All Chapters of Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya: Chapter 81 - Chapter 90

140 Chapters

Kamu Hebat, Kamu Kuat

Flashback On."Dena, cepatlah! Kau membuatku terlambat!" Teriakan yang sama selalu terdengar setiap pagi. Dean yang selalu on time, kerap kali bertengkar dengan Adena yang lelet dan suka mengulur-ulur waktu. "Dena! Aku ada kelas praktek pagi ini!""Dean, berangkatlah dulu dengan Daddy-mu. Adikmu pasti masih--""I'm coming!!" lengkingan suara Adena membuat semua mata yang berada di meja makan sontak tertuju ke arah tangga. Adena muncul sembari membetulkan tali dasi seragamnya dengan terbirit-birit. Meskipun masih duduk di Elementary School, tubuh Adena yang tinggi hampir menyamai tinggi sang mommy."Bonjour, Mom!" sapa Dena sembari mengecup pipi Serena, mommy-nya, dan berganti mengecup pipi Tristan, sang daddy. "Bonjour, Dad!" Dean menggeram kesal, ia memperhatikan tingkah sang adik yang selalu menguras emosinya setiap pagi."Bawa saja sarapanmu! Kita makan di mobil!" perintah Dean sembari bangkit dari kursinya. "Kak, tunggulah 5 menit lagi.""Tidak mau! Kau sudah banyak membuang
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

Nightmare

"Anak bodoh, cepat berikan uangmu!" "Kau dengar apa yang aku katakan? Apa kau tuli? Dasar, Brengsek! Enyah kau dari hadapanku!!" "Hei, bodoh. Cepat cari uang sana, aku lapar!""Sebastian! Dasar, Brengsek! Apa kau mencuri uangku?" "Sebastian!!" "Tidak, jangan pukul aku. Ampun!""Sebastian!!" "Ampuni aku, jangan pukul aku lagi." "Sebastian!!""Ivan!" "Ampun, Dad. Ampun!" "Ivan!! Buka matamu!" Wajah Adena yang nampak panik tertangkap oleh netra Ivan tepat di saat ia membuka mata. Oh, God! "Kau mimpi buruk, ya?" tanya Dena sembari mengawasi Ivan yang lantas beringsut duduk dan mengusap keningnya yang basah. "Apa sangat menakutkan sampai kau teriak-teriak seperti itu?" Ivan menggelengkan kepalanya, ia melirik Adena yang masih menelisik wajahnya yang pasti pucat pasi sekarang."Kembalilah tidur, Nona. Maaf sudah membuat Anda terkejut," ucap Ivan salah tingkah.Tak ingin Adena bertanya macam-macam, Ivan lantas bangkit dan berlalu ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sial sekali, kena
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Act of Service

"Aku masih ingin di sini, Ivan. Bolehkah jika kita tidak kembali ke Jeju?" Gerakan tangan Ivan yang tengah melipat selimut tebal sontak terhenti. Ia memperhatikan mimik wajah Adena yang nampak sendu memandangi ponselnya. "Apa anda takut Tuan Dean akan marah?" tebak Ivan seraya melanjutkan kegiatannya. Dengan tak bersemangat, Adena menggelengkan kepalanya. "Bukan itu. Aku hanya tidak siap bertemu Harvey." Setelah Ivan menyelesaikan beberesnya, ia lantas mendekat ke ranjang dan duduk di samping Adena."Anda harus menyelesaikan apa yang sudah anda mulai, Nona." Ivan memandangi wajah cantik majikannya, mungkin ini akan menjadi kesempatan terakhir untuknya menikmati paras sempurna Adena. "Aku tahu. Tapi aku takut, Ivan. Tidak bisakah kita tetap di sini saja? Aku janji, aku tidak akan merepotkanmu, Ivan! Aku akan jadi gadis yang penurut," rengek Dena memohon. "Bawa aku pergi yang jauh, Ivan. Aku tidak mau kembali ke Jeju." "Apakah anda siap hidup serba kekurangan? Apakah anda siap kel
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Yes, I will!!

