“Baik, akan saya sampaikan.” Gray mengangguk kecil.
Gray Tucker hanya bisa menghela napas panjang. Sejak awal ia sudah tahu jika semua pesan yang disampaikan kepadanya hanya akan dianggap angin lalu oleh tuan mudanya tersebut. Namun, ia hanya sekedar menjalankan tugas saja dan tidak ingin mencampuri permasalahan internal keluarga Lorenzo lebih jauh.
“Sekarang menyingkirlah. Saya mau mengambil barang pribadi saya dan istri saya di dalam sana. Saya rasa ini tidak melanggar ketentuan, bukan?” ucap Regis kepada bawahan ayahnya tersebut.
Gray Tucker tampak ragu, tetapi akhirnya ia memberikan jalan bagi Regis dan Amora maupun Rayden untuk masuk sebentar.
“Ambillah barangmu dan kita tinggalkan tempat ini,” ucap Regis kepada istrinya dengan tegas.
Amora mengangguk. “Ray, gantilah pakaianmu dan ambil barang pentingmu saja,” titahnya kepada putranya.
Setelah mengatakan hal tersebut, Amora bergegas mengemasi beberapa pakaian miliknya, Regis serta
“Maaf, Nona Lysander. Saya hanya menjalankan perintah saja. Tuan Besar juga pasti punya pemikirannya sendiri. Mungkin saja beliau akan berubah pikiran jika Tuan Muda mau mengubah pemikirannya.”Regis tahu jika ucapan Gray Tucker mengandung bujukan baginya dan semua hal yang dilakukan Gray adalah rencana Diego untuk membuatnya sadar bahwa Regis tidak memiliki wewenang apa pun dalam organisasi Royal Dragon.Regis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ia kesal karena tidak dapat berbuat apa pun saat ini, tetapi ia tidak memiliki jalan lain, selain tetap bertahan dengan keputusannya.Regis menatap Seth dengan penuh penyesalan. Pemuda itu dapat memahami ketidakberdayaan Tuan Mudanya dan berkata, “Tuan Muda Kecil, Nyonya, saya akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir. Pergilah bersama Tuan Muda.”“Tapi ….”Sebelum Amora kembali mengajukan protesnya kepada Gray Tucker, Regis telah merangkul pundaknya dan berk
Sesampainya di hotel yang dituju, Regis memesan kamar dengan tipe junior suite yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan ukuran yang luas. Ia ingin memberikan kenyamanan kepada anak dan istrinya setelah mereka lelah dalam perjalanan dan segala hal yang mereka hadapi hari ini.Setelah memasuki kamar tersebut, Amora langsung meminta putranya untuk segera membersihkan tubuh dan berganti pakaian agar dapat segera berbaring di atas ranjang. Rayden bergegas mematuhi perintah ibunya dan masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar hotel tersebut.Amora menghela napas berat. Netranya mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan Regis di dalam ruang tidur tersebut. "Ke mana dia?" gumamnya.Kamar tersebut memiliki ruang tamu tersendiri yang terpisah dengan sekat dengan ruang tidur. Amora pun melangkah keluar untuk mencari keberadaan suaminya dan menemukan pria itu sedang duduk di sofa dengan posisi wajah tertunduk dalam."Regis, apa kamu lelah?' tanya
“Amora?”Suara Estelle di seberang telepon membuyarkan lamunan Amora. Panggilan mereka masih terhubung, tetapi Amora tidak menanggapinya tadi.“Ya?” sahut Amora dengan cepat dan terdengar sedikit kaget.“Nanti aku akan mengirimkan sejumlah uang untukmu. Kamu gunakan saja dulu,” ucap Estelle yang membuat Amora terperangah.“Estelle, tapi ….”“Jangan ditolak atau kita putus hubungan,” ancam Estelle yang akhirnya membuat Amora bungkam.“Terima kasih,” cicit Amora.“Sudahlah. Istirahatlah. Nanti kita ngobrol lagi,” ucap Estelle.Baru saja Amora ingin memutuskan panggilan telepon tersebut, tiba-tiba saja terdengar suara Kimmy yang meminta untuk dihubungkan dengan Rayden.“Ray masih di kamar mandi, Kim. Nanti Tante minta dia hubungi kamu setelah dia selesai ya,” ujar Amora kepada putri sahabatnya tersebut.“Baik,
Jantung Steffany seolah berhenti berdegup mendengar sindiran suaminya. Ia merasa gagal menjadi seorang wanita mendengar hal tersebut. Padahal Cedric menjadi cacat bukan dari lahir, melainkan karena ada orang yang mencelakainya! Dua puluh tahun lalu ketika Cedric masih berusia sepuluh tahun, ada seseorang yang diam-diam menaruh ular berbisa di dalam kamarnya. Kaki Cedric pun digigit oleh ular tersebut saat sedang berada di kamar tersebut. Ia terlambat mendapatkan pertolongan sehingga racun menyebar dengan sangat cepat dan melumpuhkan kedua kakinya. Padahal Steffany merasa hal itu bukanlah tanggung jawabnya, melainkan Alejandro sendiri. Karena suaminya memiliki banyak musuh di luar sana, putranya ikut menjadi sasaran dan keterbatasan yang dimiliki Cedric hari ini menghancurkan masa depan yang dimilikinya. Sejak saat itu Alejandro selalu memandang Cedric sebelah mata dan lebih mengutamakan Kenneth Volker, putra sulung mereka. Padahal dulu Alejandro sangat memperhatikan Cedric karena pu
