“Tira!” panggil Zafran dengan wajah memohon. Bukannya Zafran plinplan akan perasaannya, namun ia pun sudah mengenal watak ibunya yang selalu bicara sesuai fakta, baik itu yang enak ataupun menyakitkan. Apalagi melihat keyakinan di mata ibunya, lelaki itu memilih untuk percaya. Lagipula, ibunya tak pernah melakukan kekerasan fisik. Ia hanya ingin ibu dan istrinya kelak akur, bahkan menjadi bestie sebagai sesama perempuan.Lain di otak Zafran, lain pula di otak Atira. Wanita itu melirik tajam Zafran. Ia benar-benar tak percaya jika lelaki yang berkata begitu mencintainya, ketika dihadapkan dengan masalah seperti ini saja langsung berubah haluan. Kalau saja ibunya Zafran itu sebaik bu Asih, tentunya ia akan sangat bahagia. Ah, mengingat bu Asih, Atira jadi teringat dengan keadaan mereka yang di rumah. Ada bu Asih, bu Retno dan kedua jagoannya yaitu Davin dan Daffa. Ia jadi benar-benar rindu pulang. “Terserah kamu Zaf! Aku lelah, mau pulang,” keluh Atira dengan wajah yang memang te
Baca selengkapnya