Home / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cinta Seorang Pengasuh : Chapter 31 - Chapter 40

262 Chapters

Kedatangan Wanita Tak Terduga

“Mereka adalah para peserta magang yang telah lolos seleksi, Tuan.” HRD perusahaan Adimas menjelaskan. Total semuanya adalah lima orang. Mereka berdiri tegap menghadap Adimas, terlihat berusaha percaya diri. Namun, pandangan pria itu terfokus pada Bella, gadis yang berdiri di tengah-tengah. Adimas tidak pernah menyangka jika gadis itu akan ikut berdiri dalam barisan tersebut. Seakan seorang musuh telah berhasil memasuki benteng pertahanan Adimas. “Tuan?” HRD itu kembali bersuara setelah detik demi detik Adimas hanya terdiam. Pria tampan dengan wajah tegas itu berkedip satu kali. “Selamat,” ucapnya, “Kalian telah berhasil menjadi bagian dari perusahaan ini. Saya harap kalian bisa bertindak professional.” Adimas berpesan. Sebagaimana seharusnya, pria itu bangkit berdiri dan mulai menyalami mereka satu per satu. Hingga Adimas merasakan perbedaan saat menjabat tangan Bella. Gadis itu menatap ke arahnya dengan penuh harap. Adimas berusaha melepaskannya, tetapi gadis itu tidak membiar
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Ancaman Untuk Adimas

Adimas pulang dengan pikiran yang berantakan. Raut wajahnya terlihat sedikit kusut, sama seperti kemejanya. Bagaimana tidak. Kini, setiap kali pergi ke kantor, dia harus berhadapan dengan Bella yang terang-terangan berusaha mendekatinya. Adimas bisa saja memecatnya langsung. Namun, ia dan universitas tempat Bella belajar telah menjalin kerja sama dan membuatnya tidak bisa memutuskan secara sepihak. Begitu tiba di rumah, Adimas langsung pergi ke kamarnya seperti biasa. "Aku pulang, Karin...." Perkataannya terhenti saat menemukan kamar itu dalam keadaan kosong. Tumben sekali. Umumnya, Karina menghabiskan sepanjang waktu di dalam kamar. Pria itu menghampiri kamar mandi. Kosong. Adimas mulai penasaran dan bergegas pergi keluar. Kebetulan, ia berpapasan dengan seorang pelayan di depan kamar mereka. "Di mana Karina?" Pria itu bertanya. Rasa khawatir mulai timbul dalam iris hitam pekatnya. Pelayan wanita itu menggeleng. "Saya belum melihatnya, Tuan," katanya. Dia mengangguk sopan,
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Karina Kehilangan Kendali

“Apa katamu?” Adimas bertanya dengan suara dingin. Dia berhenti dan menoleh ke belakang. Tatapan matanya terlihat lebih gelap. Fero menyeringai. Dia berjalan mendekat dengan langkah santai sekaligus menantang. Keadaan di atmosfir itu seketika berubah menjadi bersitegang. “Aku serius,” ujar Fero dengan suara seakan menantang. Tatapan tajamnya beralih kepada Karina dan cengkeraman gadis itu mengencang seketika. Persis seperti rusa yang merasa terancam karena kehadiran predator. “Gadis ini...” Tiba-tiba Fero menarik rambut Karina tanpa rasa takut. “Dia adalah ancaman bagi semua orang. Seharusnya, dia menjadi gila sungguhan dan tidak perlu disembuhkan. Bahkan keluarga menjadi tercerai-berai karenamu. Kau benar-benar membuatku muak,” kecam Fero. Pria itu mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke arah Karina. Dia berniat memukul gadis itu, tetapi Adimas bertindak cepat dan menangkis tangan Fero dengan tangan kekarnya. “Kau--” Bukk Tanpa ragu, Adimas meninju sisi wajah pria itu. Puk
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