Sejak makan malam di restoran hotel dua hari yang lalu, Harvey sempat menaruh curiga pada sikap Ivan yang sangat overprotektif pada Adena. Sebagai asisten Sean, harusnya Ivan lebih mementingkan Sean dibanding Dena. Nyatanya, sikap dan cara pria itu menatap Adena, entah mengapa membuat Harvey bertanya-tanya. Dan, setelah dengan lancangnya Ivan menawarkan diri untuk menggendong Adena hingga ke puncak, pertanyaan-pertanyaan Harvey seolah mendapat jawaban. Padahal, jelas-jelas Harvey bisa melakukan hal itu, akan tetapi Ivan malah merendahkan dirinya dengan tak menghargai status Harvey sebagai kekasih Adena. "Saya akan menggendong anda sampai ke puncak." Ivan sudah sepenuhnya berjongkok dan berada di tengah-tengah Adena dan Harvey. Sebelum kemudian Harvey menarik lengan asisten kurang ajar itu dan melayangkan bogem mentah tepat di rahang kanannya. Sontak Ivan pun terjengkang dengan bibir berdarah. "Apa kau buta? Ada aku di sini dan kau dengan lancangnya menawarkan diri untuk menggendo
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Karyawan Emas Nona Adena

Dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Semua orang yang berada di pesawat membawa kenangan yang indah selama di berlibur Korea. Sean dan Rhein, untuk pertama kalinya berpelesir ke luar negeri sebagai pasangan yang sesungguhnya. Adena dan Harvey, juga untuk pertama kalinya liburan berdua. Hanya Ivan yang memiliki kenangan buruk, bahkan mungkin tak layak untuk dikenang. Selama di pesawat, semua penumpang tidur dengan lelap karena perjalanan berlangsung di malam hari. Adena masih belum mengabari Sean dan Rhein terkait lamaran Harvey yang sudah ia terima. Cincin bertahtakan permata tersemat di jari manis Adena sejak Harvey melamarnya. Sementara semua telah terlelap dengan pasangan masing-masing, Ivan justru gelisah dan berkali-kali terbangun dari tidurnya. Ia sengaja duduk di kursi yang jauh dari Harvey dan Adena karena tak ingin terganggu oleh kemesraan mereka berdua. Untuk menutupi bibirnya yang masih bengkak dan luka, Ivan mengenakan masker sejak cek out dari hotel. Ia beralasan se
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

Tamu Mengejutkan

"Sean, bangun. Kita harus berangkat ke kantor!" Suara lembut Rhein membuat Sean membuka matanya dengan sangat terpaksa. Kelopak matanya yang terasa berat, juga rasa kantuk yang masih tak tertahankan, membuat Sean memejamkan matanya kembali. "Berangkatlah dulu, Rhein. Aku masih ngantuk!" putus sembari Sean menarik selimutnya hingga menutupi kepala. "Baiklah. Kalau begitu aku berangkat duluan, ya? Jangan lupa sarapan sebelum pergi. Aku sudah membuatkan telur omelet untukmu di meja!" pamit Rhein sembari membuka selimut suaminya secara paksa dan mengecup mesra keningnya. Sean hanya berdeham menanggapi kecerewetan istrinya. Jet lag membuatnya susah mengatur kembali jadwal tidur. Padahal seharusnya tidurnya sudah sangat cukup mengingat selama di pesawat, Sean lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tidur."Hati-hati, Rhein!" pesan Sean dengan suaranya yang masih serak dan lemas. Di bawah, Rhein disambut oleh Ivan yang telah menunggunya untuk berangkat ke kantor. Beberapa kardus oleh-
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

Aku Tidak Butuh Seorang Papi!

Sejak sosok yang ia panggil sebagai Papi itu pergi, hidup Rhein tak pernah lagi sama. Senyuman dan tawa sang mami yang selalu Rhein lihat setiap pagi, tak pernah lagi muncul. Ada sesuatu yang tak Rhein pahami kala itu, untuk anak kecil seusianya.Di saat anak-anak lain pergi jalan-jalan bersama orang tuanya di kala weekend, Rhein malah sibuk dengan segala macam les yang ia tekuni. Ketika teman-temannya bisa naik sepeda karena setiap sore dibimbing oleh ayahnya, Rhein mencoba belajar naik sepeda seorang sendiri, terjatuh dan mengobati luka di lututnya seorang diri. Setiap ulang tahunnya tiba, Rhein selalu berharap papinya datang dan tinggal bersama seperti dulu. Nyatanya, diusia 15 tahun Rhein baru sadar, papi yang ia tunggu tak akan pernah kembali karena telah memiliki keluarga baru di London. Dan, sekarang setelah semuanya berlalu puluhan tahun, pria itu tiba-tiba kembali dan meminta Rhein memanggilnya sebagai papi. Masih pantaskah dia disebut demikian setelah mencampakkan anak dan
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

