All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 251 - Chapter 260

334 Chapters

Ingatan yang Terlihat Tidak Penting

“Kau yakin tidak melakukannya?” Ed mendesak, sedikit kurang percaya. “Astaga!” Val yang ada di seberang panggilan itu langsung mengeluh. “Tidak ada. Aku tidak menerima kontrak untuk membunuh dengan sasaran Jade Herrera! Aku sudah memeriksanya dua kali! Apa kau perlu bicara pada Asher untuk memastikan? Tapi dia tidak ramah, jadi jangan…” “Siapa Asher?” Ed yang sedang menunggu pintu lift, sejenak berhenti bergerak. Bingung. “Anak buah yang harus aku bangunkan untuk info yang kau minta ini—dan mencaci maki tadi. Pokoknya tidak ada, Oke?” Val mengeluh karena ia juga mendapat akibat buruk karena pertanyaan Ed itu. Ed memutuskan kembali bertanya pada Val. Jade Hererra tidak termasuk nama yang dikenal Val seharusnya. Permintaan pembunuhan bisa saja menjadi normal seperti pekerjaan lain, tapi harus kecewa karena tidak ada hasil. “Kau sibuk sekali sepertinya. Siapa lagi yang mati?” tanya Val. “Mertua,” kata Ed. “Oh, astaga. Tunggu! Aku harus ikut gembira atau berduka? Apa mertuamu terma
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Tidak Akan Marah

“Daddy!” AJ menyambut dan berlari turun dari teras saat Ed turun dari mobil.“Kau tidak pulang? Aku mencarimu.” AJ memprotes, seperti biasa.“Maaf, ada sesuatu yang harus aku selesaikan.” Ed menggendong AJ dan melangkah masuk.“Dimana Mommy?” tanya Ed, dengan suara serak. Lelah—ia tidak memejamkan mata sekejap pun semalaman, sekaligus cemas.“Di kamar. Kembali berbaring setelah berteriak menyuruhku bersiap sekolah.” AJ meringis bandel, karena tentu berdiam dalam gendongan Ed tidak termasuk bersiap sekolah.“Hari ini kau tidak perlu sekolah. Daddy nanti yang akan bicara pada guru nanti.” Ed membutuhkan setiap butir faktor yang sekiranya bisa membantu menghibur Ruby. Dan memang alasannya tepat. Nenek AJ meninggal adalah alasan valid untuk absen sekolah.“He? Aku libur? Bukan sabtu minggu?” AJ langsung melompat turun dari gendongan.“Tapi aku tidak sakit.” AJ tidak biasa absen tanpa sakit, sangat heran jadinya.“AJ.” Ed berjongkok di hadapan AJ dan mengusap pipinya. Ia baru menyadari sa
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Tidak Perlu Lembut

“Kau bicara apa?” Ruby menelengkan kepala. Otaknya serasa tertutup tameng dan semua kata-kata Ed memental keluar dari kepalanya.“Ruby… Pria itu… membunuhnya.” Ed tidak bisa menyederhanakan maupun membuatnya menjadi lebih tidak mengerikan. Tidak mungkin juga menyembunyikan penyebab kematiannya Ada Liz yang terluka. Kejadiannya terlalu besar–terlalu dekat untuk ditutupi.“Ruby… dengarkan aku.” Ed merangkum kedua pipi Ruby, memaksa agar Ruby fokus memandangnya. Berita itu mengerikan, tapi Ruby harus mendengar.“Ini balasan konyol, Ed. Apa kau kesal karena lelucon tadi? Kau membalas dengan ini?” Ruby menggeleng, dan tersenyum.“Jangan memakai Mama. Ayo, coba yang lain.” Ruby menunggu.“Aku tidak bercanda. Ruby…” Ed khawatir. Ia melihat Ruby tersenyum. Penyangkalan tapi dalam level tinggi.“Bagian mana yang tidak bercanda? Kau ingin aku percaya ada orang yang datang untuk membunuh Mama?” Ruby tertawa lagi.“Aku tidak bercanda,” ulang Ed, dan tawa itu padam. Ruby mengedip perlahan. Kata-ka
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Tidak Ingin Nyata

