All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 271 - Chapter 280

334 Chapters

Extra 5 - Matahari yang Memilih Mimpi

“Hai, Papa. Aku tidak tahu kau ada di sini,” kata Lori. Berusaha bersikap santai sambil menilai wajah ayahnya. Apakah marah atau normal. Sepertinya normal, mungkin ia memang tidak mendengar pertengkarannya dengan Otiz.“Aku di sini karena kau tidak ada. Kenapa kau menghilang? Kau membuat Michael kebingungan.” Ayah Lori menggeser tubuhnya yang sedikit tambun, dan terlihat pria amat rapi yang tampak kebingungan memang. Tampan, licin dan bersih. Tipikal anak orang kaya yang umum.“Kau tiba-tiba tidak ada.” Michael tersenyum masam.“Aku… aku pergi untuk menyapa seseorang. Impulsif saja, jadi…” Lori berbohong tentu. Ia meninggalkan Michael karena membosankan. Pembicaraannya tidak menarik.“Menyapa? Siapa?” Ayah Lori menatap Otiz. Tidak mengenalinya. “Ini… Otiz Montoya.” Lori memperkenalkan dengan normal, tapi kemudian menambahkan dengan nekat.“Dan kami dekat.” Lori meraih tangan Otiz, menggandengnya. Jelas mengindikasikan kalau Otiz bukan hanya kenalan maupun teman.“Otiz, ini ayahku. A
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

Extra 6 - Matahari yang Bersembunyi

“Maaf, saya tidak bermaksud…”“Aku tidak tahu kau siapa, dan sejauh ini terlihat mencurigakan. Aku tidak akan mengungkit fakta kau tidur dengan anakku, tapi kalau kau menyakitinya, aku tidak akan diam!” Andres mengancam. Ia rupanya mendengar isi perdebatan Lori dan Otiz tadi, hanya memilih diam tidak membahas, hanya setelah Lori menangis, Andres merasa Otiz telah salah.“Maaf, Senor Sallazar. Saya mengerti amarah Anda, dan akan menjelaskan apapun yang Anda minta. Tapi nanti. Saat ini… saya ingin mengejar Lori.” Otiz dengan terpaksa menepis tangan Andres, lalu berlari meninggalkannya.Otiz tahu kalau yang dilakukannya tidak sopan, tapi tidak mungkin juga membiarkan Lori dalam keadaan seperti itu sendirian. Otiz ingin meminta maaf paling tidak.Otiz tidak pernah menegur maupun memprotes apa yang dilakukan Lori—berkenaan dengan pria, karena mengkhawatirkan keadaan ini.Matahari itu bersinar, beredar seperti umumnya. Normal, ceria dan terlihat menikmati dunia, tapi sedikit saja gangguan,
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

Extra 7 - Selamat Tinggal Matahari

“Oh… kau tidak mabuk?” Lori selama ini mengira mereka berdua sama-sama mabuk dan berakhir di ranjang karena kesalahan. Setelah itu Lori yang mengusulkan mereka akan bersenang-senang saja. Otiz menerima, dan sudah. Tidak ada apapun yang harus dibahas. “Lalu apa?” tanya Lori. Masih belum paham alasan Otiz membawa hal itu dalam perdebatan ini.“Aku melakukannya karena ingin, Lori. Aku menerima apapun permintaanmu bukan sekadar ingin bersenang-senang! Aku berharap ada yang terjadi.”Lori terpaku dalam posisi mendongak, menatap Otiz. Mencari apa sebenarnya tersembunyi selama ini.“Aku… aku mencoba… Aku ingin bertahan. Aku ingin tetap ada didekatmu… karena aku ingin. Aku ada meski tahu kalau harapanku tidak pernah akan menjadi nyata. Yang aku kejar adalah matahari. Yang telah bertekad bersinar untuk satu orang—begitu mencintai satu manusia itu, meski tidak lagi ada.”Otiz mendesah. Ia ingin berhenti, karena tahu kalau apapun yang diucapkannya saat ini akan percuma. Didengar mungkin, tapi
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

