gelap. Gerimis mulai membasahi bumi.Mahendra masih duduk di tepi jalan dengan kursi roda. Dia tak dapat bergerak ke mana-mana sehingga pakaiannya mulai basah, juga menggigil kedinginan karena angin yang semakin kencang.Selama hampir dua jam, tak ada satu pun kendaraan yang melintas di jalanan itu. Lokasi Mahendra saat ini memang terbilang cukup terpencil.Terdapat hutan cemara di kanan dan kiri jalan yang menghubungkan ke arah pegunungan.Setelah berkutat dengan tombol kontrol kursi roda, Mahendra akhirnya dapat menjalankan kursi roda tersebut. Mahendra mengarahkan tuas kendali dan roda pun mulai bergerak maju. Karena jalanan basah dan licin, Mahendra tetap kesulitan melintasi jalan. Mahendra tak menyerah. Dia harus tetap hidup untuk merebut kerajaannya kembali!"Ugh ... ugh ...." Hanya erangan yang terdengar ketika Mahendra membuka suara.Hujan semakin deras membasahi bumi. Begitu pula dengan badan Mahendra yang semakin basah kuyup dan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-25
Baca selengkapnya

Master Licik

"Merepotkan sekali!" Martha terus-terusan merutuk sambil mendorong kursi roda Mahendra."Aak ... au ... ian ...." Mahendra juga berusaha menanggapi biarpun tak ada yang mengerti apa yang ingin dia katakan."Diam saja kalau tidak bisa bicara! Berisik sekali!" bentak Martha.Sampailah Martha ke lantai teratas gedung RnR. Martha segera menghubungi Dewa supaya cepat-cepat mengurus ayahnya.Tak seperti Rangga ataupun Barra yang menjadi pemimpin pekerja keras, Dewa tipe pemimpin yang lebih suka menunggu hasil dari tim-tim profesional yang dia bayar mahal.Dewa lebih suka bersantai menikmati kerja kerasnya saat muda. Karena itu, waktu luang Dewa begitu banyak. Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit, Dewa sudah sampai di tempat Martha."Papa? Ada apa ini? Kenapa Papa pakai kursi roda?" Dewa menuntut penjelasan Martha."Tidak tahu ... dia juga tidak bisa bicara. Aku menemukannya di jalan tadi, sedang dilempari batu sama anak-anak kecil," ungkap Martha.Mahendra menunduk pura-pura tidur. Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-25
Baca selengkapnya

Melarikan Diri

"Kenapa pakai dikunci segala, sih, Mas? Tanganku pegal bawa nampan berat!" gerutu Vina sambil meletakkan makanan ringan dan minuman di meja dengan agak kasar."Maaf, Sayang. Tadi Dion yang mengunci pintu. Kebiasaan Dion memang begitu." Rangga menuding Dion agar Vina tak marah padanya.Dion ternganga tak percaya dan hanya dapat memprotes dalam hati, 'kenapa jadi aku lagi yang salah? Jahat sekali Pak Rangga! Padahal, dia sendiri yang mengunci pintu.'Rangga telah menutup ruangan rahasia sebelum Vina masuk. Dia sengaja merahasiakan dari Vina karena tak mau membuat istrinya khawatir.Vina pun bergabung duduk di ruangan kerja Rangga. Masih ada semua orang di sana, kecuali Siska yang memiliki banyak janji lain."Rachel sudah tidur? Kamu istirahat dulu, Mas masih ada kerjaan," usir Rangga halus."Rachel sudah tidur. Lagi pula, aku 'kan sekretaris kamu, Mas. Aku juga perlu tahu apa yang sedang kalian diskusikan. Masa sampai ditutup segala pintunya! Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-25
Baca selengkapnya

Tidak Penting

"Sial, kakiku lemas sekali. Setidaknya, gendong aku kalau ingin membawaku kembali." Julian berdecih.Sesaat kemudian, empat orang bawahan Tristan datang mengepung tempat itu. Julian tertawa terbahak-bahak sampai hampir terjatuh jika tangannya tak mencengkeram kemeja Tristan."Bawa dia," perintah Tristan kepada bawahannya.Dua orang bawahan Tristan memegangi lengan kanan dan kiri Julian. Mereka memasukkan Julian ke dalam salah satu mobil.Rombongan mobil itu meninggalkan tiga bawahan yang masih mengurus Yoga. Julian masih dapat melihat dua orang bawahan Tristan menggali lubang besar yang dia duga akan dijadikan tempat untuk mengubur Yoga."Yoga mengorbankan dirinya agar aku bisa melarikan diri dan kamu dengan mudah menangkapku." Julian tertawa tak percaya dan terus mengumpat sepanjang perjalanan.Mobil Tristan yang membawa Julian tak lagi terlihat. Dua orang yang sedang menggali lubang itu menghentikan aktivitas mereka. Membuang sekop ke permukaan tanah dan memanjat ke atas."Kenapa ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya

Presdir Labil

'Ke ruanganku sekarang,' perintah Rangga melalui interkom.Vina bergegas ke ruangan Rangga setelah menitipkan pekerjaan pada Rafael. Di kursi kebesarannya, Rangga tengah menyandarkan kepala di sandaran kursi sambil memejamkan mata."Kenapa, Mas ... eh, Pak?" Vina melupakan perannya sejenak ketika melihat wajah suaminya tampak pucat."Pijat kepalaku," titah Rangga.Vina mematuhi suami yang juga atasannya itu. Baru memijat sebentar, Rangga sudah berlari ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi dalam lambungnya.Dengan penuh perhatian, Vina memijat leher belakang Rangga. "Sudah diminum obat mualnya?" tanya Vina halus.Rangga menggeleng dan menepis halus tangan Vina dari lehernya. Lalu kembali muntah-muntah. "Huuuk ... keluar! Ini menjijikkan!" bentak Rangga."Tidak mau." Vina tetap memijat tengkuk Rangga. "Obatnya kamu taruh di mana, Mas?""Tidak perlu minum obat. Biar aku juga merasakan apa yang biasanya kamu rasakan," ucap Rangga dengan lemah sambil menyeka mulut dengan tisu."Sebent
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
30
DMCA.com Protection Status