Home / Romansa / Wanita Untuk Sang CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Wanita Untuk Sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50

121 Chapters

41. Foto Bersama

“Han, benar perkiraan Ibu tadi?” tanya Widya hati-hati.Hana tetap bungkam dan menundukkan wajahnya. Kedua tangannya pun saling bertaut, memilin satu sama lain.Widya menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Dia menggenggam jemari anaknya yang terasa dingin. Tak perlu jawaban dari Hana pun, Widya sudah tahu kalau anaknya itu mencintai Andhika.“Kalau kamu mencintai dia, kenapa nggak berusaha melupakan kejadian itu? Kamu bilang, tempo hari Andhika datang kemari untuk mengajak kamu kembali ke rumahnya. Kalau kamu suka sama dia, kenapa nggak ikut saja? Kalian bisa mulai lagi dari awal. Saat di kantornya, Andhika terlihat kalau dia sangat menyesal dengan kata-katanya yang dia katakan ke kamu. Kelihatannya sih dia sungguh-sungguh menyesal. Terbukti kan dengan kehadirannya kemarin lusa,” ucap Widya, yang membuat Hana mengangkat wajah dan menatapnya dengan tatapan penuh tanya.“Ibu ke kantor Mas Dhika? Kapan? Untuk apa?”Kini giliran Widya yang bungkam. Wanita paruh baya
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

42. Merantau

Setibanya di rumah Hana, Andhika memapah sang istri masuk ke dalam rumah. Dia juga menemani Hana di dalam kamar. Andhika mencoba untuk menggenggam jemari istrinya, namun dengan cepat Hana menepis tangannya.“Kamu sebaiknya pulang, Mas. Aku mau ganti baju dan istirahat supaya pusingku ini segera hilang, setelah aku tidur.”“Kalau mau ganti baju, silakan saja! Aku kan suami kamu, Han. Lagi pula aku sudah tahu kok isi di balik kebaya itu,” sahut Andhika dengan senyum nakal terbit dari bibirnya.Hana langsung melempar guling ke arah suaminya seraya berkata, “Jangan ungkit soal itu lagi! Anggap saja semua itu sebuah mimpi. Aku ini kan seorang jalang, wanita murahan yang kebetulan terikat perjanjian nikah kontrak sama kamu!”Hati Andhika mencelos mendengar penuturan Hana. Dia menghela napas panjang dan menatap Hana dengan tatapan sendu.“Sekali lagi, aku minta maaf. Aku menyesal telah melontarkan kata-kata itu padamu. Aku sangat emosi saat itu, Han. Tolong maafkan aku.”“Sudahlah, Mas. Lebi
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

43. Mual

Hana dan Mutia sudah tiba di Singapura. Mereka langsung menuju ke apartemen yang sudah Mutia sewa untuk satu tahun lamanya.“Wah, Mbak Mutia keren banget. Menyewa apartemen sebagus ini,” ucap Hana ketika mereka sudah tiba di apartemen.“Aku kan gerak cepat, Han. Setelah kamu hubungi, aku langsung ke Singapura. Makanya aku nggak bisa datang di acara wisuda kamu. Kamu suka kan dengan apartemen ini?” sahut Mutia.“Suka dong, Mbak. Semoga kita betah di sini. Oh ya, mengenai uang sewanya bagaimana? Apa sudah lunas atau dibayar setengahnya dulu? Aku akan ganti uangnya Mbak Mutia,” ucap Hana serius.“Aku bayar setengahnya dulu, nanti sisanya setelah kita tinggal di sini. Ini tanda terimanya, Han.” Mutia lalu membuka tas miliknya dan merogoh secarik kertas, kemudian dia perlihatkan pada Hana.Hana memperhatikan secarik kertas itu yang merupakan tanda terima pembayaran sewa apartemen. Dia mengangguk dan menyerahkan kembali kertas itu pada Mutia.“Seperti biasa, Mbak Mutia saja yang simpan, ya,
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

