All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 171 - Chapter 180

334 Chapters

Tidak Harus Berbelit

Ed menurunkan cangkirnya, memutar jarinya pada bibir cangkir. Memilih kata karena tidak terlalu ingin mengakui pikiran konyol itu. “Aku dulu hanya menyukai kopi. Pahit, asam, harum dan menurutku cukup. Tapi ada yang membuat teh untukku. Aku tidak tertarik, tapi aku mencoba, dan ternyata… rasanya tidak buruk. Harum yang lebih tenang, pahit yang lebih halus… aku juga menyukainya.” Ruby mendengar semua penjelasan itu, tapi masih belum bisa meletakkan penjelasan itu sebagai jawaban. “Kau… teh itu adalah dirimu. Kau seperti teh! Karena itu aku memilih daun teh untuk ponsel itu!” Ed akhirnya menyebut dengan jelas, karena Ruby tidak juga paham. “Oh… Ooo… begitu.” Ruby mengangguk, dan membatin apa yang membuat Ed harus memutar jauh saat menjelaskannya. Ia hanya harus menyebut dengan mudah. Pipi Ruby perlahan bersemu. Jawaban itu yang membuatnya memerah. Teh yang menjadi misteri itu ternyata sederhana. Tapi tidak meninggalkan rasa yang sederhana dalam hatinya. Itu semua pujian. Tidak langs
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more

Iya atau TIdak

“Aku hanya bertanya. Aku boleh tahu bukan? Ini masa depan AJ.” Ruby bukan tidak khawatir pada amarah Ed, tapi masalah itu harus mereka bicarakan.“Boleh, dan kau sudah tahu jawabannya. AJ akan ikut denganku. Aku berhak…”“Aku tidak berhak? Aku ibunya.” Ruby tidak ingin Ed melupakan kalau ia bertaruh nyawa untuk AJ.“Aku tahu. Lalu apa yang kau inginkan? AJ juga adalah anakku. Kau ingin merampok hak itu lagi? Kau ingin menjauhkannya lagi? Aku tidak pantas ada untuknya?”Perlawanan tanpa amarah. Apa yang diucapkan Ed kurang lebih sama dengan apa yang diserukannya saat hari hujan kemarin—saat Ed mengusir Ruby. Tapi nadanya jauh berbeda. Tidak ada teriakan, atau pun bentakan. Ed menyebut fakta sambil memandang Ruby tepat di matanya. Ed bukan menuntut, tapi meminta apa yang memang seharusnya menjadi miliknya. Tidak ada yang salah dari keduanya.Pembicaraan yang terdengar lebih tenang, tapi terasa lebih melukai. “Aku tidak bisa hidup tanpa AJ. Aku… aku hanya hidup untuknya—dan ibuku. Aku
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

Terlihat Tidak Menginginkan

“Bagaimana kalau kau yang hidup di New York?” Ruby bertanya balik. Ia berani karena sejak tadi Ed tidak menunjukkan amarah.Terdengar tawa, tapi hanya sesaat. Ed diam setelah sadar Ruby tidak bercanda.“Oh, kau serius?” Ed mengira Ruby tengah membuat lelucon.“Ya.” Ruby tahu kemungkinan Ed setuju hanya nol koma sekian persen, tapi tidak ada salahnya mencoba.“Kau tahu siapa Rosas bukan?” Ed memastikan. Akan menjelaskan kalau Ruby belum mengerti.“Ya. Aku tahu.” Ruby tahu kenapa panggilan Ed adalah ‘Don’, bukan Senor seperti yang lain. Panggilan Don sudah sangat jarang dipakai karena mengajuk pada bangsawan. Panggilan itu istimewa karena memang Ed memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki orang ‘normal’ lainnya.“Aku tidak bisa meninggalkannya. Itu keluargaku. Aku harus ada di sana.”Jawaban yang persis ada dalam bayangan Ruby, dan kemungkinan kecil akan bisa mengubahnya. Keluarga Rosas sudah berada disana berpuluh-puluh tahun, Ruby tahu kepergian Ed tidak akan berakibat sederhana.“Apa
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

