Share

Ide Gila Markus

last update Last Updated: 2023-06-21 20:18:54

"Sebagai gantinya, kau bisa mengambil Bella sebagai istri keduamu."

Buukkk

Majalah yang dipegang Ilona seketika meluncur jatuh dari tangannya. Wanita itu masih mengenakan masker wajahnya dan berniat membaca majalah di ruang tamu saat tiba-tiba mendengar berita tersebut.

Rahang Adimas tampak mengeras. Beruntung, ia sudah mencegah agar Karina ikut keluar. Tidak bisa dibayangkan bagaimana reaksi gadis itu jika mendengar saran Markus tersebut.

Namun, satu yang tidak Adimas ketahui adalah bahwa Karina diam-diam mengikuti langkahnya dan bersembunyi di balik dinding.

Gadis itu terlihat terkejut dan langsung menutupi bibirnya dengan tangannya untuk menahan keterkejutan.

"Apa-apaan ini? Saya tidak akan menyetujuinya!" bantah Ilona tanpa berpikir lebih lama.

Mendengar itu, Bella memandang lemah ke arahnya, sementara Markus tampak kesal, tetapi berusaha keras menyembunyikan kejengkelannya itu.

"Nasib kami akan bergantung pada keputusanmu, Adimas," ujar Siska, menyerahkan seluruhnya ke tan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Seorang Pengasuh    Bella Mulai Berubah

    Bella berhenti berjalan di tengah jalan setapak menuju gerbang keluar. Dia menatap ke arah ibu dan ke arah sang ayah. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara. "Dia siapa, Yah?" Bella terus mendesak. Dia memang tidak mengetahui banyak hal tentang masa lalu Karina. Namun, dia masih memiliki beberapa informasi. Siska dan Markus masih membungkam. Keduanya bersikap seolah tidak mengetahui apa pun. Pada akhirnya, Bella menggeram frustrasi. "Gargh! Benar-benar keluarga yang tidak jelas!" sergahnya, kemudian melanjutkan berjalan dengan penuh kekesalan. *** "Kau yakin tidak akan pulang, Bella?" tanya Irene, sahabat wanita itu. Hari sudah larut dan Bella masih menginap di indekos milik Irene. Malam tadi, tiba-tiba Bella datang dengan raut kesal dan meluapkan semua kekesalannya kepada Irene. Kini, hari sudah hampir tengah malam dan gadis itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan pulang ke rumahnya. "Tidak," kata Bella, "Keluargaku benar-benar kacau. Tidak ada satu pu

    Last Updated : 2023-06-22
  • Cinta Seorang Pengasuh    Bella Bergerak

    "Kamu tekan nomor satu yang lama, nanti akan otomatis terhubung ke ponselku. Lihat ini." Adimas menunjukkan ponselnya yang menampilkan panggilan dari Karina. "Apakah kamu mengerti?" tanya pria itu. Karina memperhatikan ponsel Adimas dan miliknya dengan saksama, kemudian mengangguk. "Ngerti, Mas," jawab gadis itu. Adimas langsung mengembangkan senyum dan mengusap puncak kepala gadis itu dengan bangga. "Pintar," pujinya, "Jika terjadi sesuatu, pastikan kamu menggunakan teknik ini." Dia berpesan. Tangannya terus bergulir di layar ponsel Karina hingga alisnya seketika mengernyit saat melihat nama Juna di sana. "Juna--" Dia menoleh ke arah Karina dan ponselnya bergantian. "Ini adalah... Dokter Juna?" tanya pria itu. Karina mengangguk polos, tidak berusaha menyembunyikan apa pun. "Kamu memiliki nomor Juna?" Dia bertanya. Seingat Adimas, dia tidak pernah menyimpan nomor pria itu di ponsel Karina. Dengan cepat Adimas menyelidiki lebih dalam. Rupanya, tidak hanya menyimpan, mereka ju

