All Chapters of Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya: Chapter 91 - Chapter 100

140 Chapters

Cita-Cita Masa Kecil

Rhein tahu dengan sangat jelas bila Ivan berdusta ketika mengakui perasaannya untuk Adena. Dari sorot matanya yang mendadak mendung kala mengucapkan kata 'Tidak', Rhein yakin seyakin yakinnya bila Ivan telah jatuh hati pada adik iparnya itu. Asisten suaminya itu langsung pergi setelah menurunkan Rhein di kantor. Ia kembali menuju Mansion untuk menjemput majikannya yang manja.Sementara itu, Rhein baru saja sampai di ruangannya ketika ponselnya berdering di dalam tas. Membaca sebaris nama yang muncul di layar membuat senyumnya merekah lebar. "Halo, Ralp! I miss you!!" ..Kembali ke Mansion, Adena langsung masuk ke dalam mobil setelah Ivan tiba. Kebiasaannya telah berubah, Dena kini terlihat lebih nyaman duduk di kursi belakang. "Kita langsung ke butik desainer langgananku, Ivan," titah Adena sembari tak lepas memandangi ponselnya. Ivan mengangguk samar, ia sempat melirik Adena sekilas dari kaca spion sebelum kemudian melaju pergi. Tiba di butik, tadinya Ivan ingin menunggu di
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

Masa Lalu Ivan

"Sebastian!" Suara parau yang diselingi batuk sesekali itu memanggil dengan lemah. Sebastian Ivanders, adalah nama yang tersemat pada bocah berusia 10 tahun itu. Di keseharian hidupnya, tak ada yang lebih menyenangkan selain tidur dengan nyenyak. "Sebastian!" Panggilan lirih itu terdengar lagi dan membuat bocah kecil yang tengah tidur di bawah ranjang ibunya lantas membuka mata dengan cepat. "Ya, Mum!" Ivan sontak bangkit tanpa mempedulikan rasa pening yang mengganyang kepalanya. "Tolong ambilkan minum." Wanita yang sejak tadi terus menerus batuk itu menunjukkan gelasnya yang telah kosong. Dengan sigap, Ivan kecil pun berdiri sambil menenteng gelas menuju dapur. Ia segera kembali ke kamar sempit ibunya setelah mengisi gelas kosong itu hingga penuh. Dengan sangat hati-hati, Ivan lantas membantu ibunya duduk dan meminum air untuk meredakan batuknya. "Terima kasih, Nak. Segeralah mandi dan pergi sekolah." "Baik, Mum.“ Ivan tak pernah membantah, ia selalu menuruti apapun perkataa
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

Posesif

[Sean, aku pulang terlambat. Aku akan bertemu Ralp sepulang dari kantor. Sampai jumpa nanti malam di rumah!] Barisan kata yang baru saja Sean baca, membuat sekujur tubuhnya meremang. Enak saja memutuskan pergi tanpa terlebih dahulu meminta ijin, memangnya Sean suami macam apa? Kemarin juga Rhein tiba-tiba berada di rumah Veronica tanpa ijin terlebih dahulu. Tak jadi soal ke manapun Rhein pergi, Sean pasti akan mengijinkan. Hanya saja memutuskan tanpa lebih dulu bertanya, membuat Sean merasa tak dihargai sebagai suaminya. Dengan kecepatan jari Thanos, Sean pun membalas pesan Rhein. [Kalian akan bertemu di mana? Aku akan menyusul setelah urusanku selesai.] Sean lantas menyeringai puas setelah pesan tersebut telah berhasil terkirim. Sejak semalam hingga pagi tadi, Sean sengaja menunggu Rhein bercerita tentang pertemuannya dengan pria itu. Namun, Rhein malah bertingkah seolah tak terjadi apapun. Apakah Sean tak cukup meyakinkan untuk dijadikan teman berbagi? Bisa jadi pertemuan Rhein
last updateLast Updated : 2023-08-26
Read more