Bella Mulai Bergerak

“Apa kesukaan Tuan Adimas?” Salah satu karyawan bernama Alicia bertanya. Bella mengangguk. Sorot matanya memancarkan keyakinan saat berbicara dengan Alicia, salah satu karyawan yang sudah cukup lama bekerja di sana. Bella berniat menggali informasi mengenai Bastian sebanyak mungkin. Kesukaan, hobi, jadwal, dan kebiasaan pria itu. “Ya, apakah dia pernah menunjukkan apa yang dia sukai?" tanya Bella dengan penasaran. Seorang pria umumnya mudah luluh jika diberikan sesuatu yang dia sukai. Namun, Alicia menggelengkan kepala. "Dia tidak pernah menunjukkan hal seperti itu," katanya, "Tuan Adimas sangat profesional dan tidak pernah membahas masalah pribadinya," sambung Alicia. Bella seketika mengernyitkan alis mendengar informasi itu. Mana mungkin ada pria sedingin itu? Ia bertanya-tanya. Iris hitam Bella membesar saat satu kenyataan terbesit di pikirannya. Tunggu. Itu berarti, tidak ada satu pun orang yang mengetahui jika Adimas telah menikah? "Bagaimana dengan kekasihnya? Apakah Bas
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more

Senyum Manis Karina dan Kekhawatiran Adimas

"Hari ini, aku tidak bisa menemanimu konseling. Ada hal penting yang tidak bisa aku tunda, tapi konselingmu juga harus berjalan. Karena itu, hari ini kau akan pergi bersama Benny. Apakah kau mengerti?" Pagi ini. Tepatnya, sebelum Adimas berangkat bekerja, pria itu lebih dahulu berdialog dengan Karina. Pasalnya, hari ini adalah jadwal konseling Karina. Namun, Adimas juga memiliki jadwal yang tidak bisa diubah hingga mau tak mau, ia terpaksa membiarkan Karina pergi tanpa dirinya. Gadis itu mendengarkan, kemudian menganggukkan kepala sebagai respons. "Nanti, jangan melawan dan ikuti perkataan Benny. Apakah kau bisa?" Dia bertanya lagi. Itu adalah keputusan yang berisiko. Hingga kini, meski konseling gadis itu berjalan lancar, tetapi hanya segelintir orang yang bisa Karina terima. Adimas bisa membayangkan jika Karina mungkin saja kembali kumat dan hilang kendali saat bersama Benny. Namun, Karina mengangguk, membuktikan bahwa dia sanggup mendengarkan ucapan Benny. Melihat reaksi ga
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Seseorang Di Masa Lalu

"Anda yakin tidak ingin menginap dan pulang besok, Tuan?" Sekretaris Adimas menawarkan. Wajahnya terlihat setengah cemas. Bagaimana tidak. Adimas telah menjalani serangkaian aktivitas dengan waktu istirahat yang sempit dan baru selesai larut malam. Meski demikian, pria itu bersikeras kembali ke rumahnya yang berjarak empat jam dengan mobil. "Saya akan beristirahat di mobil," ujar Adimas.Pada akhirnya, sekretarisnya itu tidak bisa melawan. "Baiklah. Hati-hati di jalan, Tuan." Dia berpesan. Meski Adimas berkata dia akan segra pulang dan beristirahat, nyatanya pria itu tidak langsung kembali ke mansionnya. Dia telah membuat janji dengan Juna. Karena itu, Adimas meminta sopirnya untuk diantarkan ke apartemen pria itu. Sebenarnya, Adimas bisa saja menjadwalkan ulang untuk bertemu Juna besok. Namun, pria itu tidak yakin ia bisa tertidur nyenyak tanpa mendengar informasi yang dijanjikan itu. "Apa yang kau temukan?" Adimas bertanya tepat setelah Juna membukakan pintu untuknya. Juna s
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Kabar Buruk Itu Datang

Markus bangun dengan kepala yang terasa pusing. Tadi malam, setelah selesai bekerja, Marisa justru meminta untuk bertemu dengannya di sebuah hotel dan membuat pria itu pulang pagi. Belum sempat ia mengumpulkan kesadaran, ponselnya sudah berdering berulang kali. Dengan setengah malas, Markus meraih dan langsung mengangkatnya tanpa melihat nama penelepon. “Halo?” tuturnya, dengan mata setengah tertutup. “Keadaan gawat, Tuan." Dia berkata dengan nada setengah panik. "Tiba-tiba terjadi perubahan pemegang saham di Murnich Goldings dan saham Tuan termasuk salah satu yang tergeserkan." Dia memberitahu.Bagai disambar petir di siang bolong. Markus yang semula tidak sadar seketika membelalakkan mata. "Apa katamu?! Bagaimana mungkin? Aku pemilik lebih dari sepertiga saham di perusahaan itu!" "Seorang konglomerat misterius tiba-tiba membeli setengah dari saham di perusahaan Murnich Goldings, Tuan. Itu mengalahkan jumlah Tuan dan membuat nama Tuan bergeser." Asistennya itu menjelaskan. Tang
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Membujuk Istri Yang Merajuk