Wajahnya tidak jauh berbeda. Ruby tidak melihat hal janggal. Ibunya seperti sedang tidur, bahkan terlihat lebih sehat karena lipstik dan blush on memberi warna ekstra.Tangan Ruby terangkat, gemetar tapi tetap bisa menyentuh pipi dingin. Rasa yang memastikan kalau semua nyata. Ruby menyentuh kelopak mata yang memejam. Ingin melihat apakah mata itu benar-benar diam, atau mungkin Ed memang balasan lelucon Ed sangat panjang. Ini semua mungkin gurauan. Harapan yang sudah pasti mustahil. Mata itu tetap diam. Ruby tidak bisa membangunkan, meski menepuk bahunya dengan keras. Ibunya tidak akan terbangun meski Ruby memenuhi ruangan itu dengan aroma enchilada atau pear. Teh juga tidak.“Ruby.” Ed yang tidak pernah meninggalkan sisinya, menangkap tubuh Ruby yang tiba-tiba menunduk, tapi lega karena Ruby tidak pingsan rupanya. Hanya meringkuk karena sesak yang mengunci dadanya.Ed ikut menunduk lalu mengangkat tubuhnya, kembali ke kursi di deretan depan yang memang tempatnya. Tanpa beban sama se
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

Tidak Diundang tapi Datang

“Abuela, ini untukmu.” AJ yang terlebih dulu bicara, sambil merogoh kantong celananya, dan menyerahkan sebatang coklat. “Maaf, kemarin aku lupa menghitung cokelat untukmu. Tapi aku tidak akan lupa lagi sekarang. Kau satu-satunya Abuela yang aku punya sekarang.” Mia tidak bisa berkata-kata. Ia menatap batang coklat itu dengan panik yang terlihat jelas. “Itu hanya coklat, tidak akan menyakitimu.” Ed bergumam perlahan. Menegur karena penolakan jelas akan membuat AJ kecewa. “Aku… oke.” Mia menerima coklat itu. Ia tidak ingin menolak sebenarnya, hanya terlalu terkejut karena AJ masih bisa ramah padanya setelah sekian kali ia kasar dan membentak setiap kalinya. Wajah AJ kembali menyala. “Apa kau menyukai rasanya? Aku tidak tahu kau suka yang mana jadi aku membeli semua rasa tadi. Kau boleh menukar rasanya kalau sampai di rumah nanti.” “Aku… aku suka.” Mia terbata. Canggung karena tidak tahu harus membalas apa atas sikap manis itu. AJ sudah bertekad mencurahkan kasih sayang porsi un
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

Tidak Lagi Lajang

“Halo, kita bertemu lagi. Oh, aku turut berduka cita.” Val mengulurkan tangan pada Ruby.“Terima kasih.” Ruby menerima dengan pandangan bingung. Kehadirannya mengejutkan. Selain ketampanan tidak masuk akal, ia tidak tahu Val dekat dengan Ed. Kedekatan yang membuatnya sampai merasa harus datang untuk menghadiri pemakaman keluarga.“Ini kejutan. Apa kau sedang menganggur?” Ed menyapa dengan tidak biasa tentu.“Jangan begitu. Aku tentu ingin mengucapkan duka cita.” Val mendecak sambil membuka kacamata hitam yang dipakainya.“Wow! Matamu seperti kaca. Seperti bukan mata.” AJ ada di dekat mobil, mendekat karena kehadiran orang baru, yang rupanya bisa juga menarik perhatiannya. Kini berkomentar karena mata Val yang sangat biru itu.“Ha, kau pintar, Bocah. Ini memang warna asli.” Val terkekeh sambil menepuk pelan kepala AJ.“Kau sepertinya akan cocok bertemu Claud.” Val menebak umur mereka tidak jauh.“Siapa?” Ed mengernyit.“Oh, ada juga yang tidak kau tahu. Itu anakku.” Val tampak puas kar
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Tidak Ingin Ada Jejak

Liz mendengus, lalu memutar kursi rodanya ke arah samping. Ia hapal seluk beluk rumah itu, dan Ruby tidak ingin bertanya ia kemana. Terlalu lelah.“Maaf, tapi saudaramu itu…” Lori menahan lidahnya untuk tidak mengumpat, tapi mengangkat jari tengahnya. Menegaskan kalau batas kesabarannya untuk Liz akan selalu tipis. Ruby tidak akan memaksa mereka akur. Dirinya saja sulit untuk akur dengan Liz.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Lori. Ia melihat Ruby kosong seharian ini. Sekarang sudah lebih baik, tapi masih layu.“Akan baik, asalkan kau membahas hal random.” Ruby separuh berbaring di sofa. Ia memerlukan sesuatu untuk mengalihkan pikiran.“Aku punya. Mayte tadi menghubungiku. Ia ingin datang, tapi gagal mendapatkan tiket. Ia menyampaikan duka cita dan maaf,” kata Lori.“Mayte dimana? Aku pikir masih di tempatmu.” Ruby tidak tahu Mayte ada di tempat yang jauh.“Ia tinggal di tempatku hanya beberapa minggu. Menyesuaikan diri setelah melawan ayahnya.” Lori mengangkat jempol.“Aku bangga dia akhi
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Tidak Lagi Mengherankan

