Semua Bab SUAMIKU YANG BAPAK HINA: Bab 11 - Bab 20

37 Bab

Bab 11

Dia menarik jilbabku hingga lepas. Seringanya tampak menyeramkan dibawah remang cahaya rembulan.“Kita bersenang-senang di sini saja, adik iparku yang manis!” bisiknya di dekat telingaku. Disibaknya rambutku dengan kasar. Satu tangannya masih sibuk hendak melepaskan gamis yang kukenakan. Aku masih berusaha mencari cara agar bisa terlepas dari bekapannya. Semakin jijik ketika dia sudah mulai menjamah bagian dari tubuhku. Sedikit kesempatan tangannya terangkat. Aku berteriak semampuku.“Tolooo-“ Mulutku kembali dibekapnya. Tenaganya sangat luar biasa hingga aku tidak bisa berkutik sama sekali. Bugh!Suara pukulan keras kudengar diiringi dengan tubuh Mas Hasim yang terjungkal. Ketika kulirik tengah berdiri seseorang dalam remang. Aku menutup bagian tubuhku yang terbuka dengan kerudung yang tersampir pada semak. Lelaki itu kembali memburu Mas Hasim dan menghadiahinya sebuah pukulan. Aku masih terisak. Otakku seakan berhenti berjalan hingga saat tampak Mas Hasim berlari dan menyalakan s
Baca selengkapnya

Bab 12

“Mas, Yasa … cari kami segera!” batinku memanggil namanya. Diluar masih terdengar suara obrolan mereka. Aku menggendong Alika yang masih terlelap. Tidak kubiarkan dia bangun takutnya nanti tidak mau kuajak berangkat. “Mel, mau pergi ke mana malam-malam begini?” Ibu semakin kencang menangis. “Sudahlah, Bu! Yang jelas sekarang aku harus pergi! Nanti kalau aku sudah punya tempat tinggal, aku akan memberitahukan alamatnya pada Ibu,” ucapku. Hatiku sudah terlanjur sakit atas sikap Bapak yang bahkan tidak bertanya dan tidak hendak mendengarkan pembelaanku. “Ya Allah, cucu Ibu ….” Ibu kembali menangis sesenggukan sambil menciumi wajah Alika. Aku pun sebetulnya bingung mau pergi ke mana. Hanya membawa sedikit uang untuk berjualan sayuran nanti di tempat baru dan sedikit tabungan untuk biaya makanku. Bahkan belum ada jatah untuk mencari kontrakan juga. Hati remuk redam membayangkan Alika harus meringkuk bersamaku di emperan. Terkena sapuan dinginnya angin malam. Sepedih ini nasib kita se
Baca selengkapnya

Bab 13

“Mas, pamit ya, Dek! Tunggu Mas ke sini jemput kamu sama Alika! Biaya dokter biar Mas yang bayar nanti! Mas pergi! Assalamu’alaikum!” ucapku pada Mela---istriku. Setelah semua kejadian itu dan kemurkaan Bapak Mertuaku yang sudah pada puncaknya, aku tidak punya pilihan. Malam ini aku harus merelakan luka tergores pada hati istriku---Mela. Ya, aku tahu, dia sangat terluka atas semua kejadian ini.“Wa’alaikumsalam! Mas …,” lirihnya. Tampak tatapan matanya yang tergenang cairan bening mengantarkanku. Aku melangkah perlahan membawa tanggung jawab besar dalam pundakku. Aku sudah berjanji akan menjemputnya dengan kendaraan terbaik yang kumiliki dan membawanya pulang pada rumah masa depan kami. Menyusuri jalanan berkerikil kecil yang menghubungkan jalanan kampung dengan jalanan raya yang ada di depan sana. Pulang ke Surabaya, kali ini tujuanku.Ya, meskipun tak pasti apakah keluarga besar masih menerimaku. Namun aku sadar, ada restu Ibu yang harus kupinta. Meskipun dulu berkeras dia menola
Baca selengkapnya

