Semua Bab Wanita Untuk Sang CEO: Bab 31 - Bab 40

121 Bab

31. Memulai Aksi

“Pak Dhika, bagaimana kalau saya yang sekaligus menjadi sopirnya istri Bapak?” tawar Noval ketika Andhika dan Hana sudah berada di teras rumah, dan bersiap akan berangkat ke tempat aktivitas masing-masing.“Nggak! Biar Mang Udin yang tetap menjadi sopirnya. Tugas kamu hanya menjaga istriku kalau ada orang yang usil sama dia!” tegas Andhika.“Ok, kalau begitu,” sahut Noval. Dia lantas melangkah mendekati mobil yang nanti akan digunakan oleh Hana. Dia membuka pintu penumpang belakang, dan berdiri di samping mobil. Menunggu Hana yang sedang berbincang dengan Andhika.Sepeninggal Noval, Andhika meraih pinggang ramping Hana dan mengecup singkat bibir ranum istrinya.“Aku pergi dulu, ya. Kamu tenang saja. Ada Noval yang akan menjaga kamu. Setelah selesai pemotretan langsung pulang, ok,” ucap Andhika.“Iya, Mas.”“Oh ya, hari ini aku kayaknya pulang telat deh, Han. Soalnya ada acara makan malam dengan rekan bisnis. Bagus mengingatkan aku tadi pagi. Jadi nanti malam, kamu makan sendiri saja.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

32. Buket Bunga

Noval kembali ke gedung tempat Hana sedang melakukan sesi pemotretan dengan senyum mengembang di bibirnya. Setidaknya perintah Lestari sudah dia jalankan. Meskipun belum tahu apakah cara tersebut akan berhasil atau tidak. Setidaknya dia sudah berusaha. Andaikan belum berhasil, dia akan mencoba cara lain hingga keinginan Lestari dapat tercapai. Andhika membenci Hana dan mengusirnya dari rumah mewah itu.‘Maafkan aku, Bu Hana,’ ucap Noval dalam hati ketika dirinya sudah kembali berada di studio foto. Dia melihat Hana masih sibuk melakukan pemotretan.“Sudah selesai?” sapa Mutia dengan senyuman, karena dia kira Noval baru buang hajat di toilet.“Sudah, Mbak. Sekarang sudah plong,” sahut Noval dengan menampilkan senyumannya yang khas.Mutia tertawa kecil dan kembali menatap Hana yang sedang berpose, sesuai dengan arahan pengarah gaya.Di saat waktu menunjukkan pukul dua belas siang, pengarah gaya menghentikan sesi pemotretan itu.“Kita istirahat dulu, ya. Kita makan siang dulu. Kita balik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

33. Fitnah

“Salah itu, Mas! Jangan mengambil kesimpulan dulu. Biar aku jelaskan, ya,” ucap Hana berusaha tenang. Dia tahu kalau Andhika mulai cemburu padanya, sehingga langsung mengambil kesimpulan kalau Heru adalah mantan kekasihnya.“Baik, memang kamu harus jelaskan semuanya padaku! Ayo, kita bicara di ruang kerjaku!” ajak Andhika. Dia lalu melangkah ke sebuah ruangan yang ada di sebelah ruang keluarga di lantai bawah, diikuti oleh Hana.Setibanya di ruang kerja Andhika, Hana duduk di sebuah sofa yang ada di tengah ruangan. Sedangkan Andhika, berdiri sambil melipat kedua lengannya di depan dada.“Begini, Mas. Si Heru ini dulunya memang pernah menyatakan cintanya padaku. Itu terjadi ketika aku baru saja menjadi bintang iklan untuk pertama kalinya. Dia saat itu menjabat sebagai manager pemasaran di sebuah perusahaan, yang mengontrak aku sebagai bintang iklannya. Katanya, dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi, cintanya itu aku tolak. Jadi aku sama dia nggak pernah punya hubungan khusus. Te
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-06
Baca selengkapnya

