Home / Romansa / Bangkitnya Suamiku yang Perkasa / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Bangkitnya Suamiku yang Perkasa: Chapter 101 - Chapter 110

884 Chapters

Bab 101

Di sini hanya ada 1 tempat tidur, sedangkan Theo masih sakit. Jadi Anisa mengalah dan tidur di ruang tamu.Setelah mandi, Anisa berbaring di atas sofa. Ketika Anisa sedang bermain ponsel, Theo keluar dari kamar dan menghampirinya.Anisa tidak mungkin memaksa Theo tidur. Masalahnya Theo sudah tidur seharian, wajar saja sama sekali tidak ngantuk. Ternyata dewan direksi tidak menyerah begitu saja, mereka kembali menelepon Anisa."Anisa, selama satu minggu ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Jangan ditunda lagi, kita harus bicarakan malam ini juga!" kata salah seorang dewan direksi."Aku juga tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan.""Keuangan perusahaan sudah menipis, pengembangan produk jadi ikut terhambat."Satu demi satu mengutarakan keluh kesahnya .... Mereka mengeluh agar Anisa cepat membuat keputusan.Theo melihat wajah beberapa pria yang tampak di layar ponselnya Anisa.Theo mengerutkan alis dan merebut ponsel Anisa. "Ini ....""Eh, aku lagi video call, kembalikan ponselnya ...." Ani
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 102

"Theo, aku nggak mengharapkan uangmu. Jangan memaksaku lagi." Suara Anisa terdengar serius."Kenapa? Apa bedanya uangku dengan uang orang lain?"Anisa terdiam beberapa saat, lalu menjawab, "Aku nggak mau uang siapa pun, aku nggak mau menjadi antek siapa pun."Jawaban Anisa sontak membuat Theo terdiam."Aku mau tidur, jangan ribut." Anisa berbalik dan membelakangi Theo.Melihat bayangan Anisa yang kurus, Theo menggunakan selimutnya untuk menyelimuti Anisa."Aku sudah ada selimut, jangan ganggu aku," kata Anisa sambil mengembalikan selimut Theo.Di kasur ada 2 selimut, Theo memakai yang tebal, sedangkan Anisa memakai yang tipis.Cuaca memang sangat dingin, tetapi Anisa sudah menyalakan penghangat ruangan."Kamu pakai yang tebal, aku pakai yang tipis," jawab Theo. Theo merasa sangat dingin, makanya dia berpikir kalau Anisa juga kedinginan."Pengap! Sudah, cepat tidur! Besok kamu harus pergi sebelum ibuku pulang. Jangan mengganggu kami lagi," kata Anisa tanpa sungkan."Em." Theo tidak mau
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 103

"Sejak kecil sampai sekarang, anakku tidak pernah tinggal di tempat sejelek ini! Semua salahku, aku memberikannya istri yang salah. Di antara semua wanita, kenapa aku bisa memilih Anisa ...." Perlahan-lahan napas Theo mulai terdengar stabil. Anisa mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu badan Theo.Theo berkeringatan, suhu tubuhnya sudah normal.Anisa takut Theo kehausan di tengah malam. Dia bangun dari tempat tidur, lalu mengambil segelas air dan meletakkannya di samping tempat tidur.Keesokan hari, Anisa bangun dan melihat kasur yang kosong. Kemudian dia mengambil ponsel untuk melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Theo pasti sudah pulang ke rumahnya.Sekitar pukul 6 pagi, Theo mengirimkan pesan kepada Anisa.[ Tidurku sangat nyenyak. Aku pulang dulu. ]Begitu membaca pesan dari Theo, kedua wajah Anisa pun memerah. Bukankah cuma pesan biasa, kenapa dia tersipu malu?Anisa bangun dari tempat tidur, dia mencari remot dan mematikan penghangat ruangan.Setelah mandi dan b
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 104

