“Ugh!” Regis meringis tatkala jemari Amora menyentuh bagian lukanya. “Ma-maafkan aku,” cicit Amora yang segera menyingkirkan tangannya dari wajah Regis. Regis menggeleng kecil. “Tidak apa-apa kok,” ucapnya seraya meraih sepasang tangan istrinya yang terasa dingin, lalu ia mengecupnya dengan lembut. “Aku merindukanmu, Istriku.” Pengakuan yang meluncur dari bibir Regis membuat jantung Amora tiba-tiba berdebar cepat. Semburat merah menyembul di kedua belah pipinya. “Aku juga merindukanmu,” cicit Amora seraya menundukkan wajahnya, lalu ia tersadar jika bukan saatnya untuk saling melepaskan rindu seperti ini. “Regis, jangan sengaja mengalihkan pertanyaanku,” gerutu Amora seraya melemparkan tatapan tajamnya. Regis tersenyum kecil, lalu kembali berkata, “Tidak perlu khawatir. Ini hanya luka kecil saja kok.” Netra Amora menyipit tajam. “Mau sampai kapan kamu menutupinya dariku? Aku dengar kamu disekap. Kenapa Ayahmu setega itu?
Read more