    Last Updated : 2023-06-24
  • Cinta Seorang Pengasuh    Karina Dalam Bahaya

    "Halo, Ibu? Apakah Ibu bersama Karina?" Adimas langsung bertanya sedetik setelah panggilan terhubung. "Apa? Karina? Tidak!" Ibunya menjawab dengan setengah berteriak. Bising keributan di belakangnya menunjukkan bahwa wanita itu sedang di luar. "Ibu sedang pergi. Karina masih di rumah. Memangnya, ada apa?" Ilona justru balas bertanya. Panggilan langsung terputus. Dengan cepat, Adimas beralih menghubungi kepala pelayannya. "Nyonya? Sepertinya, dia di kamarnya--Tidak ada, Tuan. Nyonya tidak ada di kamarnya," tutur kepala pelayan itu setelah berjalan pergi mengecek kamar Karina."Kalau di dapur? Kebun? Halaman belakang? Kolam? Cari dia di seluruh tempat!" titah Adimas dengan tidak sabar. "Dia tidak ada di mana pun!" Satu suara di belakang terdengar berseru. Jantung Adimas semakin bertalu-talu dengan lebih cepat hingga rasanya hampir meledak. Jade bisa menerka situasi gawat itu dari raut wajah Adimas. "Apakah ada hal buruk yang terjadi, Tuan?" Dia bertanya dengan suara lirih, tamp

    Last Updated : 2023-06-24
  • Cinta Seorang Pengasuh    Murka Adimas

    Menurut keterangan yang Adimas dapatkan dari Juna, Karina sempat menghubungi Juna satu kali dan memberitahu di mana keberadaannya. Sejak awal, Juna sudah curiga karena Karina berada di tempat seperti itu. Kebetulan, pria itu sedang libur berjaga di rumah sakit dan langsung saja Juna membawa mobilnya ke sana. Saat ia tiba, Juna tidak mendapati siapa pun, hingga ia berjalan lebih jauh menelusuri jalan setapak di belakang kafe tersebut dan mendapati seorang wanita mencoba menusuk Karina. Karina menahan dengan tangannya begitu saja. Tangannya berlumuran darah, sementara wanita asing itu tampak kaget karena Karina dapat menahannya. Begitu menyadari keberadaan Juna, wanita asing itu langsung melarikan diri. Juna tidak sempat mengejarnya karena terfokus pada luka di tangan Karina. Kini, selang satu jam kemudian, Bella berhasil diringkus dan dibawa ke kediaman keluarga Adimas. Tidak hanya Bella, Markus dan Siska ikut berada di sana. Serta Juna yang kelak akan dimintai keterangan. Karina

    Last Updated : 2023-06-25
  • Cinta Seorang Pengasuh    Hampir Gila Mencarimu

    "Kebetulan, rapat malam ini ditunda karena ada kendala, Tuan. Tuan bisa kembali besok pagi." Jade memberitahu Adimas melalui sambungan telepon. "Baik. Maaf karena sudah menimbulkan keributan." Adimas menjawab. Suaranya terdengar lebih lirih dan letih. Terdapat jeda selama beberapa detik sebelum suara Jade, sekretarisnya, kembali terdengar. "Apakah semuanya baik-baik saja, Tuan?" Dia bertanya, tampak sungkan untuk mempertanyakan masalah pribadi seperti itu. "Ya. Semuanya baik-baik saja." Adimas mengusap wajahnya satu kali. "Syukurlah," katanya. Setelah sambungan telepon ditutup, pria itu mulai berjalan menuju kamarnya sendiri. Kini, ada satu orang pelayan pria dan seorang satpam yang berjaga di sekitar kamarnya.Adimas membuka pintu dan sosok pertama yang dia lihat adalah Karina. Sorot mata gadis itu terlihat jujur dan bening. Begitu bening hingga Adimas bisa dengan jelas perasaan bersalah di sana. Pandangan Adimas langsung tertuju pada telapak tangan kiri Karina yang diperban. "