Si Kerdil Ivan

"Halo." "Ivan, di mana kau? Kenapa lama sekali!" Suara yang terdengar sangat jengkel itu membuat Ivan tersenyum kecil. "Masih di rumah orang tua Nona Rhein. Tunggulah sebentar lagi, Nona." "Tidak mau! Kalau kau tidak datang dalam waktu setengah jam, aku akan berangkat sendiri!" potong Adena ketus sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon mereka. Sambil tersenyum samar, Ivan memasukkan ponselnya ke saku celana. Ia lantas memberanikan diri mengetuk pintu rumah Rhein untuk berpamitan. Beruntung Rhein mengijinkan Ivan untuk pergi, jadi dia segera menjemput Dena dan menemani majikannya yang satu lagi. Di dalam mobil yang melaju santai, Adena yang biasanya selalu duduk di kursi depan jika Ivan yang menyetir, kini memilih untuk duduk di kursi belakang. Meskipun merasa janggal, akan tetapi Ivan berusaha untuk tak mempermasalahkan hal itu, ia harus terbiasa diperlakukan sebagai mana mestinya. Tiba di restoran di mana Ivan telah mengatur pertemuan dengan pihak EO, Dena lebih dulu ke
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

Mr. Clayton

Tidur nyenyak Sean terganggu ketika ponselnya tiada berhenti bergetar di meja nakas. Dengan sangat terpaksa, ia pun berguling ke pinggiran ranjang dan meraba gawai miliknya di meja. Saat benda pipih yang masih bergetar itu tertangkap oleh tangannya, Sean pun membaca nama yang muncul di layar dengan pandangan yang masih mengabur. Tak ada nama yang muncul, hanya sebaris nomor asing yang belum tersimpan. Tak berniat untuk mengangkat telepon dari orang asing, Sean pun melempar ponselnya ke sisi ranjang yang kosong. Pandangannya lantas tertuju pada jam di dinding, sudah jam 11 siang. Baiknya ia bersiap-siap ke kantor karena ada banyak tugas yang harus ia selesaikan. Karena Ivan tak bisa lagi mengawalnya 24 jam, terpaksa Sean harus membiasakan diri melakukan segalanya seorang diri. Meskipun terkadang Ivan masih mengatur jadwal hariannya, akan tetapi Sean tetap merasa ada yang kurang tanpa asistennya itu. Tiba di kantor pusat Valier Corp. Hal yang pertama kali Sean lakukan adalah mendeng
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

Yang Kau Sembunyikan Dariku

Setiba di rumah Veronica, Sean disambut dengan hangat oleh mama mertuanya. Sekian lama tak mengobrol, membuat keduanya tak sadar jika malam semakin larut. Tak ada pembahasan tentang Clayton, padahal itulah yang Sean tunggu sedari tadi. Veronica dan Rhein seakan merahasiakan kedatangan pria itu dari Sean.Hingga pasutri itu sampai di penthouse, Rhein masih bungkam dan tak sekalipun membicarakan tentang pertemuan antara dia dan pria itu. Namun, dari sorot pandangan Rhein yang terkadang kosong, Sean yakin bila istrinya itu menyimpan sesuatu di dalam hatinya. "Kamu belum tidur?" Rhein memperhatikan Sean yang masih termenung menatap langit-langit kamar mereka berdua. Jarum jam sudah menunjuk angka 12 malam, akan tetapi Sean belum mengantuk. Mungkin karena seharian tadi ia sudah cukup tidur. "Belum mengantuk." Sean menyahut singkat sembari memutar tubuhnya menghadap ke sisi Rhein. "Apakah harimu menyenangkan hari ini?" tanyanya mencoba memancing. Bola mata Rhein sontak terlihat bergera
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status