34. Aksi Kedua

“Menyelidiki si pengirim buket bunga ini?” tanya Noval terkejut. Namun, dia berusaha untuk bersikap wajar di depan Hana.“Iya, ada orang iseng yang kirim buket bunga ini. Saya curiga ada orang yang ingin memfitnah saya,” pancing Hana dengan terus memperhatikan raut wajah Noval. Namun sialnya, dia tak menemukan apa-apa di wajah pria itu. Raut wajah Noval tampak datar seperti biasanya.‘Ck, dia nggak berekspresi apa-apa. Andaikan dia terkejut, tapi nggak kelihatan. Aku jadi sanksi. Dia atau bukan sih pelakunya,’ ucap Hana dalam hati.“Apa buket bunga ini begitu mengganggu Bu Hana?” pancing Noval dengan wajah tak berekspresi.“Iya, sangat mengganggu. Makanya saya minta tolong kamu untuk menyelidikinya. Hari ini saya nggak ada kegiatan di luar rumah. Jadi waktu kamu bisa digunakan untuk menyelidiki siapa si pengirim buket bunga ini. Kamu nggak usah menjaga saya, karena saya merasa aman di rumah,” sahut Hana.‘Sepertinya dia menaruh curiga padaku. Hm, aku nggak boleh kalah oleh perempuan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-06
Baca selengkapnya

35. Amarah Andhika

-Tiga puluh menit sebelumnya-Noval yang tahu beberapa ruangan di rumah Andhika dipasang kamera CCTV, lantas melangkah mendekati pos keamanan yang ada di dekat pintu gerbang. Dia bermaksud untuk mengatur kamera CCTV itu agar tak menyala selama dia melancarkan aksi.Setibanya di pos penjagaan, Noval tersenyum kala melihat Rusli-si penjaga rumah, yang sepertinya mengantuk. Pria berusia di awal empat puluh itu sudah lelah setelah menjalani tugas shif malam. Kini sedang menunggu rekannya yang akan bertugas di pagi hingga sore hari.“Ngantuk, Pak Rusli?” sapa Noval ramah.“Eh, Mas Noval. Iya, nih. Menunggu Amir datang dulu baru saya bisa pulang,” sahut Rusli.“Mata Pak Rusli sudah merah itu. Kalau mau pulang, ya sudah pulang saja. Biar saya saja yang menggantikan menjaga pos ini sampai Amir datang. Kebetulan Bu Hana hari ini nggak keluar, jadi saya nggak ngapa-ngapain ini,” ucap Noval dengan senyuman.“Tapi, nanti kalau tiba-tiba Bu Hana mau keluar, bagaimana?” tanya Rusli meragu.“Paling
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya

36. Pupus

Andhika hanya melihat reaksi Hana, yang kini menutupi tubuh polosnya dengan selimut rapat-rapat. Dia melipat kedua lengannya di depan dada. Menatap sinis ke arah sang istri.“Akting terus saja, Han. Aku akan mendengarkan pengakuanmu. Lebih baik kamu jujur dan katakan siapa lelaki itu!” ucap Andhika datar dan dingin. Sosok Andhika yang hangat, yang dikenal Hana setelah mereka menikah kini menguap entah ke mana.“Mas, a-aku. Aku nggak tahu kenapa aku bisa begini. Tadi setelah sarapan, aku sangat mengantuk. Aku masuk ke dalam kamar dengan pakaian masih lengkap. Pasti ada yang berbuat jahat padaku. Tadi aku lupa apakah pintu sudah terkunci atau belum. Tapi, kalau keadaanku sekarang kayak begini, sepertinya aku lupa mengunci pintu kamar,” sahut Hana tercekat karena menahan tangis. Air matanya kini sudah menganak sungai. Hatinya hancur karena suaminya yang diam-diam membuatnya jatuh cinta, kini termakan fitnah yang dilancarkan oleh seseorang.“Nggak usah mengelak lagi kamu, Han. Nggak usah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya

37. Hati Seorang Ibu

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Hana terus menangis. Dia tak menyangka kalau perpisahannya dengan Andhika harus seperti ini, dan secepat ini. Awalnya dia berharap bisa berpisah dengan Andhika secara baik-baik, tahun depan. Namun, belum juga satu tahun pernikahan kontraknya dengan Andhika sudah harus kandas.Sopir taksi menyaksikan kesedihan Hana dari kaca spion tengah dengan tatapan iba.“Mbak, kita sudah sampai,” ucap sopir taksi dengan suara pelan.Tangisan Hana terhenti. Wanita itu lalu menatap ke arah luar jendela mobil, dan benar saja kalau dirinya sudah berada di depan rumah orang tuanya.Hana sigap menghapus air matanya dan memoles kembali wajahnya dengan bedak, untuk menyamarkan wajahnya yang sembab.“Tunggu sebentar ya, Pak,” ucap Hana pada sopir taksi yang dengan setia menunggu.“Iya, nggak apa. Saya tahu kalau Mbak sedang ada masalah. Santai saja, hapus saja dulu air matanya.”“Saya nggak mau ibu saya tahu kesedihan saya, Pak. Makanya saya berusaha sewajar mungkin di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-08
Baca selengkapnya