44. Pingsan

Mutia akhirnya mengalah. Dia menuruti saja kemauan Hana. Mungkin saat ini Hana masih sakit hati pada suaminya, sehingga sulit untuk melunak hatinya. Mungkin suatu saat nanti, pikiran Hana akan berubah. Bukankah setiap manusia bisa saja berubah hati dan pikirannya? Begitu setidaknya menurut Mutia.“Ok deh, Han. Aku ikuti saja apa mau kamu. Aku berharap kamu mendapatkan yang terbaik. Aku sudah selesai sarapan. Sekarang cepat kamu selesaikan sarapannya, supaya kita bisa berangkat sekarang,” ucap Mutia yang diangguki oleh Hana.Hana berusaha menghabiskan sarapannya walaupun rasanya sulit, karena dia selalu mual apabila makanan masuk ke dalam mulutnya.“Aku nggak bisa habiskan sarapannya, Mbak. Maaf kalau hanya separuh saja, karena aku takut keluar lagi makanan yang sudah aku makan. Jadi terasa sia-sia saja nanti,” sahut Hana, yang lantas mendorong piring menjauh darinya.“Ya sudah, nggak apa-apa. Yang penting perut kamu ada isinya. Sini biar aku buang sisanya. Sisanya tinggal sedikit juga
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

45. Positif

Keadaan di studio foto seketika menjadi panik. Dua orang staf agensi itu segera membopong tubuh Hana ke sebuah sofa. Sedang pengarah gaya, memberi instruksi untuk menghentikan aktivitas sementara waktu. Dia lalu melangkah keluar studio menuju ruangan David, dan mengetuk pintu ruangan itu.“Masuk!” terdengar suara David dari dalam ruangannya.Pengarah gaya itu masuk dan duduk di kursi di depan meja pemilik agensi itu.“Pak David, model yang baru bergabung dengan kita, pingsan di saat pemotretan sedang berlangsung,” ucap pengarah gaya itu.Wajah David tampak menegang. “Siapa yang pingsan?”“Hana.”David tanpa berkata lagi, langsung beranjak dari kursi kebesarannya dan melangkah menuju pintu.Pengarah gaya yang ditinggalkan begitu saja oleh David merasa bingung, karena sikap David yang tak seperti biasanya.“Aneh sikap si bos. Biasanya kalau ada yang sakit atau pingsan, selalu memerintahkan agar segera membawa ke rumah sakit. Tapi, sekarang ini dia turun tangan secara langsung,” gumam pe
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

46. Pelajaran

Noval tiba di kantor Andhika tiga puluh menit setelah sambungan telepon mereka berakhir. Dia berjalan dengan langkah lebar menuju ke ruangan pria itu. Tiba di depan pintu, dia sudah disambut oleh sekretaris Andhika.“Silakan masuk, Pak! Bapak sudah ditunggu dari tadi oleh Pak Dhika.”“Terima kasih,” sahut Noval. Dia lalu membuka pintu ruangan Andhika, dan terkejut mendapati seorang pria duduk di kursi di hadapan Andhika.“Eh, Noval. Masuk sini dan duduk di kursi itu! Aku sudah menyiapkan untuk kamu,” titah Andhika.Noval tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia lalu melangkah ke dalam ruangan, kemudian duduk di kursi yang ditunjuk oleh Andhika.“Ada apa, Pak Dhika? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Noval setelah dia duduk di kursi, bersebelahan dengan Romi.“Iya. Kamu harus membantu aku dengan menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan dengan jujur!” tegas Andhika dengan tatapan tajam tertuju pada Noval.Noval yang ditatap Andhika dengan tatapan tajam, merasa grogi juga. Rasa bersalah
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

47. Kecewa

Dalam sekejap, Bagus sudah tiba di ruangan Andhika. Pria itu menghela napas panjang melihat Noval yang babak belur. Dia lalu melangkah mendekati Andhika.“Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Bagus.“Tolong kamu urus untuk mengambil alih perusahaan jasa keamanan atas nama si brengs*k ini. Aku dulu yang memberi dia modal untuk merintis perusahaan itu bersama temannya. Tapi, dia nggak tahu diri. Sudah ditolong malah menikamku dari belakang,” sahut Andhika dengan tatapan tajam terarah pada Noval yang masih menundukkan kepalanya.“Baik, Pak. Saya akan hubungi notaris dan mengadakan rapat dengan pemegang saham lainnya. Setelah itu, akan saya umumkan kalau perusahaan tersebut sudah diambil alih oleh Pak Dhika dari Pak Noval,” ucap Bagus, yang diangguki oleh Bagus.“Iya, segera kamu urus semuanya!” titah Andhika, yang diangguki oleh Bagus.“Ok, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu.”Selanjutnya, Bagus melangkah meninggalkan ruangan Andhika.Sepeninggal asisten pribadinya, Andhika kembal
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

