Home / Romansa / Bangkitnya Suamiku yang Perkasa / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Bangkitnya Suamiku yang Perkasa: Chapter 121 - Chapter 130

884 Chapters

Bab 121

Seketika mulut Anisa terasa kering. Kemudian dia meletakkan ponselnya dan menyeruput sop yang diberikan."Eh, kalian kira kami tidak tahu kalian saling mengirimkan pesan?" kata Sabai sambil mengetuk meja makan.Karena takut Theo akan mengatakan hal yang mengejutkan, Anisa langsung menjawab, "Aku sudah kenyang, dia juga sudah kenyang. Kami pulang dulu."Sabai melirik dengan tatapan menggoda. "Oke, kami juga sudah kenyang melihat kemesraan kalian."....Di rumahnya Theo.Berita percobaan pembunuhan Theo telah sampai ke telinga Sabrina. Begitu mengetahuinya, Sabrina langsung datang ke rumah Theo.Sesaat melihat keberadaan Anisa, wajah Sabrina terlihat sangat masam."Waktu Tuan mau ditabrak, Nona Anisa berlari dan melindungi Tuan." Para pengawal menyaksikan sendiri saat Anisa berusaha menyelamatkan Theo, mereka merasa harus memberi tahu Sabrina."Kalau aku tidak mengalihkan perhatian pengemudi, Nona Anisa pasti sudah mati. Nona Anisa memeluk Tuan, Nona pasti mati, sedangkan Tuan masih ada
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 122

"Aku mandi sendiri. Kalau kamu khawatir, kamu boleh menemaniku." Theo sama sekali tidak malu saat mengatakannya.Anisa membeku di tempat, dia merasa salah mengajukan pertanyaan.Anisa tentu khawatir kalau Theo mandi sendiri, tetapi menemaninya mandi ....Apa bedanya dengan memandikannya?Sesampainya di dalam kamar, tiba-tiba Theo berkata, "Ambilkan tongkatku."Setelah menemukan tongkat yang dimaksud, Anisa memberikannya kepada Theo."Bisa?" Anisa takut Theo terjatuh."Bisa. Beberapa hari ini aku mandi sendiri." Nada bicara Theo terdengar mengejek. "Kenapa? Takut?"Seketika wajah Anisa pun memerah. "Kamu sengaja menggodaku!"Theo hanya tersenyum sambil beranjak ke kamar mandi.Anisa khawatir dan mengikuti Theo dari belakang."Kamu mau lihat aku mandi?" Theo berhenti dan menoleh ke belakang.Anisa menggelengkan kepala. "Aku ... aku cuma khawatir. Kamu bisa sendiri?""Bisa." Theo mengangguk. Agar Anisa tenang, Theo hendak melepaskan pakaiannya di depan Anisa.Anisa langsung panik, dia mun
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 123

Anisa kembali ke kamar dengan membawa sebuah kotak medis. Kemudian dia berlutut dia depan Theo dan melepaskan perban yang berlumuran darah.Setelah perban dilepas, ternyata luka yang dialami Theo jauh lebih buruk daripada yang dibayangkan Anisa.Sebongkah daging terkelupas hingga menunjukkan urat yang berwarna kemerahan. Rasanya pasti sangat sakit, tetapi Theo sama sekali tidak merintih.Anisa membersihkan luka tersebut, lalu mengoleskan obat dan menutup kembali lukanya dengan menggunakan perban.Ketika melihat Anisa yang mengerutkan alis, Theo pun berkata, "Lukanya memang parah, tapi tidak sesakit itu."Theo berusaha menenangkan Anisa, tetapi Anisa tidak butuh dihibur ....Anisa mengangkat jarinya dan memencet luka di kaki Theo."Ah ...." Theo terkejut, ada yang dilakukan Anisa?"Nggak sakit, kan?" Anisa memelototi Theo, kedua matanya tampak merah.Theo memegang kedua bahu Anisa, lalu tersenyum dan berkata, "Tidak sakit."Theo yakin, Anisa tidak mungkin memukul lukanya. Kalau Theo kes
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 124

Sekitar pukul 7 pagi, berita kematian Aida telah menyebar ke seluruh penjuru kota.Aida dikabarkan bunuh diri dengan cara melompat dari jendela hotel.Setelah menelusuri identitas dan informasi keluarga Aida, pihak kepolisian menghubungi Anisa. Omar sudah tidak ada, sedangkan Malia berada di luar negeri. Jadi hanya Anisa yang bisa mengurus mayat Aida.Ketika ponsel berdering, Anisa menjawabnya dengan kondisi setengah sadar. Sesaat mendengar penjelasan polisi, Anisa langsung membuka matanya lebar-lebar.Anisa menepuk pipinya sambil bergumam, "Sakit, kok. Ini bukan mimpi ...."Anisa buru-buru bangun dan bergegas ke hotel tempat Aida bunuh diri....."Bos, dia sendiri yang bunuh diri. Saat kami membuka pintu kamar, dia panik dan melompat dari jendela. Dia pasti ketakutan," kata pengawal.Theo menyeruput kopinya, tatapannya terlihat sangat dingin. "Awasi Leo."Aida dan Leo bersekongkol. Jika Aida ingin membunuh Theo, Leo pasti mengetahui rencana Aida.Tidak peduli apakah Leo atau Aida dala
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 125

Ketika memikirkan kemungkinan ini, Anisa segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Leo."Halo? Ada apa?" Suara Leo terdengar di ujung telepon."Leo, kamu tahu Aida meninggal?" tanya Anisa."Apa? Meninggal? Kok bisa? Aku nggak tahu, aku lagi di rumah sakit. Tadi malam kami masih telepon, kok ...." Leo terdengar kaget."Kalian nggak bertengkar?" tanya Anisa."Nggak." Leo tidak terdengar seperti orang yang berbohong. Setelah berpikir sejenak, Leo teringat sesuatu dan berkata, "Aku baru ingat, pamanku dan Aida sempat bertengkar waktu makan malam di rumah Nenek. Pamanku bilang hidup Aida nggak akan lama. Sejak saat itu Aida sangat ketakutan ...."Wajah Anisa sontak berubah. "Nggak mungkin! Aku seharian bersama Theo, dia tidak melakukan apa pun."Leo menghela napas. "Anisa, nggak usah marah-marah gitu. Aku cuma memberi tahu semua yang aku tahu. Lagian aku hanya berani kasih tahu ke kamu. Kalau polisi yang tanya, aku nggak mungkin menyeret nama pamanku.""Leo, aku harap kamu tidak ada hub
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 126

Suasana terasa sangat mencekam. Setiap Theo dan Anisa bersama, sepertinya pertengkaran adalah hal yang sulit dihindari.Theo dan Anisa baru baikan, Bibi Wina tidak mau mereka bertengkar lagi. Tak berapa lama Bibi Wina pun datang sambil membawa sepiring buah. "Nona belum makan, 'kan? Ini makan dulu buahnya. Aku sedang menyiapkan makan malam."Anisa langsung bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Theo. Anisa tidak pergi ke kamar, dia malah berjalan ke arah ruang makan.Theo tidak bisa menebak isi hati Anisa. Kalau Anisa benar-benar marah, dia tidak mungkin berjalan ke ruang makan. Namun kalau dibilang tidak marah, wajahnya terlihat emosi.Anisa belum sarapan maupun makan siang, perutnya sudah kelaparan.Setengah jam kemudian Anisa selesai makan dan pergi ke ruang tamu."Nona, jangan marah, jangan gegabah. Em, Nona mau istirahat dulu?" tanya Bibi Wina.Kepala Anisa terasa sakit, dia mengangguk dan berjalan ke arah kamarnya."Nona ...." Bibi Wina menghentikan Anisa, lalu berkata dengan can
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 127

Jika kemarin Theo tertabrak, apakah pelaku akan mendapatkan hukuman yang setimpal?Kalaupun pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal, apakah Theo bisa hidup kembali?Tidak, Theo tidak akan bisa hidup kembali."Theo, aku nggak menyalahkanmu, aku hanya sulit menerimanya ...." Anisa menarik napas panjang, suaranya terdengar lesu."Kamu tidak perlu menerimanya. Kamu hanya perlu tahu, aku tidak akan menyakiti orang yang tidak bersalah.""Em." Anisa mengangguk."Tidurlah." Theo menepuk-nepuk pundak Anisa.Anisa merasa tenang saat berada di dalam dekapan Theo.Sekitar pukul 5 sore, Anisa mendapatkan panggilan dari kantor polisi. Dia langsung bangun dan pergi tanpa berpamitan kepada Theo.Sesampainya di kantor polisi, Anisa melihat Malia yang duduk sambil menangis. Ketika melihat kedatangan Anisa, Malia menatapnya dengan penuh kebencian.Polisi memanggil Malia dan Anisa untuk menjelaskan hasil penyelidikan."Berdasarkan hasil tes DNA, korban adalah Aida Kintara."Malia menangis tersedu-sedu. "
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bab 128