Bab 14

POV YASAAku duduk di posko security sambil meluruskan kaki. Perjalanan panjang tadi cukup melelahkan. Suara halus seorang perempuan menyapaku.“Mas Abi ‘kan? Masih inget gak sama aku? Ini Yesa, Mas!” ujarnya dengan netra berbinar. “Yesa? Kamu yang dulu jadi model itu ‘kan?” tanyaku mengingat-ingat.“Iya, Mas! Aku Yesa adiknya Mas Ilham! Btw ngapain di sini? Mas Ilham ada lho di rumah! Ayo maen, Mas! Kasian dia lagi gabut baru putus ama ceweknya!” ucapnya. Ilham, teman kuliahku dulu. Dulu aku sering main ke rumahnya waktu kuliah hingga kenal dengan Yesa---adiknya, yang waktu itu baru masuk semester satu kuliah.Aku berpikir sejenak, sepertinya tidak ada salahnya aku mampir ke rumah Ilham sekalian numpang istirahat sebentar. “Oh, Ilham ada di rumah, Yes? Ya udah Mas mampir bentar, deh! Rumahnya masih yang lama ‘kan?” tanyaku sambil menoleh padanya. Wanita itu mengangguk. Lalu aku berjalan mengikutinya. Kami mengobrol ringan hingga tiba di depan rumah dua lantai miliknya. "Hay, Bro
Baca selengkapnya

Bab 15

“Mas, Abi! Ini teh jahenya biar tubuhnya enakan!” Aku terkejut ketika Mei mendorong pintu kamarku tanpa mengetuknya terlebih dulu. Gegass kupakai kembali kaos yang tadi sudah kulepas karena hendak mandi.“Makasih, Mei! Simpan saja di luar, Mei!” Aku tidak nyaman ketika ada wanita lain masuk ke kamarku.“Mei kira Mas Abi parah sakitnya! Mei cuma khawatir ... hmmm ... atau mau Mei pijitin?” tawarnya. “Gak usah, Mei! Tolong pergi dari kamar ini, Mei! Nanti jadi fitnah!” ucapku sambil berjalan ke arah pintu. “M—Mas, a--apa memang gak ada tempat buat aku di hatimu, Mas?” Pertanyaannya sontak membuat kedua netraku membulat. “Istighfar Mei! Maksud kamu apa berkata begitu?” ucapku.“Jujur, aku gak pernah cinta sama Mas Ibra, Mas! Sejak pertemuan pertama dulu, aku sudah jatuh hati sama kamu, Mas! Selama ini pernikahan yang kujalani terasa hambar, Mas! Aku berharap dulu kamulah yang jadi suamiku, tetpi kenapa kamu malah pergi?Aku menerima pernikahan dengan Mas Ibra ini karena terpaksa, a
Baca selengkapnya

Bab 16

Beberapa jam yang lalu aku sudah menyimpan kembali gawai milik Alex. Entah apa yang terjadi dengan Mas Yasa di sana. Panggilanku diangkatnya tapi dia tidak berbicara sama sekali. Entah apa maksudnya. Malah kemudian dimatikan. Lalu kukirimi juga pesan tapi tidak dibalasnya. Aku mengabarkan padanya kalau nomorku sudah tidak bisa dihubungi karena ponselku rusak. Lalu aku memintanya untuk mencariku nanti ke alamat ini.Setelah itu aku menelponnya berkali-kali tapi tidak diangkat juga. Sudahlah, mungkin dia memang lagi sibuk di sana. Aku kembali ke luar menemui Alex yang sedang menata sayuran. Punggung lebarnya tampak bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan.“Biar aku saja, makasih sudah banyak bantu!” Aku menghampirinya. Tidak enak juga sudah banyak merepotkannya.“Gak apa, kamu ajak Alika main saja dulu, Mel! Aku sekalian belajar berwirausaha!” ucapnya sambil tetap sibuk mengeluarkan berbagai jenis sayuran dari dalam karung belanjaan dan menatanya.“Hmmm … Alika tadi lagi tidur, sepertinya k
Baca selengkapnya

Bab 17

“Aku doakan, semoga kamu cepat dapat gantinya kalau gitu! Masalah yang belanja sayur itu! Gini saja, aku tetap akan membawa Alika … kalau kamu memang mau mengantar, biar aku membayar seperti mobil online saja! Bedanya, nanti kamu membantu membawakan sayuran sekalian dan ikut ke dalam pasar, gimana?” tanya Mela pada akhirnya. “Ok,” ujar Alex. Singkat dan tidak banyak debat. Satu kata sepakat akhirnya terjadi.Setelah mencapai kata sepakat dengan Alex, mulai hari itu Alex menjalankan tugasnya dengan baik. Dia mengantar Mela dan ikut berbelanja sayur setiap sore. Lelaki yang sebetulnya berprofesi sebagai supervisor di salah satu perusahaan swasta itu memang sedang mengambil cuti nikah selama dua minggu. Namun ternyata, waktu dua minggunya itu tidak jadi dihabiskan untuk bulan madu. Ketika nasib tidak berpihak, pernikahannya harus batal karena tuduhan miring warga terhadapnya. Namun dia merasa beruntung ketika diketahuinya jika wanita malang yang ditolongnya itu ialah Mela. Seorang pri
Baca selengkapnya

