All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 161 - Chapter 170

334 Chapters

Cara yang Tidak Biasa

“Makan. Kau harus makan. Bahkan aku saja tidak akan mengizinkanmu menemui AJ kalau belum makan.” Lori tidak bergeming dan tetap mengangkat mangkuk berisi bubur encer bertabur daging cincang dan daun bawang ke depan hidung Ruby. Ini usahanya ketiga kali membujuk Ruby untuk makan. Dua kali ditolak Lori masih mundur, tapi tidak untuk ketiga kalinya. “Aku ingin tahu keadaan AJ.” Ruby bersikeras. Ingin turun dan menemui AJ. “Begini, Ruby. Pertama, Ed belum tentu membiarkannya, yang kedua. Kau sendiri sakit. Kau ingin menemuinya dalam keadaan seperti ini? AJ sedang sakit dan kau ingin ia melihatmu dalam keadaan sakit juga? Demammu bahkan belum turun!” Lori sedikit menekan kening Ruby. Selain untuk memeriksa suhu, juga untuk memaksa Ruby bersandar, agar bisa makan dengan tenang. “Makanlah. Demammu tidak akan turun kalau kau tidak makan.” Lori mengangkat sendok dan menempelkannya pada bibir Ruby. Matanya tampak menyipit. Ia tidak akan mundur. Ruby menghela napas, dan akhirnya membuka bib
last updateLast Updated : 2023-10-07
Read more

Tidak Lagi Terlalu Buruk

“Hari ini sudah lebih baik. Menurut dokter, setelah tidak lagi menolak untuk makan, keadaan Senora Herrera meningkat tajam. Belum diizinkan turun dari ranjang tapi. Masih dalam proses penyembuhan.” Otiz melaporkan dengan detail, tanpa diminta.Tapi Ed mendengar semuanya, jadi laporan itu tidak percuma. Ed akan melarang dan menyuruhnya menutup mulut kalau memang tidak ingin mendengar.“Apa saya harus memintanya pergi setelah cukup sehat?” tanya Otiz. Ia harus memperbarui perintah itu karena keadaan Ruby sudah berubah.Tapi Ed yang belum berubah. Ia masih tidak tahu harus melakukan apa.“Saya akan menunggu keputusan Anda.” Otiz berpamitan akhirnya, setelah menunggu tanpa hasil.“Hai, Otiz.” Saat berbalik, Otiz mendapat sapaan manis, dari AJ yang baru saja membuka mata.“Halo, AJ. Kau terlihat segar.” Otiz mengangkat tangannya dan AJ menepuknya.“Aw! Itu sakit. Tanganmu kuat sekali.” Otiz menggoda dengan berpura-pura mengibas kesakitan. AJ tertawa berderai. “Kau bohong,” katanya.“Siapa
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

TIdak Akan Percaya

“Kita akan kemana?” tanya AJ sambil berhati-hati meletakkan tangannya yang masih tersambung infus pada pegangan kursi roda. Ed baru saja menggendong dan memindahkannya ke kursi itu.“Kejutan.” Ed merapikan rambut AJ, sambil tersenyum.“Aku suka kejutan!” AJ bertepuk tangan pelan.“Tenang dulu. Jangan melompat. Ingat kata dokter.” Ed mengerem antusiasme AJ agar ia tidak berlebihan nanti.“Hm…” AJ bergumam dan mengangguk seadanya. Sudah malas mendengar syaratnya dan tidak sabar ingin keluar dari kamarnya. Ini pertama kali ia boleh keluar dari kamarnya setelah menjalani prosedur transplantasi itu.“Kita keluar.” Ed mendorong kursi roda AJ. Tujuan mereka tidak jauh, karena kejutan itu sudah menunggu di ruang depan tempat keributan dua hari lalu.“Apa kita akan berjalan-jalan atau… Oh, MOMMY!”AJ memekik dan nyaris saja Ed gagal menahannya, tapi Ruby yang sangat tanggap bagaimana AJ akan bergerak. segera mengangkat tangan, melarangnya turun, meski ia juga tidak sabar untuk memeluknya. Rub
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

Tidak Hanya Maaf

“Ini bagus sekali! Ini kesempatan bagus!” Lori berseru sambil menepuk paha Ruby dengan bersemangat.“Bagus bagaimana? Apa kau tidak mendengarku?” Ruby jengkel. Ia baru saja mengatakan kalau posisinya serba salah di hadapan EdRuby lebih lega sudah bisa bertemu AJ, tapi tentu tidak menyenangkan kalau setiap kalinya ia harus bertemu Ed juga yang sama sekali tidak ramah. Ruby berharap simpati pastinya, bukan malah sorakan girang dari Lori.“Kau terlalu kaku! Lihat dari sisi yang lain. Justru dengan kau berada di dekat Ed, ia tidak bisa menghindar. Kau bisa dengan bebas merayunya lagi! Tidak kah kau menyadarinya?” Lori mendecak dengan gemas.“Tapi aku tidak ingin merayunya!” Ruby menggeleng sambil mendesah.“Kau tidak ingin berdamai dengannya?” Lori mengernyit.“Ingin—paling tidak untuk AJ, tapi aku tidak yakin caranya dengan merayu. Aku tidak ingin Ed salah paham dan mengira aku mengejarnya lagi. Ed akan marah dan menganggapku lancang dan kurang ajar!” Ruby tidak ingin memperumit keadaan
last updateLast Updated : 2023-10-09
Read more

Tidak Mungkin Dipisahkan

“Se…senora Lizeth?” Tita terbata sambil mundur menjauhi Ruby yang baru akan menyapanya. Ruby bahkan sudah tersenyum. Tapi melihat Tita yang sama sekali tidak hangat—bahkan takut saat melihatnya, Ruby tahu kalau sikap Liz padanya pasti juga amat buruk. “Bukan. Ini ibuku.” AJ menyahut dengan mulutnya yang masih penuh oleh telur dadar. “Apa?” Tita tentulah semakin bingung. “Kau memanggilnya Lizeth, tapi ini ibuku. Bukan Lizeth. Namanya Ruby.” AJ dengan lancar menjelaskan. “Saya tidak…” “Mudahnya, dia bukan Lizeth—meski mirip, tapi Ruby. Dan ibu dari AJ. Sudah, itu saja.” Ed bergumam dan berjalan melewati Tita, menghampiri AJ. Tita tampak mengedipkan mata dengan cepat, menatap Ruby yang kini melambai ke arahnya dan tersenyum canggung. Ruby akan bicara padanya lagi nanti. Mungkin sedikit menjelaskan agar tidak salah paham. “Kau ingin makanan lain? Dokter mengatakan kau sudah boleh memakan apa pun asal tidak berlebihan,” kata Ed. Seperti yang dikatakannya, Ed sama sekali tidak meman
last updateLast Updated : 2023-10-09
Read more

TIdak Dibuang

Ruby memang punya keinginan mengikuti saran Lori, tapi tidak sebrutal itu dengan tinggal di satu atap bersama Ed. “AJ, aku tidak akan tinggal di rumah itu. Mommy akan ada di rumah lain.” Ruby belum punya rencana, tapi kemungkinan akan mencari homestay, atau air bnb yang murah, karena akan tinggal berbulan-bulan. “Kenapa? Aku akan di sana. Beast juga disana. Rumahnya besar, kamarnya banyak.” AJ tidak mau menerima. “Kau boleh berada di sana, tapi aku tidak bisa.” Ruby menggeleng sambil melirik Ed yang membisu, keberatannya terlihat dari matanya yang menyipit. “Tapi kenapa?” AJ mengerutkan kening, tanda-tanda kekecewaan terlihat jelas. “Rumah itu… bukan rumah kita. Mommy tidak bisa tinggal di rumah orang lain dalam waktu lama.” Ruby beralasan dengan gugup, sambil mengusap ponselnya yang ada di meja. “Aku… Tapi aku boleh tinggal di sana kata Beast.” AJ menunduk dan menurunkan sayap ayam yang baru habis separuh, lalu memandang Ed. “Beast, apa mommy tidak boleh tinggal disana juga? A
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Aku Tidak Membencinya

AJ tidak melebih-lebihkan saat mengatakan rumah itu indah. Letaknya di tepi danau yang besar, sudah memberi keunggulan tersendiri. Pemandangan biru menyejukkan yang tentu sangat berbeda dengan apa yang biasanya dilihat AJ di New York. Bagian itu saja sudah membuatnya girang pasti.Rumah berlantai dua berwarna putih dengan atap segitiga biru itu memang didesain untuk bersantai, karena Ruby melihat hamock, ayunan, kolam pasir, tempat barbeque, sampai tenda kecil persis di tepi danau untuk memastikan penghuninya bisa menikmati aneka macam rasa liburan.“Mommy, kemari.” AJ masih sedikit bungkuk karena punggungnya masih ada luka, menarik Ruby menuju tangga.“Aku akan menggendongmu.” Ruby mengulurkan tangan. Naik tangga adalah pekerjaan berat yang belum boleh dilakukan AJ.“Aku ingin kamar di lantai dua juga, tapi kata Ed tidak boleh.” AJ terdengar mengadu, sambil memeluk Ruby.“Itu benar. Kau belum boleh naik turun tangga.” Ruby mendukung sepenuhnya.AJ langsung cemberut. Rupanya tidak ber
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Alasan yang Bukan Tidak Penting