    Last Updated : 2023-06-26
  • Cinta Seorang Pengasuh    Manusia Munafik

    "Apakah kau gila? Mengapa kau nekat melakukan hal berbahaya seperti itu?" sentak Markus dengan kesal. Ketiganya telah kembali ke kediaman Covey. Sepanjang jalan, tidak ada yang bersuara, bahkan kedua orang tuanya hanya membisu. Hingga Markus langsung mendamprat Bella begitu tiba di rumah mereka. "Sst, jangan membentak Bella seperti itu," ujar Siska, tidak terima putri bungsunya dibentak oleh sang ayah. Dia memandang ke arah Bella dengan mata penuh kecemasan, kemudian mengusap pipi gadis itu dengan penuh kasih sayang. "Bella pasti merasa sangat frustrasi dan tertekan sampai berani melakukan hal seperti ini," ujar Siska dengan lembut. Mendengarnya, Bella mengangguk dan menatap sang ibu dengan pandangan berkaca-kaca. Ia masih syok dan terombang-ambing dalam atmosfer penuh ketegangan di rumah keluarga Nelson. Bella sama sekali tidak menyangka ia akan disidang seperti itu. "Itu benar," isaknya dengan suara gemetar, "Aku sangat frustrasi sampai tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana

    Last Updated : 2023-06-26
  • Cinta Seorang Pengasuh    Ikatan Kakak dan Adik

    Entah sudah berapa lama Siska tidak kembali ke rumah besar itu. Semenjak menikah dengan Markus dan memiliki tiga anak, Siska memang jarang kembali ke rumah kedua orang tuanya. Rumah itu amat besar dan luas. Ayah Siska merupakan pengusaha sukses. Sebab itu, Siska sudah terbiasa hidup dalam keadaan berkecukupan. Namun, kali ini, dia menurunkan harga dirinya untuk menemui sang ayah. "Tumben sekali kamu datang," ujar sang Ayah, "Apa yang kamu butuhkan kali ini?" Dia langsung bertanya. Seakan bisa serta-merta menerka alasan kedatangan Siska. Benar, Siska memang hanya datang jika membutuhkan bantuan. "Bagaimana kabar, Ayah?" tanya Siska seraya memberikan satu buket buah yang telah ia siapkan. "Tidak perlu berbasa-basi," jawab Bernard, ayah Siska itu. Sudah banyak keriput di wajahnya. Namun, ia tidak terlihat setua orang lain pada usianya sekarang. "Katakan saja apa yang kamu butuhkan," lanjutnya. Siska tersenyum canggung, kemudian kembali berusaha meleburkan suasana. "Jangan sepert

    Last Updated : 2023-06-28
  • Cinta Seorang Pengasuh    Godaan Dimulai

    "Dari mana saja kalian?" Ilona bertanya saat melihat Karina dan Adimas baru saja kembali. Pagi ini, ia terbangun dan mengetahui keduanya telah pergi. Padahal, Ilona sangat tahu jika Adimas libur. Kini, ia melihat keduanya turun dari mobil dan berjalan masuk. "Kami baru saja mencari anak." Karina yang menjawab dengan wajah berseri. "Eh, membuat." Dia membenarkan kata-katanya. Mendengar itu, Adimas menoleh ke arahnya dengan terkejut, begitu pula Ilona yang langsung membelalakkan mata ke arah sang putra. "Apa itu benar, Adimas?" sergahnya. Dia langsung melangkah maju dan langsung berniat menyerang sang putra. "Sudah Ibu bilang jangan sampai melakukan itu," sergah Ilona sembari terus menyerang bahu putranya, "Bagaimana jika kalian benar-benar memilikinya?!" "Tidak, Bu," Adimas membantah, tetapi sang ibu terus menyerang bahu pria itu. Sementara Karina hanya terdiam memperhatikan. "Kami baru saja dari bandara!" Adimas menjelaskan di tengah-tengah serangan itu dan Ilona seketika berhe