“Tutup pintunya, Hank,” titah Alejandro kepada bawahannya setelah mereka masuk ke dalam ruang kerja. Hank bergegas mematuhi perintah Alejandro karena hal yang akan mereka bicarakan saat ini adalah rahasia yang sangat besar dan Alejandro tidak ingin ada orang ketiga yang mengetahuinya. "Bagaimana? Apa yang sudah kamu dapatkan?" selidik Alejandro kepada bawahannya tersebut. Hank menghampiri Alejandro yang telah duduk di kursi kebesarannya. Ia pun mengeluarkan sebuah map dari balik mantel panjangnya, lalu meletakkan map tersebut di atas meja kerja atasannya itu. "Saya sudah menelusuri latar belakang Nona Lysander dan beliau memang benar adalah putri dari Patricia Lysander,” ucap Hank yang membuat degup jantung Alejandro sempat berhenti selama dua detik. Meskipun Alejandro sudah memiliki dugaan sebelumnya, tetapi tetap saja mengetahui kebenaran itu membuat perasaannya menjadi berguncang hebat. Alejandro membuka map di tangannya, lalu membaca beberapa catatan kecil dan informasi terka
Helaan napas panjang bergulir dari bibir Alejandro. “Saya juga tidak tahu, Hank. Apakah membawanya kembali adalah keputusan terbaik untuknya dan keluarga ini atau tidak?” gumamnya.Padahal dulu Alejandro berpikir untuk tidak pernah menemui putrinya lagi dan memutuskan semua hubungan mereka agar putrinya tidak lagi terlibat dalam bahaya.Sekarang ia berpikir putrinya sudah terlanjur masuk ke dalam dunia yang berbahaya dan ia tidak bisa berpura-pura tidak melihatnya. Namun, ada satu kekhawatiran yang muncul di dalam pikirannya.“Saya rasa ada baiknya membawa Nona Muda kembali karena Diego Lorenzo pasti tidak akan diam saja membiarkan putranya bersama Nona,” ucap Hank mengutarakan pemikirannya.“Tapi, saya ragu putriku itu mau mengakui saya sebagai ayahnya, Hank,” gumam Alejandro seraya tersenyum getir.Setelah menelantarkannya sejak lahir, tiba-tiba datang ke hadapannya dan mengakui dirinya sebagai ayahnya, Alejand
Regis memijit pelipisnya yang berdenyut. Kepalanya terasa sakit karena memikirkan permasalahan yang terjadi karena ulah ayahnya. Kini Regis memiliki sejumlah hutang yang sangat besar. Ia tidak mengatakannya kepada Amora karena tidak ingin membuat wanita itu khawatir.‘Sepertinya aku harus melepaskan beberapa aset pribadiku,’ batin Regis seraya menghela napas pasrah.Saat ini Regis tidak memiliki pemasukan yang mampu menutup kekurangan dari pinjaman yang besar. Ia berpikir untuk menggadaikan beberapa asetnya untuk melunasi seluruh hutang tersebut.Regis memang masih memiliki sejumlah aset yang tidak dapat disentuh oleh ayahnya karena menggunakan dana pribadinya sendiri. Ia tahu jika hal inilah yang diincar oleh ayahnya itu sehingga menggunakan cara licik seperti ini untuk membuatnya mati kutu!Diego Lorenzo ingin membuat Regis mengerti jika tanpa Royal Dragon dan keluarga Lorenzo, Regis bukanlah apa-apa!‘Aku tidak bol
“Regis, bagaimana kalau kita mencari rumah kontrakan sementara dulu? Pengeluaran juga akan lebih kecil daripada menginap di hotel seperti ini. Aku masih punya sedikit uang dan mungkin kita bisa mencari rumah yang lebih kecil, tapi masih layak ditinggali."Amora mencoba memberikan masukan kepada suaminya."Untuk masalah menyewa rumah, aku juga punya pikiran yang sama denganmu. Tapi, aku tidak ingin menggunakan uangmu," timpal Regis yang membuat wajah Amora tampak murung.Padahal Amora ingin ikut menyelesaikan beban Regis, tetapi ternyata pria itu tidak ingin dirinya ikut terbebani."Bukankah kamu masih memiliki bisnis kerja sama dengan Nyonya Moonstone? Uangmu itu adalah modal untuk bisnismu, Amora. Kalian baru saja merintis dan pasti memerlukan tidak sedikit biaya untuk ke depannya nanti," ucap Regis mengingatkan istrinya tersebut.Amora menggigit bibirnya. Ia sangat memahami kekhawatiran suaminya. "Tapi ....""Aku tahu kamu ingin memban
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi