Gandhi mengangguk. “Bagus, artinya bagus sekali.” Dia menuangkan anggur untuk Zane. “Tadi kamu bilang kamu jago minum. Kalau begitu, mari kita minum beberapa gelas. Asalkan aku gembira, kamu bisa minum sepuasnya.”Tidak ada yang menyadari ekspresi dingin di wajah Zane. “Aku sungguh merasa terhormat.”Di dalam ruangan VIP, Gandhi yang tidak berhenti minum itu sudah muntah hingga wajahnya merona. Suasana hati Gandhi sedang tidak bagus, apalagi dia minumnya terlalu cepat, Gandhi pun jadi mabuk.Ekspresi di wajah Zane masih tidak berubah. Dia melirik Gandhi sejenak, lalu meletakkan gelas alkohol. “Tuan, apa kamu ada masalah? Apa aku bisa jadi pendengarmu?”Emosi masih membaluti hati Gandhi. Apalagi dia telah minum banyak hari ini. Saat ini, Gandhi tidak memiliki tempat untuk melampiaskan amarahnya, hatinya terasa penat. “Hanya masalah sepele saja. Sialan! Aku sudah mengabdi selama bertahun-tahun sama dia, tapi dia malah lebih memilih percaya sama orang lain. Ternyata dia nggak pernah perca
Baca selengkapnya