    Last Updated : 2023-06-29

Latest chapter

  • Cinta Seorang Pengasuh    Bersamamu Selamanya

    Empat bulan kemudian …. “Kamu yakin bisa pergi, Ayana?” Mark bertanya dengan cemas. Ia menatap pada istrinya yang duduk di depan meja rias. Ayana menjawab dengan anggukan. “Ini adalah wisuda kita, mana mungkin aku tidak datang?” tanya Ayana, kemudian lanjut merias dirinya. Mark menghela napas panjang dan berjalan mendekati sang istri. Dia menaruh tangannya di atas bahu Ayana. “Tapi, kandungan kamu sudah besar. Dokter bilang perkiraan lahirnya sebentar lagi, bukan?” tanya Mark, tidak dapat menyembunyikan kecemasannya. Mendengar itu, Ayana beranjak bangkit dari kursinya dan terlihat jelas perutnya yang sudah membungkit sempurna. Tampak siap untuk melahirkan. “Masih ada sisa waktu empat hari sampai hari perkiraan lahir,” ucap gadis itu, “Aku sudah menunggu-nunggu untuk wisuda ini. Biarkan aku ikut, ya? Ya?” tanyanya. Seharusnya mustahil bagi perempuan dewasa yang sudah hamil untuk terlihat seperti anak kucing, tetapi Ayana benar-benar menatap Mark dengan penuh harap hingga p

  • Cinta Seorang Pengasuh    Di Bawah Hujan, Bersama Pria Yang Sama

    Andreas tidak mengizinkan Cakra pergi bersama Mark dan Ayana. Pria itu menuntut penjelasan dari Cakra yang tidak pernah menceritakan apa pun kepadanya. Sebagai trio, Andreas selalu merasa dirinya terbelakang. Bahkan saat Mark mengakui Ayana sebagai istrinya, Cakra telah mencurigai hal itu terlebih dahulu. Akhirnya, hanya ada Ayana dan Mark di dalam mobil pria itu. Selama perjalanan pulang, Ayana tidak berhenti tersenyum. “Apa yang lucu?” Mark bertanya, tidak tahan melihat istrinya yang sejak tadi senyam-senyum seorang diri. Ayana menggeleng, tetapi senyumnya bertambah lebar. “Tidak apa-apa, hanya saja kisah mereka membuatku terharu,” ucap gadis itu, “Aku tidak menyangka Cakra bisa mengucapkan kata-kata romantis seperti itu.” Ayana memuji, kemudian tersenyum lebih lebar. Selama ini, Ayana mengenal Cakra sebagai satu-satunya pria yang normal di antara tiga sahabat itu. Andreas terkenal sering memainkan perasaan wanita, sementara Mark lebih banyak diam. Ditambah, fakta bahwa koneks

  • Cinta Seorang Pengasuh    Pria Sejati

    “... apa?” Cakra bertanya. Pria itu berkedip satu kali dan menatap tak percaya ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum saat pandangannya jatuh ke bawah, terlihat malu sekaligus pahit. “Aku sudah memikirkannya. Aku benar-benar akan melanjutkan kuliah di luar negeri,” ucap Chika, “Aku tahu ini mungkin tidak penting untukmu, tapi aku merasa harus memberitahunya.” Setelah beberapa kali meminta, ayahnya akhirnya mengizinkan Chika untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Ia dan Cakra tidak pernah dekat sebelumnya. Mereka hanya sering bicara saat Chika mulai mencari Sandi. Namun, entah mengapa, saat pertama Chika mendapat izin, satu-satunya yang terlintas dalam benak perempuan itu adalah memberitahu Cakra. Kini, ia merasa malu sekaligus menyesal. Chika tahu ia pasti terlihat aneh, tahu-tahu memberi kabar seperti itu seolah dirinya penting. Di luar dugaan, wajah Cakra terlihat tawar dan sedikit kecewa. “Mengapa? Bukankah Ayana sudah memaafkanmu berkat Sandi kemarin?” tanya pria itu.