38. Amukan Widya

“Memangnya kenapa, Tan? Kok Tante kayaknya marah sekali sama Pak Andhika,” ucap Mutia di seberang sana dengan nada cemas.“Dia rupanya mengontrak Hana untuk jadi istrinya selama satu tahun. Memangnya anak Tante sebuah rumah yang bisa dikontrakkan? Enak saja dia. Setelah selesai maunya, anakku dilemparkan ke jalan seperti sampah,” omel Widya.“Tunggu dulu deh, Tan. Ini sebenarnya ada apa sih?”“Hana pulang ke rumah, Mutia. Dia difitnah dengan sangat keji. Dia dilucuti pakaiannya saat dia tidur. Kurang ajar kan ini. Kalau sudah nggak mau sama Hana, ya bilang saja. Nggak usah membuat fitnah segala yang bikin nama Hana jadi jelek di matanya,” sahut Widya dengan napas memburu saking emosinya.“Hah?! Pak Dhika melucuti pakaian Hana dan membuat fitnah, begitu?” tanya Mutia memastikan.“Siapa lagi kalau bukan dia?! Di rumahnya nggak ada siapa-siapa kok. Dia pasti sudah menyuruh orang, makanya bebas masuk ke dalam rumahnya. Bahkan sampai masuk ke kamarnya di saat Hana tidur. Kurang ajar kan it
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-08
Baca selengkapnya

39. Pertemuan Tak Terduga

Kedua bola mata Widya membulat, ketika melihat pria paruh baya yang kini mematung di ambang pintu. Dia lalu menatap Andhika dan Aryo bergantian, kemudian menghela napas panjang ketika melihat ada kemiripan di antara keduanya.“Jadi dia ini anak kamu, iya?” ucap Widya dengan mata yang memicing.“Iya, Wid. Andhika adalah anak sulungku. Dia menggantikan posisiku memimpin perusahaan ini, karena kesehatanku yang mengharuskan aku banyak istirahat di rumah. Tapi, aku selalu datang kemari kalau ada rapat pemegang saham,” sahut Aryo. Dia lalu menutup pintu dan melangkah masuk mendekati Widya. Dia lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan wanita itu. “Apa kabar, Wid? Senang bertemu kembali denganmu.”Widya menyalami Aryo sekilas. Dia menyentuh tangan pria itu hanya di ujung jemari nya saja. Selebihnya dia turunkan kembali tangannya itu.“Oh, jadi like father like son. Pantas saja kelakuan dia sangat biadab, karena ternyata kelakuannya itu menurun darimu. Nggak heran!” sahut Widya ketus
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-09
Baca selengkapnya

40. Email

“Untuk apa kamu kemari, Mas?”“Aku ingin bicara sama kamu. Biarkan aku masuk, Han. Nggak enak kalau pembicaraan kita didengar oleh orang lain,” ucap Andhika dengan tatapan memohon pada wanita yang masih sah sebagai istrinya.Hana terdiam sejenak. Akhirnya dia membiarkan suaminya untuk masuk ke dalam rumah, dan duduk di sofa di ruang tamu. Kini mereka duduk saling berhadapan, yang hanya dibatasi oleh meja.“Langsung saja ngomong pada intinya, Mas. Jangan lama-lama di sini karena nggak ada orang di rumah. Apa kata orang nanti kalau tahu aku menerima tamu laki-laki di rumah di saat ibu dan adikku nggak ada? Meskipun menurutmu aku ini wanita murahan, tapi di lingkungan sini mereka mengenalku sebagai wanita baik-baik,” cetus Hana, yang membuat Andhika menghela napas panjang dan mengusap wajahnya kasar.Andhika menatap Hana dengan tatapan penuh penyesalan. Sedangkan Hana memalingkan muka, menatap ke arah teras.“Han, aku ini kan suami kamu. Tetangga kamu juga tahu kok kalau aku ini suami ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status