Kecewa Tingkat Dewa

Memasuki usia kandungan 9 minggu, Rhein yang tadinya selalu segar bugar dan sanggup melahap apapun, mulai merasa mual setiap kali mengendus aroma menyengat yang tidak ia sukai. Hal ini bermula ketika Sean menyemprotkan parfum tadi pagi. Mendadak kepala Rhein terasa pening dan berputar-putar. Padahal dulunya, Rhein sangat menyukai aroma parfum Sean. Bahkan, Rhein menjadi candu saat parfum itu bercampur dengan keringat.Entahlah, Rhein mendadak bingung dengan perubahan di tubuhnya sendiri. Padahal, pagi ini Rhein berencana memberi tahu Sean tentang kehamilannya, akan tetapi berdekatan dengan Sean justru membuatnya mual karena wangi parfum yang semerbak menusuk indranya. Alhasil, Rhein berangkat ke kantor tanpa sempat mengobrol dan sarapan bersama suaminya. Ia bergegas pergi dengan alasan harus meeting pagi. Saat Ralp mengajak bertemu petang nanti, pening di kepala Rhein mendadak lenyap. Sejenak, ia lupa pada aroma parfum Sean yang seakan melekat di dalam hidungnya. Rhein tak sabar ing
last updateLast Updated : 2023-08-26
Read more

Aku Tak Sepenting Itu

Rhein tiba di penthouse satu jam setelah Sean naik ke atas tempat tidur. Ia menemukan suaminya sudah terlelap ketika baru saja memasuki kamar mereka. Tak ingin menggangu istirahat Sean, akhirnya Rhein memilih mandi dan berendam di bathtub untuk meredakan stress dan rasa lelahnya setelah seharian beraktifitas. Saat jarum jam menunjuk angka 11, barulah Rhein ikut berbaring di samping Sean yang kali ini tidur memunggunginya. Sambil memperhatikan punggung bidang suaminya yang bergerak setiap kali Sean bernapas, Rhein mengusap air matanya yang menetes secara tiba-tiba. Rhein merasa bersalah, Sean memang pantas menghukumnya. Dulu, ketika Rhein menangis seperti saat ini, Sean pasti akan terbangun dan memeluknya. Namun, ketika sekarang melihat Sean begitu damai dalam lelapnya, entah mengapa malah membuat Rhein semakin terluka. Ia merindukan sosok Sean yang selalu bucin. Entah berapa lama Rhein menangis, ia pun akhirnya tertidur dengan mata yang masih basah. Terlampau lelah secara fisik da
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Pikirkan Baik-Baik

Pikiran yang kalut sedari pagi, membuat Sean senewen seharian. Alhasil beberapa staf yang tak bersalah jadi terkena imbas dari emosinya yang tak terlampiaskan. Kesalahan sekecil debu, mampu memicu kemarahan yang meledak-ledak. Ketika Adena tiba di kantor pusat Valier. Corp, seorang Office Boy tengah mengepel lantai di depan pintu ruangan Sean. "Apa kakakku ada di dalam?" tanya Dena sembari menunjuk pintu dengan jemari lentiknya. OB tersebut mengangguk, ia lekas membereskan alat pel dan ember yang ia bawa agar Adena bisa lewat. "Silahkan masuk, Nona," sambutnya dengan sopan. Dengan gaya anggunnya, Dena melangkah masuk setelah OB tadi membukakan pintu ruangan Sean untuknya. Sesampainya di dalam, Adena menemukan Sean tengah tiduran di sofa sembari menyilangkan kedua lengannya di dada. Suara langkah kaki yang berhenti tepat di depannya, membuat Sean penasaran untuk mengintip melalui salah satu matanya. Sosok Adena yang tengah memperhatikan dirinya, mau tak mau membuat Sean bangkit
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Tidak Ada Maaf Untukmu

"Aku tidak akan datang ke Indonesia lagi sebelum Ivan menikah."Perkataan Adena terus saja terngiang di telinga Ivan selama seharian.Menikah?Bahkan untuk mengenal wanita saja Ivan merasa tak cukup percaya diri. Jangankan menikah dan berkencan dengan wanita, berteman dengan orang selain Sean saja Ivan tak pernah berani. Seluruh hidupnya ia habiskan untuk mengabdi pada keluarga Chevalier yang telah memungutnya. Hingga tak ada sedikitpun ruang tersisa untuk mengenal orang lain, selain mereka yang berada di lingkungan Chevalier.Apakah Ivan harus menikah agar Adena bisa melupakan cintanya? Apakah Ivan harus mencoba berkencan agar setidaknya Adena mampu memantapkan hatinya pada pria itu? Suara ketukan di kaca jendela mobil membuat Ivan tersentak dari lamunan. Ia menoleh dan mendapati Rhein sudah berada di luar. Dengan gesit, Ivan melepas seatbelt-nya dan berhambur keluar dari mobil. Hari ini ia tak ada tugas dari Adena, jadi Ivan lebih banyak standby di kantor Rhein. Tadi ia menyempat
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Luka Masa Kecil

