"Vina," geram Rangga, "aku tidak setuju!"Vina mengangguk pada Rangga. Seolah-olah mengatakan jika semua akan baik-baik saja."Sungguh?" seru Nana senang."Iya. Cepatlah sembuh .... Aku akan menunggumu di rumah," kata Vina sambil menatap Nana dan Barra bergantian.Entah apa yang sedang Barra pikiran sampai matanya memerah menahan air mata agar tak keluar. Vina tak mau repot-repot mencari tahu."Kita perlu bicara, Vina." Rangga menarik Vina menjauh."Sabar, Mas." Vina menepuk-nepuk lengan Rangga. "Kami pulang dulu, ya."Vina, Rangga, dan Dewa diantar Barra sampai depan rumah sakit. "Terima kasih banyak ... Vina," ucap Barra sebelum mereka pulang.Tak bisa dipungkiri, Barra teramat bahagia ketika Vina masih menerima dirinya walaupun dia sempat berbuat kasar. Barra terpaksa melakukan itu karena Ira selalu memantau gerak-geriknya berpuluh-puluh tahun."Untungnya, Nana tak menuruni sifat licik ibunya," gumam Barra.Dengan permintaan Nana, Barra bisa sekaligus mendekati Martha dan Vina tanpa
Terakhir Diperbarui : 2023-07-10 Baca selengkapnya