“Ibu! Kenapa ibu seperti seolah hendak mengatakan Nadina tidak memiliki teman? Tentu teman Nadina, Bu! Tak akan lama kok! Mas Nadhif juga bisa menemani ibu di sini untuk beberapa saat. Ya ‘kan, Mas?” sela Nadina mencari pembelaan. “Iya, Bu! Tidak apa-apa, mungkin Nadina sangat merindukan kawan-kawannya itu.” Nadhif tersenyum memandang Khoiri. Sementara itu, Khoiri balas tersenyum getir kepada sang menantu. Beberapa saat setelahnya, Nadina yang tengah mengatur hijabnya di depan kaca kamar dikejutkan dengan kedatangan Khoiri yang langsung menutup pintunya. “Nadina, kawan mana yang kamu maksud, Sayang? Kemarin sebelum pernikahan kamu bilang mereka semua sedang bekerja di luar kota?” terang Khoiri. “Ibu, teman Nadina itu banyak sekali! Bukan hanya yang itu saja. Ibu tidak perlu khawatir seperti itu, ah! Dia orang yang baik kok! Sangat baik, malah!” pekik Nadina sambil tersenyum. Wanita itu tampak terus memoles bibirnya dengan pewarna merah redam. Dan tersenyum di depan kaca seolah me
Read more