Semua Bab Bukan Perawan Kegatalan: Bab 71 - Bab 80

120 Bab

71. Kejam

Happy Reading*****Tepat pukul dua belas siang, Dirga pergi rumah sakit. Bertemu dengan dokter Yasin dan mengambil laporannya."Ada apa dengan makanan itu, Yas?" tanya Dirga tak sabar. Belum juga dirinya duduk, tetapi pertanyaan itu sudah muncul."Kamu benar, dalam kue kering itu ada kandungan arsenik yang bisa menyebabkan calon istrimu. Makanya, dia muntah-muntah waktu mengkonsumsinya. Jumlahnya kecil, tapi jika sampai menghabiskan satu toples ini, tentu nyawa taruhannya. Dari mana dia membeli kue ini. Kamu bisa menuntut pada pembuatnya."Reaksi Dirga sangat dingin. Dia bahkan tidak berkata apa pun. Segera pamit setelah mendapat semua bukti laporan racun yang ada dalam makanan itu. "Terima kasih, Yas. Aku akan menuntut pembuat kue ini," katanya sedikit berbohong.Mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rat, Dirga banyak mendapat klakson dari pengendara lain karena sikap ugal-ugalannya. Lelaki itu tidak peduli. Dia, hanya ingin cepat sampai di restoran.Baru memarkirkan kend
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-12
Baca selengkapnya

72. Curiga

Happy Reading*****Tampak sekali kemarahan pada Dirga, Lingga tidak pernah mendapati wajah putra sulungnya yang seperti itu. Bahkan ketika dulu, dia marah dengan keputusan bundanya supaya mengurus garment. Kali ini, kemarahan itu seperti terlihat berkali-kali lipat."Sebenarnya, kue itu punya siapa sampai Bapak tidak boleh mencicipinya."Diam beberapa saat, Dirga seperti menimbang-nimbang. Apakah akan menceritakan yang sebenarnya atau tidak dan keputusan terakhirnya adalah dia tidak akan bercerita masalah racun yang ada dalam kue tersebut."Buat Hanum, Pak. Masak buat calon menantu, Bapak mau incip." Seketika, raut muka Dirga berubah. Lingga maki mengerutkan kening."Bapak ambil satu saja masak tidak boleh, Ga. Tidak akan terlihat berkurang kalau cuma diambil satu," kata Lingga masih kekeh ingin mencicipi kue tersebut."Nanti, Dirga pesankan lagi. Jangan yang ini," kata Dirga. Lelaki itu kemudian kembali ke kursinya dengan membawa kue serta map penting tadi. "Oh, ya, Pak. Tamunya sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-12
Baca selengkapnya

73. Mencari Kebenaran

Happy Reading*****"Apa yang kalian tuduhkan pada mamaku?" tanya Aryan yang baru saja bergabung dengan mereka semua."Bagus, si paling licik juga ada di sini," kata Kaisar, "apa kamu juga ikut merencanakan meracuni Hanum supaya hak asuh Azri jatuh ke tanganmu? Masih saja licik, ya?"Terang saja, wajah Aryan memerah marah. Sungguh, tidak ada unsur seperti yang disebutkan Kaisar tadi dalam dirinya. Bola mata Arya bergerak-gerak. Menatap Septi, lalu Hanum dan kemudian semua orang yang ada di sana."Aku memang licik, tapi tidak sekalipun berniat untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan meracuninya. Kalian salah menuduh kami," jawab Aryan tenang. "Biarlah pihak berwajib yang menyelesaikan masalah ini," kata Dirga, "maaf, Bu. Jika Dirga terpaksa melibatkan pihak berwajib untuk menyelesaikan masalah ini. Dirga tidak ingin nyawa Hanum melayang seperti bunda.""Apa maksudmu, Ga?" Aryan makin tidak mengerti dengan perkataan saudaranya."Tanya pada Ibu, Ar. Dia juga sempat memberikan kue kes
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-13
Baca selengkapnya