“Kau pikir apa yang akan aku lakukan padanya?” Ed bertanya balik sambil mengernyit.“Aku yang bertanya! Kenapa kau membawa ibuku dalam hal ini?!” Ruby tidak bisa tidak panik. Ia bisa menerima hinaan atau amarah apa pun dari Ed, tapi tidak akan rela jika hal itu menyangkut ibunya.“Ibuku tidak tahu apa pun tentang ini. Dia sakit dan…”“Mommy, kenapa kau marah pada Beast?” AJ menyentak tangan Ruby. Menatap dengan kebingungan.“Otiz.” Ed memanggil Otiz yang segera berjongkok di hadapan AJ.“Hei, apa kau tahu, tadi Tita menyebut kalau ia menemukan ruang bawah tanah. Bagaimana kalau kita melihatnya sekarang?” Otiz tengah membujuk.“Ruang bawah tanah? Apa gelap?” AJ tertarik tapi masih takut-takut.“Tidak, tapi kau akan menemukan banyak keju. Bagaimana?” Otiz mengulurkan tangan, dan AJ meraihnya.“Ayo.” Otiz menggendong AJ dan dengan langkah cepat membawanya menjauh dari keributan.“Kau mengira aku melakukan sesuatu pada ibumu? Rendah sekali penilaianmu tentangku,” dengus Ed. Baru bicara se
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more

Kenyataan yang Tidak Benar

LIMA TAHUN LALU“K… kau… kenapa kau… Apa yang kau inginkan?” Ruby tergagap karena ketakutan, sambil memandang pria botak yang duduk di hadapannya.Ruby mengalami banyak hal buruk dalam hidupnya, tapi sejauh ini, diseret paksa masuk ke dalam klub malam adalah yang paling menakutkan. Ia tadi sedang berjalan pulang dari bekerja, saat ada tangan yang tiba-tiba menyambarnya.“Perlu sedikit dipotong.” Pria itu menyahut.“Apa?” Ruby sampai lupa dengan ketakutannya karena kaget.“Ruby Herrera.”Mata Ruby melebar. Pria itu menyebut nama lengkapnya. “Bagaimana…”“Aku ingin menawarkan uang padamu. Kau memerlukannya bukan?” Ruby ingin tertawa karena histeris dan terlalu tegang. Pertanyaan itu seperti lelucon di waktu janggal. Sudah jelas jawabannya adalah iya—semua orang di muka bumi ini perlu uang begitu lahir.“Aku akan membayar semua hutang, juga biaya pengobatan ibumu, asal kau melakukan sesuatu untukku.”“Bagaimana kau tahu?!” Ruby terkejut. Bahkan rekan kerjanya saja tidak banyak yang tahu
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more

Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak

Ed membuka botol pil yang diberikan Diego, masih ada beberapa sisa. Ed tidak lagi meminumnya setelah sampai di New York. Obat itu hanya untuk rasa sakit di wajahnya dan tidak ada lagi rasa sakit.Obat untuk depressi dan lainnya, tidak lagi diresepkan oleh Diego selama beberapa bulan ke belakang. Menurutnya keadaan Ed sudah membaik. Seiring semakin tidak peduli pada Liz, keadaan Ed membaik.“Salah…semua salah…” Ed bergumam. Ed tidak menyalahkan Diego. Ia bertindak dan mengambil kesimpulan berdasar keadaan yang diceritakan Ed. Dasar cerita salah, tentu kesimpulannya salah.Ed menuang seluruh obat yang tersisa ke dalam wine yang tadi diminumnya. Masih tersisa separuh di dalam gelas. Seluruh pil itu tenggelam, tidak langsung larut, tapi tidak mungkin bisa dikonsumsi lagi.Ed tidak ingin mengkonsumsinya lagi. Sudah cukup. Seharusnya ia tidak memerlukannya lagi.Ed kembali duduk dan memandang ke arah tangga. Hanya menatap, karena masih tidak tahu harus memutuskan apa untuk menenangkan hatin
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
34
DMCA.com Protection Status