"Di matamu cuma ada Anisa?" Senyuman di wajah Clara pun sirna."Cari orang yang mencintaimu, aku bukan orang itu," jawab Theo.Clara langsung berbalik dan pergi meninggalkan ruangan Theo.Selama seharian ini, suasana hati Clara sangat buruk. Pada malam hari dia mengajak Nial untuk minum-minum.Melihat penampilan Clara yang acak-acakan, Nial langsung berkata, "Nggak akan ada pria yang menyukai wanita berantakan."Clara memelototi Nial, kedua matanya tampak memerah. "Aku sudah cukup lelah, jangan ajak berantem."Nial menuangkan segelas arak untuk Clara. "Clara, bisa dibilang kita berdua cukup kompak. Kalau kamu mau mendapatkan Theo, dengarkan aku!""Memangnya aku masih bisa mendapatkan Theo?" Clara langsung meneguk araknya.Nial merangkul Clara, lalu berbisik di telinganya, "Selama Theo masih hidup, kamu nggak akan bisa mendapatkan dia. Tapi kalau dia sudah mati, kamu bisa menyimpan abunya. Bagaimana?"Ekspresi Clara terlihat makin muram, dia mengangkat tangan dan mendorong tubuh Nial."
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 105

Clara tidak tahu harus menjawab apa. Sejak tadi pagi, Clara sudah berusaha mempersiapkan mental untuk menghadapi Theo.Clara tidak ingin emosinya terpancing saat membicarakan Anisa. Namun, sekarang dia merasa sangat frustasi, seluruh pertahanannya hancur.Sembari menahan rasa sakit, Clara pergi meninggalkan Theo.Tak jauh dari sana, Nial melihat Theo yang kembali menyakiti Clara. Berani-beraninya Theo bersikap lancang di rumah Keluarga Tangsa!Nial sedih melihat Clara yang terus disakiti. Di sisi lain, Nial juga malu melihat Clara yang ngotot mendekati Theo.Clara telah mengorbankan masa mudanya untuk Theo. Selama belasan tahun, Theo selalu memperlakukan Clara seenaknya. Hari ini Nial akan membalas semua tindakan Theo!Setelah makan siang, Theo pergi ke kamar tamu untuk beristirahat. Dia heran, kenapa Anisa belum sampai juga?Bukankah Anisa nyaman berada di dekat Nial? Apakah Anisa membohongi Theo?Theo sama sekali tidak mengantuk, dia cuma malas berinteraksi dengan tamu yang lain.Set
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 106

"Tuan Theo, Anda tidak boleh masuk." Pengawal Keluarga Tangsa mencegat Theo.Theo menatapnya dengan tajam dan berkata, "Aku mau masuk! Istriku di dalam.""Maksud Anda ... Nona Anisa? Nona Anisa dan Tuan Nial sedang mendaki gunung," jawab pengawal.Theo mengerutkan alis, tatapannya memancarkan aura membunuh.Pengawal Keluarga Tangsa menunjuk ke arah jalan gunung yang terletak tak jauh dari sana. "Mereka pergi ke arah situ. Tapi sekarang sudah malam, jalanan juga gelap, sebaiknya Anda menunggu di aula pesta. Harusnya sebentar lagi Tuan pulang."Theo mengepalkan tangan dan bergegas menuju jalan yang ditunjuk pengawal.....Di ruang tamu vila selatan.Selama dua jam, Anisa mendengar ayahnya Nial menceritakan awal mula bisnisnya berdiri hingga pandangannya terhadap Kintara Group.Anisa sudah tidak tahan ...."Paman, terima kasih untuk semua sarannya, senang mengobrol dengan Paman. Oh iya, selamat tahun dan semoga panjang umur. Untuk masalah kerjaan, aku akan membicarakannya dengan Nial," ka
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 107

Nial merapikan pergelangan kemejanya sambil tersenyum dingin. "Clara, aku bukan pengawalnya. Aku nggak ada waktu buat mengawasi dia. Kamu cari saja sendiri, ngapain tanya aku?"Clara mengepalkan tangan dan meninju dada Nial. "Nomornya nggak bisa dihubungi, aku nggak melihatnya sejak tadi, pengawalnya juga nggak tahu ke mana. Jangan pura-pura, kamu pasti menjebaknya. Di mana Theo?""Clara!" Nial menahan tinjuan Clara, lalu menariknya ke kamar. "Clara, kali ini aku harus mengurungmu. Tenang saja, mulai besok nggak akan ada yang membuatmu sedih lagi."Anisa duduk seorang diri di aula pesta. Dia bangkit berdiri dan memandang ke sekeliling, semuanya wajah-wajah asing.Entah kenapa jantung Anisa berdegup sangat kencang.Kemudian Anisa mengeluarkan ponsel, dia melihat puluhan panggilan dan pesan yang dikirimkan Theo.[ Kamu di mana? Aku di aula pesta. ]Anisa berada di aula, tetapi dia tidak melihat keberadaan Theo.Anisa berusaha menghubungi Theo, hanya saja tidak ada jawaban.Anisa mulai cu
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 108

