Home / Romansa / Bangkitnya Suamiku yang Perkasa / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bangkitnya Suamiku yang Perkasa: Chapter 111 - Chapter 120

884 Chapters

Bab 111

"Aku rasa bukan karena Kak Theo marah. Aku sempat tanya ke pengawalnya. Kata pengawal, wajahnya Kak Theo tergores ranting pohon. Kak Theo orang yang sangat menjaga penampilan. Dia nggak akan mau menemui siapa pun sebelum wajahnya sembuh.""Oh, begitu .... Kalau gitu aku harus kasih tahu Anisa, dia pasti lagi berpikir macam-macam." Sania membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Anisa.Anisa hanya tersenyum membaca pesan Sania.Sania kembali mengirimkan pesan kepada Anisa.[ Oh iya, 2 minggu lagi ulang tahunnya Theo. Kamu mau kasih hadiah apa? ]Anisa membalas.[ Belum kepikiran. ]Sania membalas.[ Cuaca lagi dingin. Bagaimana kalau kamu memberikan jaket rajutan? ]Anisa membalas.[ Kamu serius? Siapa yang mau pakai jaket rajutan? ]Sania membalas.[ Percaya padaku! Rajut saja, dia pasti suka. ]Anisa membalas.[ Masalahnya aku nggak bisa merajut. ]Sania menghela napas.[ Belajar di internet! Kamu kan pintar, pasti cepat bisa. ]Anisa membalas.[ Kenapa kamu ngotot memaksaku mera
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 112

"Aku memberikan obat depresi, tapi Tuan tidak mau minum. Tu-tuan harus minum obat." Dokter mengerutkan alis."Aku akan membujuk dia," jawab Sabrina."Setahu aku, Tuan sangat mendengarkan Nona Anisa. Bagaimana ...." Dokter tampak ragu."Tidak boleh! Justru wanita itu yang membuat Theo jadi seperti ini. Anisa adalah wanita pembawa sial!" Sabrina terlihat sangat emosi saat membahas Anisa.Dokter tidak berani berbicara terlalu banyak. Dia hanya bertanggung jawab untuk merawat Theo."Aku tahu kamu hanya memberikan saran. Kita bicarakan lagi besok. Semoga Theo bisa dibujuk." Di luar dugaan, emosi Sabrina mereda sangat cepat.Demi kesembuhan Theo, Sabrina rela mengesampingkan egonya.....Setelah selesai mandi, Anisa beranjak ke tepi jendela dan menatap salju di luar. Jalanan, rumah, pepohonan, semua dipenuhi salju.Seketika sebuah pikiran pun terbesit di benak Anisa. Dia mengeluarkan ponsel dan hendak menelepon Theo.Anisa ingin mendengar suara Theo ....Namun setelah dipikir-pikir, Anisa ta
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 113

"Baik!" Eden bergegas menyiapkan kopi dan memanggil Clara.Ketika berpapasan, Eden melihat Clara tampak lesu. Clara juga tidak berdandan, dia tampak sangat rapuh."Theo, maaf." Clara berjalan ke hadapan Theo, suaranya terdengar serak. "Semua ulah kakakku. Dia sengaja memancingmu ke gunung karena tahu kakimu belum pulih. Gunung itu sangat curam, dia ingin membunuhmu.""Aku tahu," jawab Theo sambil memandang wajah Clara yang pucat."Maafkan aku. Aku sudah memaksanya minta maaf, tapi dia malah kabur keluar negeri. Theo, aku mohon, tolong maafkan kami. Ayahku sudah tua, dia tidak bisa menerima pukulan yang terlalu besar. Hukum saja aku, aku rela ...," kata Clara sambil terisak.Theo memandang wajah Clara dengan tenang. Ini adalah pertama kalinya Theo benar-benar memperhatikan wajah Clara. Sebelumnya, Clara selalu berdandan dan berusaha tampil secantik mungkin di hadapan Theo."Clara, terima kasih atas semuanya." Suara Theo terdengar sangat tenang. "Pergi dari sini, jangan pernah muncul di
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 114