Ruby menatap Ed seperti sedang menikmati opera yang buruk. Mengharapkan sesuatu yang menghibur dan merdu, tapi apa yang didengar bernada sumbang karena terlalu tidak terduga.“Dia benar-benar bukan ayahku?!” Liz mengusap wajahnya. Meyakinkan sekali lagi karena meski sudah beberapa hari informasi itu ada dalam otaknya, ia masih tidak bisa mencerna.Tapi tidak ada yang menanggapi pertanyaan Liz. Ed sedang fokus pada Ruby, yang diam saja. Bingung harus menanggapi apa. Banyak hal melintas dalam benaknya, termasuk ingatan dan pengertian.“Jadi… Itu… Mama tidak pernah membahas… Malu. Ya, aku paham,” gumam Ruby.Ia kemarin bingung kenapa ibunya tidak mau membahas siapa Hans. Menghindar saat Ruby meminta kejelasan. Malu, karena sebejat apa pun Esli, Jade tetap merasa berpaling pada pria yang bukan suaminya adalah salah. Mungkin selain merasa bersalah pada Liz, ibunya juga memendam malu dan penyesalan. Tidak pernah membicarakan Liz/Gemma dan lainnya karena malu kalau sampai menceritakan ketid
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Tidak Sendiri

“Apa perlu saya tambah cookies atau makanan lain?” tanya Tita, sambil menyerahkan nampan berisi teh.“Mmm… bisakah kau membuat churros? Dengan coklat panas. Liz menyukainya.” Ruby ingat Esli menyebut makanan itu kesukaan Liz.“Tentu. Akan saya antarkan nanti.” Tita menyanggupi.Ruby mengangguk berterima kasih dan membawa nampan itu ke halaman samping. Ia tahu Liz ada di teras samping karena tadi sempat mencari ke kamar dan tidak ada. Ia duduk dan menatap pantai di kejauhan. Tidak lagi memakai kursi roda tapi masih pincang.“Teh.” Ruby meletakkan nampan itu di meja dan menuang secangkir untuk Liz. Ia menambahkan chamomile, berharap aromanya akan menenangkan Liz.Tapi Liz bahkan tidak terlihat mendengar. Wajahnya masih lurus ke arah pantai. Ruby tidak memaksa. Menuang teh sendiri untuk dirinya, lalu duduk diam di seberang Liz. Ikut memandang pantai. Diam juga ketenangan. Ruby bisa tahan.“Aku tidak pernah duduk di sini. Pemandangannya lumayan juga,” kata Liz. Akhirnya meraih teh buatan
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Tidak Curiga

“Senor Obrador, selamat. Saya mendengar masa jabatan Anda akan diperpanjang.” Obrador terpaksa berbalik dan tersenyum. Ia tidak mengenali pria yang memanggil dan kini mendekatinya dari arah lift. Sepertinya pegawai dari bagian resepsionis saat melihat seragamnya.Tidak penting, tapi Obrador harus tersenyum. Ia tidak boleh merusak image baik yang selama ini dipertahankannya.“Terima kasih. Aku akan mencoba menjalankan kepercayaan ini dengan sepenuh hati.” Obrador menjabat tangan pria muda itu. Wajahnya sedikit asing. Tidak seperti pria latin. Mungkin campuran, karena wajahnya seperti pria Eropa berambut hitam.“Apa kau baru?” tanya Obrador.“Saya sudah dua tahun di sini.” Senyum pria itu sedikit luntur. Kecewa karena tidak dikenali.“Oh, ya! Aku lupa. Ayala.” Obrador sekilas membaca nama yang terbordir di seragamnya. Hanya sekilas. Obrador berharap ia tidak melihat.“Sopir dan ajudan Anda sudah menyiapkan mobil. Saya melihat mereka di sana tadi.” Ayala membuka pintu gedung untuk Obrad
last updateLast Updated : 2023-11-26
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
34
DMCA.com Protection Status