Extra 8 - Mencari Tahu Untuk Matahari

“Sebentar, saya tidak ingin membuat keributan atau mengancam. Saya hanya ingin bicara padanya.” Andreas mengangkat tangan. Sikap agresif tadi langsung hilang berganti panik saat mendengar gertakan Ed.Ia mungkin tidak memiliki bisnis dengan Ed, tapi semua orang kaya yang ada di Puerto Vallarta maupun Guadalajara akan tahu bisnis apa yang dimiliki Ed selain tequila, dan betapa berbahaya mencari masalah dengannya.“Bicara apa?” tanya Ed. Ikut menurunkan tensi pembicaraan. Ia tetap tidak akan memberi tahu dimana Otiz sebelum jelas.“Saya… Ini tentang Lori. Apa Anda tahu hubungan mereka?” tanya Andreas sambil mengusap tengkuknya yang tegang. Wajahnya tidak lagi panik, lebih kemuram.“Lori? Dan Otiz? Ya, aku cukup tahu.” Ed tidak tahu, tapi tidak ingin mengakuinya. Tapi semenjak masalah Zurich, Ed sudah merasa kalau mereka lebih dekat dari apa yang diperkirakannya. Pantas saja Ed sering melihat Otiz melirik ke arah Lori saat mereka ada di satu situasi.Ed tidak terlalu tajam dalam menebak
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Extra 9 - Matahari yang Bersalah

“Apa Otiz ada?” tanya Lori begitu melihat Ruby muncul di ruang tamu.“Aku sudah mengatakan tidak ada tadi. Kau ingin bertemu Otiz atau bagaimana?” Ruby bingung. Sebelum datang tadi, Lori sudah bertanya apakah Otiz ada di rumah itu. Ruby menyebut tidak ada, bahkan Otiz tidak datang untuk mengantar AJ.“Syukurlah.” Lori langsung menarik tangan Ruby. Membawanya kembali ke kamar, dan mendorong Ruby agar berbaring di ranjang. Memintanya tetap istirahat.“Kau itu kenapa?” Ruby tentu memberontak dan duduk. Lori sendiri sudah duduk di samping ranjang dan menutup wajahnya.Sikap dan gerak-gerik yang jelas menunjukkan kecemasan dan stress.“Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat…”Ruby ingin mengatakan buruk tapi tidak tega. Tapi biasanya Lori tidak pernah berantakan. Seleranya dalam berdandan dan berpakaian seperti Liz. Sementara Lori yang ada di depannya saat ini memakai sesuatu yang mirip piyama bergambar kartun dan jelas belum menyisir rambutnya—mungkin selama dua hari.“Apa kau pernah tahu
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Extra 10 - Kebebasan Untuk Matahari

Otiz mencoba untuk mengunyah makanan pesanannya yang baru saja datang, berharap merasakan gurih—atau asin paling tidak, tapi tidak ada. Sosis yang baru saja digigitnya tidak berbeda dengan air. Tawar tapi bertekstur.“Ck!” Menyerah, Otiz menyingkirkan dan piring dan mengambil pisang—lebih mudah digigit dan dikunyah. Otiz memaksakan diri untuk makan karena membutuhkannya. Lambungnya mulai perih, karena hampir dua hari semenjak sakit ia hanya minum obat tanpa makan. Kini demam dan pileknya sudah berakhir, tapi tidak dengan indera perasanya. Semua masih hambar. Pisang itu pun tidak berbeda, tidak ada manis apapun. Otiz hanya menelan tanpa semangat.Otiz kembali berbaring di ranjangnya, dan menutup mata. Tanpa berganti pakaian. Ia masih berpakaian lengkap karena baru pulang dari dokter juga tadi.Selain lidah yang belum kembali, tubuhnya juga masih lemas, dan Otiz menyalahkan gerombolan dari Italia itu. Sepertinya ia terkena virus flu asing dari mereka—atau memang dirinya alergi dengan
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

Extra 11 - Matahari yang Salah Paham

Ini lebih buruk dari gerhana, lebih gelap. Otiz tidak bisa memaksakan diri untuk membuat apa yang didengarnya nyata. Terlalu tiba-tiba dan mustahil. Otiz berdiri, tapi kembali terhenyak duduk, kepalanya pusing. Mungkin karena sakit, tapi lebih ke arah shock. “Kau yakin tidak perlu berbaring? Aku akan membantu.” Ed sudah berdiri, dan mengulurkan tangan. Otiz menyambar tangan itu, tapi bukan menerima penawaran. Ia mencengkram tangan itu kuat-kuat. “Don Rosas… Apakah saya melakukan kesalahan? Apa Anda marah?” tanya Otiz dengan mata nyalang. Ia berusaha keras berpikir kesalahan apa yang sekiranya dilakukan sebelum sakit kemarin. “Apa Anda marah karena saya tidak muncul berhari-hari?” Otiz tahu masa sakitnya baru tiga hari, tapi bisa jadi Ed marah dan merasa repot. “Otiz, kau sakit. Apa pantas aku marah? Apa aku terlihat marah?” Ed mendengus lalu duduk di samping Otiz sambil melepaskan tangannya. “Oh!” Otiz langsung terhenyak bangun. Ia belum pernah duduk di samping Ed, dimanapun it
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