74. Hak Asuh

Happy Reading*****"Kematian istri tersayangmu," kata Septi dengan apa kecemburuan di matanya."Kok bisa? Bukannya dia meninggal karena sakit?" Lingga masih mengejar jawaban dari istrinya yang akan melangkah pergi dari ruangan tersebut."Ada yang meracuninya lewat kue kering. Kue yang sama Papa makan itu," tunjuk Septi dengan matanya. "Sekarang katakan Papa beli di mana kue itu?""Ya, beli di langganan Rahmi," sahut Lingga, acuh. Bahkan masih sempat mengunyah kue."Maksudnya di jalan apa tokonya itu. Jangan ngajak ribut, deh, Pa. Mama lagi pusing."Lingga memfokuskan kata pada sang istri. "Pusing kenapa lagi? Tentang kematian Rahmi? Tidak ada bukti kalau dia keracunan, kan?""Memang tidak ada bukti kalau dia keracunan, tapi Dirga memiliki bukti. Penyakit Rahmi makin bertambah parah setelah makan kue itu dan sekarang aku malah dituduh hendak menghabisi Hanum," kata Septi panjang lebar. Kini, kedua bola mata Lingga terbuka dengan sempurna. "Bagaimana bisa kamu dituduh seperti itu?""A
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-14
Baca selengkapnya

75. Terungkap

Happy Reading*****"Dirga!" teriak Septi tak terima suaminya diperlakukan seperti itu oleh putra sendiri. Matanya merah menahan amarah. Tak peduli mereka masih berada di dalam ruang persidangan, tangan kanan perempuan paruh baya itu melayang ke pipi Dirga.Nyeri menjalar ke seluruh tubuh kekasih Hanum tersebut, tetapi hatinya lebih merasakan sakit ketika sebuah fakta terungkap. "Sebaiknya, Ibu menjauhi lelaki seperti Bapak. Dia tidak pantas untuk dicintai apalagi dibela.""Mas, jaga batasanmu," kata Aryan. Protesan itu terpaksa dikeluarkan karena Dirga sudah keterlaluan. Lingga adalah sosok yang sangat membanggakan sang kakak bahkan perhatian lelaki paruh baya itu menyebabkan kebenciannya pada sang kakak makin besar."Kamu boleh menuduh Ibu sesuka hatimu, tapi tidak dengan bapakmu, Ga. Dia begitu menyayangi dan sangat mencintaimu juga bundamu. Bahkan cintanya jauh lebih besar dibanding pada kami," tambah Septi.Dirga yang masih diliputi amarah ingin sekali menjawab semua perkataan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-15
Baca selengkapnya

76. Maaf

Happy Reading*****"Papa pantas mendapatkannya. Selama ini, aku sudah berusaha sabar dan menerima kenyataan bahwa aku adalah orang kedua dalam hidupmu. Aku memaklumi bahwa Rahmi adalah cinta pertama yang tidak bisa kamu lupakan." Mata Septi membulat sempurna, memerah menahan setiap amarahnya. Lalu, wanita paruh baya itu beralih menatap Dirga."Kamu harus tahu ini, Ga. Bukan Ibu yang memaksa bapakmu untuk menyetujui perjodohan kami, tapi dia yang memaksa keluarga supaya menikahkan kami. Aku sudah tahu bahwa dia sudah menikahi bundamu," beber Septi, "bahkan cerita tentang kebangkrutan kelurganya, hanyalah kebohongan semata supaya Rahmi menaruh bels kasihan.""Berhenti berkata atau aku akan berbuat buruk padamu, Ma," bentak Lingga, "bukan aku yang meminta Rahmi, tapi dia yang menyerahkan dengan kerelaan.""Jangan lagi berbohong, Pa. Sudah sampai titi mangsanya semua terungkap. Kamu sangat serakah bahkan sampai tega mengorbankan perempuan yang kamu cintai."Aryan menatap papanya nyalang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-15
Baca selengkapnya

77. Renungan

Happy Reading*****"Yakin kamu bisa memenuhinya?" tanya Saras memastikan jawaban Aryan."Insya Allah, Tan. Saya akan berusaha memenuhi persyaratan yang Tante ajukan. Silakan katakan apa yang Tante minta supaya permintaan maaf saya diterima?" Walau hatinya gundah dan sedikit gugup, tetapi Aryan tetap berkata demikian.Mungkin inilah caranya menebus sebuah kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Aryan berharap akan datang keajaiban setelah pintu maaf dari semua orang diberikan padanya.Saras diam dan menatap satu per satu orang yang ada di sana. "Ma, katakan dengan cepat. Apa yang Mama inginkan dari Aryan?" kata Kaisar. Dia sendiri juga penasaran dengan syarat yang akan diajukan Saraswati."Iya, Ma. Kasihan Aryan," tambah Lathif. Entah mengapa, lelaki paruh baya itu merasa kasihan pada Aryan yang telah menghancurkan putrinya. Apalagi ketika mendengar kisah cinta memilukan yang membuat dirinya berbuat demikian. Walau sikap bajingan Aryan juga tidak dibenarkan. Saraswati menghela napas
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-16
Baca selengkapnya