Vila berada di lereng gunung.Terdapat sebuah jalan yang bisa lewati mobil, jalan tersebut menghubungkan dasar bukit ke lereng bukit. Namun tidak ada jalan yang menghubungkan lereng bukit ke atas gunung.Bagaimana Theo bisa mendaki gunung, langit sudah gelap dan tidak ada penerangan.Setibanya di kaki gunung, Theo mengeluarkan ponsel dan menyalakan senter. Dia sangat mengkhawatirkan keselamatan Anisa.Nial memiliki niat yang tidak baik. Takutnya Theo terlambat dan terjadi sesuatu kepada Anisa.Kalau tahu akan begini, Theo tidak akan membiarkan Anisa datang sendirian.Setelah berjalan sekitar 30 menit, napas Theo mulai terengah-engah dan kedua kakinya terasa sakit. Dokter sudah melarang Theo untuk melakukan aktivitas yang terlalu berat, dia hanya boleh berjalan biasa.Jangankan mendaki gunung, Theo bahkan dilarang berlari. Kegiatan seperti memanjat gunung sangat berisiko.Di dalam kegelapan, angin malam bertiup sepoi-sepoi. Selain sakit, sekujur tubuh Theo juga terasa dingin. Akhirnya T
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 109

Tiba-tiba tatapan Anisa tertuju kepada seberkas cahaya yang tak tak jauh dari sana.Anisa bergegas mengangkat senter ponsel dan berjalan mendekat lembah yang berada di samping. Sebuah sosok tinggi tampak terkapar di lembah ...."Theo!" Anisa berteriak histeris. Tanpa pikir panjang, Anisa pun bergegas menuruni lembah. "Theo, aku di sini! Jangan takut, aku di sini."Begitu mendengar teriakan Anisa, pengawal Theo berlari kembali ke bawah. "Anisa, kamu menemukan Tuan?""Di sini! Dia jatuh, kepalanya berdarah." Anisa berusaha menahan emosinya dan memohon, "Cepat, cepat ke sini!"Ketika menuruni lembah, Anisa terpeleset dan kakinya terkilir. "Ah ...."Anisa menarik napas panjang, lalu menyeka air matanya dan merangkak mendekati Theo."Theo, bangun! Bangun! Jangan tutup matamu!" Anisa memeluk Theo dan menepuk-nepuk wajahnya.Kemudian Anisa memegang wajah Theo dan memberikan napas buatan secara berulang kali.Di gunung tidak ada sinyal, Anisa tidak bisa menelepon untuk meminta bantuan siapa pu
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 110

Di perpustakaan Universitas Alantas.Setelah makan malam, Anisa kembali belajar. Ketika sedang membaca, tiba-tiba sekelompok mahasiswa bangkit berdiri dan bersorak-sorai."Turun salju! Ini salju pertama di tahun ini. Wah, lebat banget. Ayo, kita main salju!""Aku mau foto ...."....Sebagian besar mahasiswa berlari keluar dari perpustakaan.Anisa bangkit berdiri, lalu berjalan ke jendela dan menatap salju yang turun.Saljunya lebat banget, sangat cantik! Pantas saja sebagian besar orang suka menyatakan perasaannya saat salju turun.Siapa yang sanggup menolak suasana yang romantis ini?"Eh, ponselmu bunyi." Salah seorang mahasiswa menepuk pundak Anisa.Anisa tersadar dari lamunannya. "Oh, terima kasih."Anisa kembali ke tempat duduknya sambil berjalan tertatih-tatih. Saat terakhir kali terkilir di gunung, Anisa tidak bergegas mengobati kakinya. Alhasil, kakinya membengkak dan infeksi.Namun kondisi kaki tidak sampai memengaruhi aktivitasnya sehari-hari. Sesampainya di tempat duduk, Anis
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
PREV
1
...
910111213
...
89
DMCA.com Protection Status