Tidak Akan Menerima Lagi

Ruby memandang sekitar. “Ed?” Ia panik dan mencari bantuan. Ruby sama sekali tidak punya bayangan harus mengatakan apa. “Saya akan memanggil Don Rosas kalau memang Anda memerlukannya.” Otiz langsung mengusulkan. “YA! Ya, sekarang!” Ruby bahkan tidak mencoba menjawab AJ. Ia menghindari pandangannya, “Mommy…” “Kita akan mencarinya. Beast… maksudku… dia… Kita akan mencarinya.” Ruby sudah kacau sama sekali dan hanya bisa terbata sambil terus berjalan menggandeng AJ. Ia mengikuti Otiz yang akhirnya menemukan Ed. “Beliau ada di sana.” Otiz menunjuk area sudut museum tidak jauh dari pintu masuk. Ed sedang berbicara dengan seseorang yang membuat Ruby mengedipkan mata dua kali. Ruby hanya melihat profil samping, tapi tahu kalau ketampanan pria itu di atas rata-rata. Matanya sangat biru sampai seperti buatan. “Siapa…” Otiz menggeleng sambil tersenyum meminta maaf. “Saya tidak bisa mengatakannya pada Anda.” Ruby tidak mendesak lagi, tapi paham kalau kemungkinan Ed sedang mengurus ses
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

Pernyataan yang Tidak Salah

“Sungguh!” Otiz menggeleng meyakinkan. Ed mendecak lalu melirik ke arah Ruby yang sudah pucat. Bisa terlihat kalau Ruby sama sekali tidak tahu harus menjawab apa. Ed pun sebenarnya tidak tahu harus menjelaskan bagaimana, tapi tidak menghindar. Ed sedikir menarik AJ agar tidak menghalangi jalan, dan berjongkok di hadapannya. “Kapan kau mendengar ini?” tanya Ed. “Kemarin. Tita bicara pada Otiz.” AJ menunjuk dengan sangat yakin. Ed kembali melirik, dan kali ini Otiz menunduk menyesal. Langsung ingat. Ia memang mengobrol bersama Tita, tapi tidak menyangka AJ akan mengerti dan mendengar. Jarak mereka cukup jauh, dan pembicaraan itu seharusnya rumit. “Kita ke bagian triceratops dulu.” Ed menggandeng AJ, mengalihkan perhatiannya. Berharap anak itu lupa nanti “Kau mengatakan apa?” tanya Ruby pada Otiz, dalam desisan, sambil mengikuti mereka. “Tita bertanya apakah Anda berdua akan kembali bersama, dan saya menyebut tidak tahu. Lalu Tita menyebut seharusnya begitu, karena… ada AJ. Maaf.”
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

Tidak Ingat Berapa Batasnya

Ed mendengar suara pintu terbuka, dan melihat Ruby keluar dari kamar AJ. Ruby memang biasanya mengantar AJ tidur, mengucapkan selamat malam, membaca cerita dan lainnya. Tapi tidak pernah sampai berjam-jam seperti saat ini. “AJ tidak bisa tidur?” tanya Ed, sambil meletakkan minumannya. Ruby hanya menghela napas dan duduk di lantai, di dekat meja pendek yang dipakai Ed untuk minum, dan bersandar di sana. “AJ mengajukan banyak pertanyaan sulit,” gumam Ruby. “Ini.” Ed menyerahkan gelas lain yang telah berisi wine. Ruby terlihat membutuhkannya. “Aku tidak yakin ini ide bagus.” Ruby tetap menerima gelas itu tapi. Sudah cukup lama ia tidak minum alkohol. Tapi mungkin memerlukannya saat ini. Lehernya terasa kaku karena tegang seharian ini. “Aku juga tidak yakin ini ide bagus.” Ed mengulang. Baru beberapa hari ini ia menyentuh wine, jadi toleransinya pada alkohol mungkin berubah. Sebelumnya Ed menghindar karena sadar kalau campuran obat dari Diego dan alkohol adalah fatal. Setelah hari p
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Tidak Mampu Membencimu

“RUBY!” Ed berseru saat menerobos gerbang pagar kayu yang juga sudah terbuka. Sudah jelas memang Ruby keluar, yang menjadi masalah adalah kemana. Area rumah itu tenang, tapi tidak sepi. Ada beberapa pengunjung yang berjalan menikmati danau saat malam. Ruby bisa bertemu siapa saja. Ed berlari ke arah keramaian. Berharap Ruby tertarik pada hal yang sama. Pada ujung jalan itu, terdapat air mancur yang menarik perhatian pengunjung dengan lampu dan mitosnya. Semacam versi murahan dari Trevi Fountain di Italy. Banyak pengunjung melemparkan uang dan membuat permohonan. “Oh, syukurlah.” Ed berseru lega saat melihat Ruby berdiri di depan air mancur itu. Untungnya tidak pergi terlalu jauh. “Ruby… Jangan!” Ed berseru panik, saat melihat Ruby tiba-tiba melangkah masuk ke dalam kolam. Beberapa orang yang ada di sana juga mencegah, tapi Ruby memberontak. “Aku ingin mengambil itu! Bersinar! Cantik!” Ruby menunjuk ke dalam kolam. Koin yang dilempar pengunjung memantulkan lampu yang menerangi k
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Hanya Tiga, Tidak Lima