"Lepasin aku, Sean! Kamu menyakiti tanganku!" teriak Rhein ketika Sean masih saja menggandeng tangannya. Sean pun kemudian melepas cekalannya, ia lantas memperhatikan Rhein yang mencebik saat melihat pergelangan tangannya memerah. "Maaf," sesal Sean merasa bersalah karena telah menyakiti Rhein."Aku takut kamu kabur lagi seperti dulu." "Kamu pikir aku bocah kecil!" dengus Rhein kesal. "Tapi kamu pernah kabur dan lari saat itu, apa kamu lupa?" Sean beringsut duduk di sofa dan menepuk sisi yang kosong agar Rhein duduk di sampingnya. "Kemarilah.""Aku nggak mau! Aku mau mandi dulu, badanku gerah!" "Oke, aku ikut." "Nggak!" Rhein berbalik dan melotot pada Sean yang hendak berdiri. "Jangan berani menyentuhku sebelum masalah kita selesai!" ancamnya ketus. Tak ingin masalah menjadi semakin runyam, Sean pun mengangguk dan kembali duduk. "Baiklah, mandilah dulu dan segeralah kembali ke sini."Beruntung sekali, tadi Sean datang diwaktu yang tepat. Semua berkat Ivan yang tanggap menghubun
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Terpaksa Bersandiwara

Di lain tempat, Ivan masih mengikuti langkah Celia menyusuri mall demi mall. Tanpa dijelaskan, Ivan tahu bila tugas ini hanyalah taktik agar Rhein bisa bebas tanpa pengawasan Ivan. Beruntungnya tadi ia sempat mengirim pesan pada Sean. "Ivan, apa kamu nggak lapar?" Celia berbalik badan mengawasi Ivan yang melangkah perlahan di belakangnya. "Tidak." Ivan menggeleng dengan malas. "Kita tinggal mengecek mall ini saja, bukan? Jadi segera selesaikan agar kita bisa segera pulang!" Sambil berbalik badan, Celia memutar bola matanya dengan dongkol. Seandainya boleh memberi nilai dalam hal akhlak, mungkin nilai 4 adalah angka yang cocok untuk Ivan. Tampan tapi tak sopan dan menyebalkan, apa hebatnya? Lima belas menit kemudian, setelah mengecek display dan juga kerapian store, Celia dan Ivan bergegas keluar dari toko bernuansa serba pink dan hitam itu. Masih menjaga jarak, Ivan terus mengikuti langkah Celia yang kemudian berhenti di sebuah restoran Jepang. "Mau makan di sini? Biar aku yang t
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Menghilang

Sesuai permintaan Adena, taman kolam renang telah disulap sedemikian apik. Jembatan yang melintang di tengah kolam, telah terpasang sejak pagi. Saat Ivan selesai berolahraga tadi, ia sengaja memantau pekerjaan kru dekorasi yang cakap dan tanggap. Semalaman, Ivan tak bisa tidur gara-gara perkataan Celia yang ceplas-ceplos. Dengan mudahnya perempuan itu menawarkan diri menjadi kekasih, padahal mereka baru saja kenal tanpa pernah akrab sebelumnya. Hanya karena Ivan bersandiwara di depan Adena, bukan berarti ia benar-benar akan menjadikan Celia sebagai kekasih. "Ivan, apa kau melihat Adena?" Suara yang memanggilnya dari arah belakang membuat Ivan menoleh dengan gesit. "Nona Dena sepertinya belum bangun, Nyonya." Nyonya Chevalier menggeleng. "Dia bahkan tidak pulang semalam! Nomornya juga tidak aktif," rutuknya gemas. Sekujur tubuh Ivan meremang seketika, keningnya mengernyit dengan bingung. Tidak pulang? Tumben sekali!"Apa dia tak menghubungimu sama sekali?" selidik Nyonya Chevali
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status