Extra 12 - Matahari yang Harus Maju

“Kau… dan Otiz! Apa selama ini kalian… kalian…” Lori kehilangan kata-katanya, sambil menunjuk Otiz dan Ed yang memang masih berpelukan di lantai kurang lebih. “Kotor sekali otakmu! Kau tidak melihat? Otiz pingsan!” bentak Ed, lalu dengan paksa membalik tubuh Otiz untuk membebaskan diri. Tadinya Ed tidak ingin kasar memperlakukan tubuh Otiz yang sakit, tapi tidak ingin pikiran liar Lori semakin menjadi. “Otiz? Otiz?!” Lori berlari menghampiri Otiz dan mengguncang tubuhnya. Akhirnya melihat kalau keadaannya tidak berdaya. “Dia sakit apa? Apa sangat gawat? Kata dokter apa?” Lori menuntut penjelasan. “Kau pikir aku tahu?!” Lori bertanya ditempat yang salah, Ed tidak tahu apapun tentu. “Kau selalu tidak tahu! Bagaimana kalau Otiz sakit parah? Seperti Javier!” Lori menepuk tubuh Otiz. Panik. “Kau jangan bicara sembarangan! Otiz hanya sakit biasa!” sergah Ed, sementara tangannya meraba mencari ponsel. “Kau tidak tahu pasti!” pekik Lori. “Kau juga tidak tahu Javier sakit! Kau tidak
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

Extra 13 - Matahari yang Khawatir

“Apa kau yakin? Jangan gegabah dalam mendiagnosa!” Otiz membuka mata, tapi kata-kata yang didengarnya itu membuatnya meragukan kalau ia memang sudah benar-benar membuka mata. Suara itu seharusnya tidak ada di kamarnya. Otiz tahu ia ada di kamarnya. Masih bisa mengenali benda dan yang lain, jadi tidak mungkin Lori ada di kamarnya. Tapi saat berpaling, Otiz tahu kalau yang didengarnya bukan bagian dari mimi. Memang Lori yang ada di sana, sedang berdebat dengan dokter Bernal. Kehadirannya tidak aneh, karena ada Ed juga di kamar itu. Sudah jelas siapa yang memanggilnya. “Ini hanya flu biasa. Ia pingsan memang lemas!” Bernal menegaskan sambil menjinjing tasnya. Lori masih tampak ingin memprotes, tapi Bernal sudah menghampiri Ed. Menyerahkan obat dan vitamin lalu berpamitan. “Kau harus membawanya ke rumah sakit!” Lori memprotes pada Ed akhirnya. “Kata dokter tidak perlu! Apa kau tidak mendengar?!” sergah Ed. “Tapi Otiz belum bangun sampai sekarang! Bagaimana kalau ia benar-benar sa
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

Extra 14 - Matahari yang Menyerah

“Aku… bukan hanya itu. Aku ingin meminta maaf.” Lori tidak akan bisa tidur dengan tenang sebelum mengucapkannya. “Untuk apa? Perasaanku? Tidak perlu.” Otiz menggeleng. “Perasaanku hanya untukku. Kau tidak salah dan…” “Bukan itu saja!” Lori memotong karena bisa melihat perubahan wajah Otiz. Permintaan maafnya yang berkaitan dengan perasaan Otiz tidak seharusnya diucapkan, karena akan semakin menyakitinya. “Aku ingin minta maaf karena marah padamu tanpa alasan… well, maksudku… seharusnya aku tidak marah saat kau mengatakan kebenaran itu. Aku hanya terlalu buta untuk menyadarinya.” Lori membahas yang berkaitan dengan perasaannya sendiri saja. “Kau minta maaf untuk?” Otiz tidak paham. “Tentang… Javier. Yang kau katakan tentang Javier… aku tidak tahu… dan kau sangat benar. Aku seharusnya tidak marah saat kau benar.” Otiz termangu. Ia takjub Lori mengakuinya dengan cukup mudah. Lori kemarin menutup telinganya—mencoba membantah sekuat tenaga. Lori kini terlihat menyerah. “Justru aku h
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
34
DMCA.com Protection Status