“Ughh…” Erangan Ruby panjang dan lebar karena kepalanya sangat sakit. Seperti baru saja ada yang memukul dengan palu berulang kali.“Sakit…” keluh Ruby, sambil berusaha bangun. “Jam!” Ruby mengangkat tangan untuk melihat arloji di tangannya. Ingin tahu apakah ia kesiangan atau tidak. Tapi tidak ada apa pun di tangannya.“Eh?” Ruby mengelus lengannya yang kosong, lalu melirik meja yang ada di samping ranjang. Arlojinya juga tidak ada di sana. Ruby mengernyit, mengingat-ingat apa yang terjadi. Biasanya ia tidak pernah jauh dari arloji itu karena harus tahu waktu.“Wine.” Ruby ingat ia minum wine di ruang depan bersama Ed. Ruby akan mencarinya di depan kalau begitu.“Jam…jam…” Ruby bergumam, sambil meraba tubuhnya.“Oh?” Keanehan lain. Ruby hanya memakai pakaian dalamnya. Ia tidak ingat kapan melepas gaun selutut yang dipakainya kemarin, tapi mungkin sebelum tidur. Ruby mengangkat bahu.“Jam…” Ruby kembali meraba sekitarnya, sambil mendesis menahan sakit kepala. Ia mencari ponsel. Penu
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

Tidak Sempat Menginginkan

“WAH! Itu kapal!” AJ berlari saat melihat benda apa yang menjadi kejutan Ed. Yacht berukuran sedang berwarna putih dengan layar krem mengembang. Tentu saja AJ langsung melupakan apa pun perasaan yang menganggu. Ia menghampiri Ed yang menunggu di samping kapal layar itu. “Apa ini milikmu?” tanya AJ. “Bukan, aku menyewa. Tapi kalau kau suka, aku akan membelinya.” Ed belum pernah merasa perlu memiliki yacht, jadi tidak pernah ingin membelinya. “Aku suka!” AJ tentu menerima penawaran empuk itu. “Tidak perlu kalau hanya memakainya sesekali.” Ruby tidak mungkin membiarkan permintaan semena-mena itu. “Tapi… tapi…” AJ mulai cemberut. Penolakan Ruby membuatnya melangkah dengan enggan saat meniti jembatan yang menghubungkan dermana dengan bibir kapal itu. Ed melirik ke arah Ruby. Meminta agar setuju dengan isyarat mata. “Mahal.” Ruby berbisik saat melewati Ed. Sangat tidak terbiasa mengabulkan keinginan AJ yang semahal itu. “Tidak akan percuma. Kita bisa memakainya di Puerto Valarta.”
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

Tidak Bisa Memproses

“Ew! Mommy! Jijik!” AJ menunjuk sambil tertawa. Wajah Ruby yang berantakan sangat menghiburnya.“Hm?” Ruby belum menyadarinya, menoleh memandang AJ.“Ini.” Ed akhirnya bergeser, dan mengusap hidup Ruby dengan serbet di tangannya.Perhatian Ruby kembali pada Ed. Tapi hanya memandang dengan pikiran kosong, saat Ed membersihkan kekacauan di wajahnya. “Sudah?” tanya Ed, bukan pada Ruby, tapi AJ. Memintanya menilai apakah wajah Ruby sudah kembali bersih. Tahu benar pikiran Ruby sedang tidak berfungsi normal dari pandangan kosong itu.“Sudah.” AJ mengangguk setuju setelah memandang Ruby. Masih sedikit merah, tapi tidak ada lagi cairan apa pun.“Apa kau sudah siap? Kita akan mencoba memancing sekarang,” kata Ed.“YEAH!” AJ kembali melompat turun dari kursi. Bagian memancing itu memang sangat menarik hatinya sejak tadi.AJ menyambar tangan Ed, mengajaknya untuk turun. Ruby bahkan belum bisa mengikuti. Ia hanya memandang saat mereka berdua menghilang dari pandangan.Ruby sejenak meraba wajahn
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
34
DMCA.com Protection Status