“Cukup, Mas. Berhenti bermain-main dengan semua perkataan yang mas ucapkan. Nadina senang karena mas Dewa kembali dan baik-baik saja, tetapi apa yang terjadi pada masa lalu kita tidak akan pernah Nadina lupakan, Mas.” “Nadina tidak akan biarkan mas Dewa kembali merobohkan apa yang sudah Nadina bangun,” lengkap Nadina dengan menatap Sadewa sedikit lebih tajam. Sadewa tampak menghela napasnya sebentar sebelum akhirnya mengubah pandangannya ke arah Rayyan dan Adnan yang tengah fokus dengan buku-buku di hadapan mereka. “Aku tidak ingin menghancurkan apa yang telah ada, Nadina. Aku hanya mau mencegah apa yang mungkin saja bisa rusak. Jangan berdalih bahwa pemuda itu guru yang terbaik untuk putramu dan kebetulan mirip dengan mendiang suamimu,” “Akui saja kau bahkan putramu mulai memanfaatkan tampangnya untuk mengobati rasa rindu kalian pada Nadhif, bukan? Jika kau teruskan ini, mungkin akan ada yang terluka, Nadina. Entah kau, putramu, atau Rayyan!” papar Sadewa panjang lebar. Tak ingi
Read more