Bab 18

POV Mela“Masalahnya, nama pemiliknya di atas namakan Melati Anggraini. Itu nama kamu ‘kan, Mel?” Pertanyaan dari Safina sontak membuatku terdiam. “Siapa orang yang sudah membeli tanah atas nama Melati Anggraini? Ataukah ada nama lain yang sama denganku?” gumamku dalam dada.“Mel, jadinya gimana? Kamu mau aku jemput di mana sore nanti?” Pertanyaannya membuyarkan pikiranku.“Hmmm … aku ke rumahmu saja, Fin! Nanti kamu baru antar aku pulang! Aku juga di sini sama saja, gak ada tempat tinggal lagi!” lirihku.Teringat dengan ucapan Alex tadi yang ternyata memiliki niatan lain dibalik semua kebaikannya menolongku. Sebetulnya Alex juga memiliki paras yang tampan. Dia juga baik, mapan dan perhatian. Namun salahnya dia datang pada saat yang salah. Mungkin jika dia datang sebelum aku mengenal Mas Yasa, akan lain lagi ceritanya. Namun kini di hatiku sudah ada Mas Yasa. Kini aku sudah mengetahui semua kebenaran tentang perasaannya, maka aku harus tahu diri. Rumah ini bukan lagi tempat tinggal
Baca selengkapnya

Bab 19

“Sebuah surat? Siapa yang mengirimiku surat dan pakaian baru ini?” Aku mengerutkan dahi sambil memungut kertas yang masih terlipat itu.Kubuka lipatan kertas itu dan menyimpan kembali gamis baru itu ke atas tempat tidur.[Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Teruntuk Istriku---Mela dan Alika putriku tercinta. Apa kabar kalian di kampung halaman? Baik-baik saja ‘kan? Mas coba hubungi nomor kamu berulang kali tapi masih tidak aktif juga,Dek! Karena itu Mas mencoba mengirimkan surat ini padamu, untuk memberitahu kalau nomor Mas sekarang ganti. Ponsel Mas hilang waktu dalam perjalanan ke kantornya Ibra beberapa hari lalu.Oh, iya! Mas mau mengabarkan kalau di sini Mas mendapat dukungan dari orang-orang baik, Dek! Semoga chanel Youtube Mas melejit cepat dan juga kini Mas tengah menyelesaikan project besar dari perusahaan yang dikelola Ibra. Alhamdulilah uangnya lumayan, bisa untuk segera mewujudkan impian kita. Memiliki rumah meski sederhana dan kendaraan sendiri. Ini yang dalam a
Baca selengkapnya

Bab 20

“Bapak masih mau ngobrol sama Nak Alex! Kamu itu gak sopan ngusir tamu!” celotehnya sambil kemudian mempersilakan Alex untuk duduk kembali. Aku diam saja. Percuma berdebat dengan Bapak. Lalu masuk ke dalam sambil membawa kue untuk Alika. Bagaimana caraku agar Alex tidak mempengaruhi Bapak? Aku hanya takut, jika Alex berkata kalau dia menyukaiku dan ingin menjadikanku istrinya. Maka aku harus bersiap kembali berperang dengan Bapak yang keras kepala dan selalu membenci Mas Yasa.Kusimpan kue itu di ruang tengah. Memang selama beberapa pekan ini mengenalnya, aku bisa melihat jika dia begitu menyayangi Alika. Kuambil piring dan kusimpan beberapa potong kue itu ke atasnya lalu kubawa ke kamar Ibu. Siapa tahu nanti dia pas bangun merasa lapar. Dia tampak masih meringkuk. Kubetulkan selimutnya lalu kuusap punggung ringkihnya. “Aku tidak takut apapun lagi selama doa dan restu ibu bersamaku! Bukannya surga yang mulia saja ada di telapak kakimu, Bu?” lirihku sambil menatapnya beberapa lama.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status