Segera aku mengusap wajahku yang basah oleh air mata, lalu menjawab salam yang baru saja terlontar. Aku lihat sekarang suamiku malah menatap dengan sangat lekat ke arah pria bertubuh tegap yang sekarang sudah mendekat pada kami. Sekarang aku malah menjadi canggung saat berhadapan dengan Herlambang yang terlihat bersikap biasa. Semua karena tatapan Mas Mirza pada lelaki itu yang menjadi agak lain. Tapi ketika Herlambang akhirnya menyadari wajahku yang basah, kilat khawatir langsung terpancar di matanya. Meski lelaki itu tak menanyakan apapun, tapi tatapannya yang sangat dalam semakin lugas menegaskan tentang kecemasannya padaku. “Maaf, aku cuma ingin mengatakan kalau aku sudah menyelesaikan semua urusan administrasi, dan kata dokter kalau Pak Mirza akan dirawat sampai dua hari ke depan, tapi jika keadaan Pak Mirza sudah lebih baik kemungkinan dapat pulang lebih awal.”
Baca selengkapnya