  • Cinta Seorang Pengasuh    Keluarga Yang Utuh

    “Bapak lihat Mark?” Ayana bertanya kepada satpam yang berjaga di kediaman mereka. Sesuai kesepakatan, pagi itu mereka akan pergi ke pemakaman ayah Ayana. Namun, saat Ayana bangun pagi ini, ia justru tidak dapat menemukan suaminya itu di mana pun. “Tuan Mark pergi dengan mobilnya pagi-pagi sekali, Nyonya,” jawab satpam itu. Alis Ayana mengernyit dalam. Tak biasanya Mark pergi tanpa meninggalkan kabar apa pun. Gadis itu kembali berjalan ke dalam rumah sembari mengecek ponselnya, tetapi tidak ada pesan apa pun dari Mark. Ke mana perginya pria itu? “Ada apa, Kak?” Suara Sandi terdengar. Pria itu baru saja turun dari lantai dua. Tadi malam, Ayana memaksa Sandi untuk menginap sesuai rencana mereka. Kini, justru Mark yang tidak tahu keberadaannya. Ayana menggelengkan kepala. “Bukan apa-apa,” jawabnya, “Kita harus sarapan sebelum pergi,” ajak gadis itu. Keduanya berjalan menuju dapur dan Sandi kembali menyadari keanehan saat mereka hanya menyantap sarapan berdua. “Di mana kakak ipa

  • Cinta Seorang Pengasuh    Sandi Menyadari Kejanggalan

    Wajah Ayana menjadi kecut. Dengan gugup, Ayana melirik ke arah Mark, kemudian mengangguk membenarkan pertanyaan Sandi. Pemuda itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia memandang Ayana dan suaminya bergantian, masih tidak menyangka jika kakak perempuannya itu benar-benar sudah bersuami. “Ayana banyak bercerita tentangmu,” ucap Mark, menunjukkan senyum ramah, “Bagaimana kalau kita berbincang di rumah?” Sebelum pergi, Ayana kembali menghampiri Chika dan Cakra yang menghampiri mereka. Ia tersenyum ke arah perempuan itu. “Terima kasih,” ucapnya, “Aku bisa bertemu kembali dengan Adikku berkat bantuanmu,” lanjut Ayana. Chika sedikit tertegun. Ia tak menyangka jika Ayana akan berterima kasih secara langsung. Ia sendiri selalu merasa gengsi untuk mengatakannya. Akhirnya, Chika mengangguk. “Kuharap itu balasan yang sepadan untuk kesalahanku,” ucapnya. Mark mengajak Chika dan Cakra untuk turut bersama mereka ke kediamannya, tetapi keduanya menolak. Hingga Sandi menemukan keaneh

  • Cinta Seorang Pengasuh    Pertemuan Yang Dinantikan

    Sejak insiden itu, hubungan Chika dan Ayana menjadi kian renggang. Keduanya masih duduk bersisian, tetapi amat jarang bertukar sapa. Kini, tepat setelah mata kuliah selesai, tiba-tiba wanita itu menghampiri Ayana yang tengah bersama Mark. Melihat kedatangan Chika sukses membuat Mark menjadi waspada. Pria itu dengan sigap pasang badan di hadapan Ayana. “Apa yang ingin kau lakukan?” Mark bertanya, menatap lurus ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum getir, sadar jika ia benar-benar telah bersikap buruk hingga dicap sebagai orang yang mampu membahayakan Ayana. Bahkan setelah lewat beberapa hari, kewaspadaan Mark terhadap dirinya sama sekali tidak berkurang. Chika menggelengkan kepala. “Aku ingin bicara dengan Ayana,” ucapnya, terdengar segan. Mark dan Ayana seketika bertukar tatapan dengan heran. Pria itu terlihat enggan untuk mengizinkan, tetapi Ayana memberi isyarat hingga akhirnya Mark sedikit menyingkir, membiarkan Ayana berhadapan langsung dengan wanita berambut pendek itu.