Meskipun Theo tidak mau mengaku, Sabai tidak berani membantah. Selama bertahun-tahun berteman, Sabai tidak pernah sekali pun melihat Theo mengenakan pakaian berbahan wol.Namun pakaian yang dirajut Anisa memiliki makna khusus, berbeda dengan pakaian yang dibeli di toko."Theo, ibumu menelepon aku. Katanya Leo sudah keluar dari rumah sakit. Ibumu menyuruhmu pulang untuk makan bersama," kata Sabai."Aku akan menghubungi ibuku," jawab Theo."Kamu lagi bertengkar sama ibumu? Waktu telepon, suaranya terdengar gugup dan sungkan. Theo, jangan marah sama ibumu terus. Di dunia ini tidak ibu yang tega menyakiti anaknya ....""Aku mohon, berhenti." Theo sakit kepala setiap mendengar ceramah Sabai.Sabai tertawa terbahak-bahak. "Kamu tidak mau ajak Anisa ke rumah ibumu?"Theo terdiam selama beberapa detik. "Katamu dia lagi sibuk?""Benar juga. Satu minggu lagi ulang tahunmu ...."....Setelah pulang kerja, Theo pergi ke rumah Sabrina untuk makan malam bersama.Sabrina terlihat sangat senang, seda
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 115

Namun utang Leo membuat Marvin harus mengeluarkan uang yang banyak."Theo berbaik hati kasih, ambil saja uangnya," kata istrinya Marvin. "Kita satu keluarga, tidak perlu sungkan-sungkan.""Theo, terima kasih. Tapi lain kali tidak perlu kasih lagi," kata Marvin dengan wajah memerah dan bergegas menyimpan cek yang diberikan."Aku sudah selesai makan, aku pamit dulu." Theo bangkit berdiri dan beranjak pergi.Sabrina ikut berdiri dan mengantar Theo ke depan.Setelah Sabrina dan Theo pergi, Leo melempar sendok yang ada di depannya sambil berteriak, "Ayah, kenapa Ayah menerima uangnya?"Leo merasa sangat malu, dia merasa direndahkan!"Anak tidak berguna! Kamu masih berani komplain? Kalau hebat, bayar saja utangmu sendiri!" bentak Marvin.Kali ini, ibunya Leo tidak membelanya. "Leo, pamanmu memang merendahkan kita, tapi kita juga lagi butuh uang. Kamu tahu dia kasih berapa? Sepuluh miliar! Keuntungan tahunan perusahaan ayahmu saja tidak sampai 10 miliar."Kedua mata Leo memerah. "Apakah keuan
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 116

Theo menatap lembut wajah Anisa, lalu menjawab, "Terima kasih."Theo merasa nyaman dan hangat saat mengenakan jaket yang diberikan Anisa.Theo terlihat tampan mengenakan jaket ini. Entah apakah karena jaketnya yang bagus atau Theo yang terlalu tampan.Kemudian Anisa kembali mengeluarkan sebuah kotak kecil dan memberikannya kepada Theo. "Ini hadiah untukmu. Aku takut kamu nggak suka jaketnya, jadi aku menyiapkan hadiah lain untuk jaga-jaga."Theo menatap kotak yang dipegang Anisa."Ini korek api." Anisa menjelaskan, "Aku nggak tahu kamu suka apa. Mengingat kamu yang suka merokok, akhirnya aku beliin ini. Tapi sebaiknya kurangi merokok, nggak baik buat kesehatan."Theo mengambil kotak tersebut, lalu membuka dan mengeluarkan korek api yang ada di dalamnya. "Aku tidak kecanduan rokok.""Krek." Theo menyalakan korek apinya dan sebuah api kecil muncul di hadapannya. "Aku hanya merokok waktu stress."Anisa mengerutkan alis, dia agak terkejut mendengar jawaban Theo. "Tapi yang aku lihat, kamu
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 117

"Tidak tahu." Theo menggelengkan kepala."Kalau gitu ... yang ukuran sedang saja. Bagaimana?" tanya Anisa."Yang ukuran sedang," kata Theo kepada pelayan toko.Pelayan toko menjawab, "Baik. Kalian baru pacaran, ya? Romantis banget."Seketika wajah Anisa pun memerah.Theo melihat-lihat kue yang lain, lalu bertanya kepada Anisa, "Mau beli kue yang lain? Untuk dibawa pulang.""Oh, nggak perlu ...." Anisa melambaikan tangan."Pilih beberapa kue buat ibumu," Theo memerintahkan.Dengan tersipu malu, Anisa mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah."Satu jam kemudian.Anisa dan Theo kembali ke restoran. Theo yang duduk di kursi roda, meletakkan kue ulang tahun ke atas pahanya. Sejujurnya dia merasa agak canggung.Udara di luar sangat dingin, bahkan suhunya mencapai 5 derajat, tetapi entah kenapa sekujur tubuh Theo terasa sangat panas.Setibanya di restoran, tamu-tamu yang diundang sudah berkumpul di dalam ruangan.Sesaat melihat kedatangan Theo, suasana yang awalnya meriah langsung berubah menjad
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 118