48. Usaha Andhika

Andhika menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah toko bunga. Dia berniat membeli buket bunga cantik untuk sang istri.“Ada yang bisa dibantu, Pak?” tanya seorang pegawai toko bunga.“Iya, saya mau cari bunga mawar pink.” Andhika menjawab tanpa menatap ke pegawai toko bunga. Matanya tetap fokus ke arah deretan aneka bunga.“Di sebelah sini, Pak. Ini ada bunga mawar pink, yang baru dipetik dari kebun. Masih segar sekali. Kalau kue, fresh from the oven,” ucap pegawai toko bunga itu.Andhika terkekeh mendengar perumpamaan yang diucapkan oleh wanita itu.“Mbak bisa saja menyamakan bunga dengan kue,” celetuk Andhika.Wanita itu hanya tersenyum menanggapi penuturan Andhika barusan. Langkahnya terhenti di pojok ruangan toko.“Ini bunga mawar pink-nya,” tunjuk wanita itu.“Ok, saya mau yang ini. Tolong segera dirangkai ya, Mbak. Saya tunggu,” ucap Andhika.“Siap. Ada kata-kata mutiara yang bisa diselipkan di rangkaian bunga ini?” tanya wanita itu.“Oh iya, ada. Bisa minta kertas dan pulpenn
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

49. Dilema

Sementara itu di Singapura.Hana yang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, kini termangu di kamar apartemennya. Dia yang kini sedang berbaring, mengangsurkan tangannya ke perutnya yang masih rata.“Ada anak Mas Dhika di rahimku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku nggak mungkin kembali padanya. Aku sangat membencinya, dan aku sangat terhina dengan ucapannya. Biarlah anak ini aku rawat sendiri di sini. Mas Dhika nggak perlu tahu. Tapi, apa keputusanku ini adil untuk anakku ini?” gumam Hana seorang diri. Tak terasa cairan bening mulai membasahi kelopak matanya.Posisi Hana yang memunggungi pintu, tak menyadari kalau Mutia tengah memperhatikan dari ambang pintu. Kakak sepupu sekaligus managernya itu, dapat melihat kalau kini Hana tengah menangis karena punggung Hana tampak berguncang.Mutia lalu melangkah mendekati Hana dan duduk di tepi tempat tidur. Dia mengusap lembut lengan adik sepupunya itu, berusaha untuk menenangkan.“Han, aku sudah ngomong tadi sama Pak David dan berneg
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

50. Kunjungan David

Hana yang meragu dengan yang Andhika tulis di kartu itu, lantas menutup aplikasi pesan berwarna hijau itu. Dia lalu kembali merebahkan tubuhnya di kasur.Mutia yang melihat reaksi adik sepupunya itu menjadi heran.“Han, kok kamu cuek begitu sih?”“Memangnya aku harus apa, Mbak? Apa aku harus tersenyum karena senang telah membaca tulisan Mas Dhika? Aku saja nggak tahu apakah dia menuliskan itu semua dengan tulus, atau hanya trik saja supaya aku mau memaafkan dia?” sahut Hana dengan bibir yang mengerucut.“Astaga, Hana! Kenapa kamu keras kepala begini sih? Pak Dhika itu seorang yang nggak main-main dalam bertindak lho, Han. Kalau dia menuliskan kata itu, artinya dia sungguh-sungguh. Coba kamu tengok lagi tentang kesepakatan kalian. Pak Dhika menikahi kamu sah secara hukum agama maupun negara. Kalau dia mau, bisa saja dia menikahi kamu secara siri. Jadi kalau mau berpisah, nggak usah repot mengurus ke pengadilan agama. Kalau menurutku sih, sebenarnya dari awal Pak Dhika sudah tertarik sa
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status