“Kau yakin sudah coba melobi pemegang saham lainnya?”Markus bertanya kepada asistennya di seberang telepon. Raut wajah pria itu terlihat kacau. Sepanjang hari, ia sibuk menelepon sanansini, mencoba menemukan cara untuk menyelamatkan saham-sahamnya dan posisinya yang tiba-tiba dilengserkan oleh pria itu. "Sudah, Tuan, dan mereka pun tidak ingin membagi saham mereka dengan Anda. Satu-satunya solusi adalah menanamkan modal itu pada perusahaan lain, Tuan." Asisten Markus itu memberi saran. "Apa saja pilihannya?" Markus bertanya, berharap ada sesuatu yang akan mengobati rasa kecewanya. "Ada beberapa di perusahaan makanan, kebersihan, dan minuman, Tuan. Itu adalah pilihan terbaik untuk saat ini." Asisten itu menjawab. "Argh! Tetap saja! Itu semua tidak sebanding dengan jumlah yang bisa diraup dari perusahaan itu!" Markus menjawab dengan geram. Ia benar-benar kesal. Pertama Hotel Karisma dan Gedung Pallace. Kini, dunianya kembali seakan ditimpa kiamat saat ia terbangun dan sahamnya sud
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

Ide Gila Markus

"Sebagai gantinya, kau bisa mengambil Bella sebagai istri keduamu." Buukkk Majalah yang dipegang Ilona seketika meluncur jatuh dari tangannya. Wanita itu masih mengenakan masker wajahnya dan berniat membaca majalah di ruang tamu saat tiba-tiba mendengar berita tersebut. Rahang Adimas tampak mengeras. Beruntung, ia sudah mencegah agar Karina ikut keluar. Tidak bisa dibayangkan bagaimana reaksi gadis itu jika mendengar saran Markus tersebut. Namun, satu yang tidak Adimas ketahui adalah bahwa Karina diam-diam mengikuti langkahnya dan bersembunyi di balik dinding. Gadis itu terlihat terkejut dan langsung menutupi bibirnya dengan tangannya untuk menahan keterkejutan. "Apa-apaan ini? Saya tidak akan menyetujuinya!" bantah Ilona tanpa berpikir lebih lama. Mendengar itu, Bella memandang lemah ke arahnya, sementara Markus tampak kesal, tetapi berusaha keras menyembunyikan kejengkelannya itu."Nasib kami akan bergantung pada keputusanmu, Adimas," ujar Siska, menyerahkan seluruhnya ke tan
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

Bella Mulai Berubah

Bella berhenti berjalan di tengah jalan setapak menuju gerbang keluar. Dia menatap ke arah ibu dan ke arah sang ayah. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara. "Dia siapa, Yah?" Bella terus mendesak. Dia memang tidak mengetahui banyak hal tentang masa lalu Karina. Namun, dia masih memiliki beberapa informasi. Siska dan Markus masih membungkam. Keduanya bersikap seolah tidak mengetahui apa pun. Pada akhirnya, Bella menggeram frustrasi. "Gargh! Benar-benar keluarga yang tidak jelas!" sergahnya, kemudian melanjutkan berjalan dengan penuh kekesalan. *** "Kau yakin tidak akan pulang, Bella?" tanya Irene, sahabat wanita itu. Hari sudah larut dan Bella masih menginap di indekos milik Irene. Malam tadi, tiba-tiba Bella datang dengan raut kesal dan meluapkan semua kekesalannya kepada Irene. Kini, hari sudah hampir tengah malam dan gadis itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan pulang ke rumahnya. "Tidak," kata Bella, "Keluargaku benar-benar kacau. Tidak ada satu pu
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status