Theo kembali membuka mata dan meniup lilin-lilinnya.Setelah acara tiup lilin selesai, Sabai kembali membuka tirai jendela."Theo, kamu bikin permohonan apa?" tanya Sabai sambil tersenyum.Theo berbalik tanya, "Rahasia."Semua orang pun tertawa begitu mendengar jawaban Theo.Theo mengambil pisau, lalu memotong sebongkah kue dan memberikannya kepada Anisa."Kue pertama untuk kamu." Anisa meletakkan kuenya ke depan Theo."Aku tidak makan banyak." Theo mengambil garpu dan hanya memakan satu suap. Kemudian sisanya diberikan kepada Anisa.Theo dan Anisa bagaikan pasangan muda yang memiliki dunia sendiri, sedangkan yang lain cuma menumpang.Orang-orang tersenyum melihat kemesraan di antara mereka ...."Sepertinya mulai sekarang kita harus memanggil Anisa dengan panggilan baru. Nyonya Theo, bagaimana? Bagus, tidak?""Ide bagus. Aku rasa Pak Theo tidak akan keberatan."Hahaha. Anisa, kamu tidak keberatan, 'kan?"....Telinga Anisa sontak memerah, dia merasa canggung dan gelisah."Makan!" kata
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 119

"Kamu nggak perlu menemani aku. Kamu makan saja, aku cuma mau tidur sebentar. Begitu bangun, aku langsung ke sana," Anisa berkata kepada Theo."Aku juga ngantuk." Theo langsung masuk ke dalam kamar."Tapi kamu belum makan. Kamu harus makan dulu ...." Anisa mengkhawatirkan Theo."Kamu tidur saja, tidak perlu memedulikan aku," jawab Theo.Mana mungkin Anisa bisa tidak memedulikannya? Hari ini adalah ulang tahun Theo, Anisa tidak tega membiarkannya kelaparan.Anisa berpikir sebentar, lalu berkata, "Kamu tunggu sebentar."Anisa berbalik dan kembali ke ruangan untuk membungkus makanan."Anisa, banyakin daging. Sejak sakit, berat badan Pak Theo turun drastis.""Anisa, jaga baik-baik Pak Theo.""Anisa, kalian tidur saja, kami tidak akan mengganggu."....Sembari membungkus makanan, wajah Anisa memerah saat mendengar ucapan demi ucapan yang dilontarkan.Sesampainya Anisa di kamar, Theo sedang duduk sambil memainkan ponselnya.Kemudian Anisa mengeluarkan makanan yang dibawa dan meletakkannya ke
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 120

"Prang." Terdengar dentuman keras yang disusul suara gesekan ban mobil yang memekakkan telinga.Anisa memeluk Theo sambil menangis, sekujur tubuhnya bergetar hebat.Mobil tersebut membanting setir dan menabrak sebuah toko yang tak jauh dari mereka.Theo memeluk Anisa dengan erat. Dari sudut mata, Theo melirik mobil hitam yang hendak menabraknya tadi.Ada yang ingin membunuh Theo, tetapi sayangnya gagal ...."Dor!" Terdengar suara tembakan yang menghantam mobil tersebut.Dalam sekejap, para pejalan kaki pun berteriak dan berlari sekencang mungkin.Tubuh Anisa terasa sangat dingin, dia benar-benar ketakutan. Theo memegang wajahnya dan berkata, "Jangan takut, ada aku."Napas Anisa terdengar buru-buru, dia menatap Theo sambil mengedipkan mata. "Theo ... Theo ...."Ada banyak hal yang ingin dikatakan, tetapi tenggorokan Anisa terasa seperti tersumbat."Aku tidak apa-apa." Theo menggenggam tangan Anisa dan membelai wajahnya. "Lihat, aku baik-baik saja."Anisa mengangguk sambil menangis terse
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
89
DMCA.com Protection Status