“Bu!” Atira semakin erat memeluk bu Asih. Ia pun berpikir mengapa sampai hati Bayu berbuat demikian. Ia merasa jika selama ini ia belum mengenal Bayu dengan baik. Namun, ia tak boleh meledak-ledak, ia harus membuat bu Asih tak terpuruk lagi. Nyatanya, bu Asih lebih berat dalam berpikir daripada dirinya. Ia yang memang ditempa hidup sendiri sekian lama, nyatanya ia lebih kuat. “Bu, siapa yang bilang kalau mas Bayu yang mengirimkan pizza itu?” tanya Atira dengan mata menelisik. “Semua memang dugaan Ibu, Bayu terus menunggu kamu di luar sampai akhirnya kamu kembali. Bahkan, saat kamu terdengar berbincang di Koridor dengan Zafran, ibu intip Bayu masih ada di depan rumah. Kamu enggak bertemu Bayu?” tanya bu Asih yang otomatis membuat Atira menggelengkan kepalanya. “Betulan, kamu enggak ketemu Bayu?” tanya bu Asih meyakinkan. “Enggak, Bu. Aku enggak ketemu mas Bayu. Yang aku baru tahu, Zafran memiliki unit apartemen tepat di depan kita. Nomer 1405,” ucap Atira yang membuat bu Asih mangg
Baca selengkapnya