  • Cinta Seorang Pengasuh    SANDI

    Tak jauh dari pusat kota, terlihat sebuah proyek yang tengah dibangun. Para pria yang mengenakan rompi keselamatan kerja berlalu-lalang, terus tekun bekerja di bawah terik matahari. Pasir, debu, dan semen beterbangan di udara, tetapi semua orang seakan terbiasa dengan itu. “Sandi! Bawakan lima sak semen ke sini!” titah seorang pria paruh baya yang menjadi mandor di proyek tersebut. Sandi, yang semula tampak sibuk menata besi-besi itu lantas berdiri tegak.“Baik, Pak!” jawabnya.Dia pekerja paling muda di sana. Kulit pemuda itu kecokelatan karena terus terpapar sinar matahari. Keringat yang mengalir di pelipisnya tampak kotor oleh pasir dan debu, tetapi ia tidak menghiraukannya. Sandi menyusun lima sak semen dan mengangkat semuanya langsung di punggung, kemudian berjalan menuju tempat yang diminta. Ia hampir sampai saat tanpa sengaja kakinya menginjak batu. Batu itu tergulir dan membuat Sandi kehilangan keseimbangan hingga jatuh bersama lima sak semen di punggungnya. BUK Suara it

  • Cinta Seorang Pengasuh    Langkah Selanjutnya

    “Sepertinya dia kecewa kepada Ibu dan memutuskan untuk pergi. Sejak itu, Ibu tidak pernah berhasil menemukan Sandi,” tutur Wati, mengakhiri ceritanya. Air mata sudah mengering di pipinya, tetapi matanya masih memerah bekas menangis dan napasnya sesenggukan. Beberapa saat lalu, Ayana berhasil mendesak Wati untuk menceritakan awal mula hilangnya Sandi. Meski terasa berat, Wati berhasil menceritakannya dan kini ketiganya membungkam. “Ini foto terakhir yang Ibu ambil sewaktu dia kelulusan,” tutur Wati, menyerahkan sebuah foto ke arah Ayana. Gadis itu menerimanya dan napasnya tercekat melihat Sandi. Saat mereka berpisah dahulu, adiknya itu masih kecil, bahkan jauh lebih pendek daripada Ayana. Namun, sosok Sandi di foto itu telah bertumbuh pesat. Kini dia tinggi, terlihat tampan dan sangat mirip dengan ayahnya. Wajah Ayana diliputi kecemasan membayangkan adiknya mengadu nasib di dunia luar. Seorang diri. “Bagaimana dengan informasi yang diberikan Chika? Apakah dia berbohong?” Mark be

  • Cinta Seorang Pengasuh    Menanggung Dosa

    Chika menyeret langkahnya keluar kelas. Pada akhirnya, ia berhasil bertahan selama kelas hari itu. Bahkan, Ayana duduk tepat di sisinya. Gadis itu tidak menunjukkan aura permusuhan, tetapi juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sekarang, air mata Chika sudah sepenuhnya mengering, tetapi ingatan itu masih membekas dalam ingatannya. Sepanjang berjalan, pandangan Chika terus tertuju ke arah bawah. Ia berusaha mengabaikan komentar dan pembicaraan yang terang-terangan membahas dirinya.Hingga langkah perempuan itu berhenti saat melihat sepasang sepatu yang berdiri tepat di hadapannya. Perlahan, Chika mendongak. Ia sudah cemas akan menerima bullyan lagi, tetapi alisnya mengernyit saat ia justru menemukan wajah Cakra. Pria itu menatap lurus ke arahnya. Dia membuka bibirnya dan siap untuk mengatakan sesuatu, tetapi Chika lebih dahulu menyela. “Aku tahu,” ucapnya, “Aku tahu apa yang akan kamu ucapkan. Kamu akan memberiku peringatan akan pembalasan Mark dan memintaku untuk tidak menyaki

DMCA.com Protection Status