78. Kemelut Hati

Happy Reading*****Sang pengacara mencoba melepaskan kedua tangan Lingga dari leher asistennya. Sedikit kesulitan hingga dengan kuat sang pembela hukum itu menarik."Pak, tindakan Anda ini akan menyebabkan bertambahnya hukuman. Jika sampai ada yang melihat, bahaya," peringat sang pengacara. "Saya tidak peduli. Dia yang menyebabkan semua ini. Bagaimana bisa saya di penjara sementara dia tidak," kata Lingga keras nyaris putus asa."Tenang, Pak. Kita akan berusaha untuk membebaskan Anda dengan jaminan. Tapi, tolong jaga sikap Anda baik itu perkataan maupun tingkah laku.""Jangan sok memperingatkan. Saya tahu apa yang saya lakukan. Semua ini terjadi karena keteledorannya," tunjuk Lingga pada sang asisten.Demi menghindari kejadian seperti sebelumnya, sang pengacara cepat-cepat mengajak pergi asisten paruh baya itu. Sama seperti keadaan Lingga yang kacau, Dirga pun demikian. Dilema kini menyelimuti hatinya. Di dunia ini, tinggal bapaknya yang dimiliki. Sungguh, lelaki dengan kulit sawo
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-17
Baca selengkapnya

79. Sedih

Happy Reading*****Berusaha mengejar sang kekasih yang melarikan diri, Dirga tidak melihat bahwa ada Kaisar dan Lathif yang kini berada di ambang dinding penyekat antara ruang tamu dan tengah. "Jangan curang, dong, Yang. Bukan ciuman begitu yang Mas mau," kata Dirga."Lantas kamu maunya ciuman seperti apa?" kata Kaisar. Tangannya bersedekap dengan wajah terlihat marah."Ingat, Nak. Jangan sampai membuat Hanum sengsara untuk kedua kalinya," tambah Lathif.Menggaruk kepala yang tak gatal, sungguh Dirga sangat malu. Kenapa dia tidak melihat Kaisar masuk tadi? Apa karena dia terlalu fokus pada Hanum sehingga tidak melihatnya. Apalagi Lathif, kapan pria paruh baya itu berada di sana."Iya, Om. Dirga cuma bercanda. Mana berani melakukannya jika bodyguard-nya saja seperti Kaisar." Melirik pada sang sahabat."Kenapa dengan aku?" Kaisar berkacak pinggang, memasang wajah marah."Tuh, kan. Belum apa-apa si bodyguard sudah bertampang sangar."Lathif pun tertawa keras mendengarnya. Wajah Kaisar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-19
Baca selengkapnya

80. Panik

Happy Reading*****Menit selanjutnya setelah Dirga berteriak, sang penjaga dan atasannya mendekat pada sel tahanan Lingga. Teriakan minta tolong dari para tahanan lain juga membantu agar sang penjaga segera datang melihat keadaan Lingga."Dia kenapa, Pak?" tanya seorang lelaki yang Dirga duga adalah atasan dari polisi penjaga tadi."Bapak saya pingsan. Badannya juga panas sekali. Bisa tidak jika kita membawanya ke rumah sakit atau klinik untuk diperiksa supaya kita tahu beliau kenapa?" Dirga menatap melas pada polisi yang bertanya tadi. Bahkan, dia masih duduk bersimpuh memegangi kepala Lingga."Baik. Kita bawa dia, tapi harus dengan pengawasan salah satu anak buah saya," ucap lelaki berkumis tipis dengan perut buncit. Dia menoleh pada bawahannya dan memerintahkan ke untuk menyiapkan mobil supaya bisa membawa Lingga ke rumah sakit terdekat."Bisa Anda mengangkatnya sendiri, Pak?" tanya sang penjaga pada Dirga. "Saya akan memanggil salah satu teman untuk mengikuti kalian sekalian men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status