Anisa mengenali mobil tersebut, itu adalah mobilnya Theo.Anisa langsung mengempaskan tangan Malia dan berlari ke arah mobil Theo.Begitu pintu mobil terbuka, pengawalnya Theo turun dan menyeret Malia. Anisa takut pengawal akan memukul Malia, dia menarik tangan pengawal dan berkata, "Jangan!"Anisa menarik lengan pengawal. "Putrinya baru meninggal, dia hanya lagi emosi. Jangan pukul dia ....""Hem, Anisa, ternyata kamu masih tinggal bersama Theo? Hebat juga kamu, aku tidak menyangka kamu pintar menggoda pria." Malia tersenyum dingin.Pengawal mengangkat tangannya dan menampar wajah Malia. "Plak!"Anisa kembali menahan tangan pengawal. "Aku mau bicara sebentar dengannya. Kalian tunggu di mobil."Pengawal memelototi Malia, seolah sedang memperingatinya jangan menyentuh Anisa!Malia ketakutan melihat tatapan pengawal. Aida sudah mati, tetapi Malia harus bertahan hidup untuk membalaskan dendamnya.Setelah pengawal kembali ke mobil, Anisa berkata kepada Malia, "Aku tidak peduli dengan panda
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bab 129

"Ini aku, Theo."Anisa membelalak, dia menelepon Maya?"Bu, begini .... Anisa rindu masakanmu, tapi kami tidak bisa ke sana karena kakiku susah jalan. Jadi aku berencana mencari restoran di luar, Ibu bisa datang untuk memasak?" Suara Theo terdengar lembut.Maya menjawab dengan antusias, "Baik, baik. Kirimkan alamatnya, aku langsung ke sana.""Maaf merepotkan." Theo mematikan ponselnya, lalu mengirimkan restoran kepada Maya.Anisa terkejut melihat tindakan Theo. Anisa cuma asal bicara, dia tidak menyangka Theo akan menanggapinya seserius ini."Theo, kamu sudah gila? Kamu menelepon ibuku? Sejak kapan kamu jadi kayak gini?" Anisa tampak berapi-api."Aku tidak pernah menganggap ucapanmu main-main," Theo menjawab dengan serius.Wajah Anisa tampak memerah, dia bahkan bisa mendengar denyut jantungnya sendiri."Terus kalau waktu kita berantem dan aku menyuruhmu melompat, kamu juga mau melompat?" Anisa meninggikan suaranya."Anisa, kenapa kamu selalu berpikir ingin bertengkar denganku?" tanya T
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bab 130

Di restoran.Maya menyajikan semua hidangan yang telah disiapkan."Anisa, ke sini bentar." Maya memanggil putrinya.Anisa bangkit berdiri dan menyusul Maya ke toilet."Anisa, kamu bertengkar sama Theo?" tanya Maya."Kok Ibu tahu?" Anisa mengerutkan alis."Ekspresi kalian berdua seperti suami istri yang mau bercerai. Waktu aku dan ayahmu pergi ke kantor catatan sipil, raut wajah kami juga seperti itu." Maya memberikan contoh.Anisa menjawab, "Bukan malah cerai, tapi masalah anak ....""Dia masih ngotot tidak mau punya anak? Alasannya?" tanya Maya."Mungkin karena depresi yang diidapnya. Aku hanya berusaha memberikan pengertian." Anisa menggelengkan kepala."Kasihan ...." Maya menghela napas. "Apa gunanya banyak uang kalau sakit-sakitan. Aku jadi bersyukur dengan kehidupan kita.""Ibu ngomong begini karena nggak tahu berapa banyak uang yang dimiliki." Anisa mendengus dingin, lalu menarik tangan Maya dan berkata, "Bu, terima kasih sudah capek-capek masak.""Sama sekali tidak capek. Seanda
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
89
DMCA.com Protection Status